Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan lulus Mata
Kuliah PPL II
Dosen Pengampu Ratih Nurwantari Dewi,
S.Th., PAK
Oleh
NATAL RIA ZEGA
NIM : 16311415
Prodi : S1-PAK
SEKOLAH TINGGI TEOLOGI EFATA
SALATIGA
2017
BAB I
DASAR
PERKEMBANGAN
1. Latar
belakang psikologi-perkembangan
Pandangan terhadap anak sebagai
pribadi yang masih murni,jauh dari unsur yang mendorong ke perbuatan-perbuatan
yang tergolong dosa dan tidak bermoral agaknya banyak dipengaruhi oleh
aktivitas dan meluasnya keagamaan pada abad-abad pertengahan itu. Isi kejiwaan
anak ketika dilahirkan adalah ibarat secarik kertas yang masih kosong, artinya
bagaimana nanti bentuk dan corak kertas tersebut bergantung pada kertas
tersebut dutulis.
I. Membanjirnya
penyelidikan yang dilakukan oleh para ahli eksperimental
Aspek-aspek psikis pada anak banyak
ditinjau dari segi perkembangan dan proses-prosesnya, termasuk penggolongan
dengan tngkat-tingkat umurnya. Membuat seorang anak merasakan frustasi atau
mengalami ketegangan, meskipun untuk
tujuan penelitian jelas kurang diterima dari sudut etik-moral.
II. Pengaruh
B.F. Skinner
Skinner adalah seorang tokoh dari
aliran Behaviorisme yang banyak melakukan penyelidikan-penyelidikan
mengenaiproses-proses belajar terhadap hewan. Skinner mempelajari proses-proses
belajar dan hubungannya dengan perubahan tingkah laku. Pengaruh Skinner ini
menimbulkan keinginan dan minat banyak ahli untuk mengubah suatu tingkah yang
sedang diperlihatkan.
III. Meluasnya
secara serentak pengertian kognitif dan perkembangan bahasa
Mengenai perkembangan bahasa: banyak
dibahas secara struktural proses-proses terjadinya kemampuan mempergunakan
bahasa mulai ucapan-ucapan yang
sederhana sampai dengan kemampuannya mempergunakan kata, kalimat,dan bahasa.
IV. Berbalik ke
penelitian-penelitian pada bayi
Penelitian terhadap asal usul
tingkah laku, dimulai dari asal mula timbulnya yang bisa di lihat pada bayi, di
anggap akan memberikan keternagn-keterangan yang asli dan bermanfaat sekali.
V. Pengaruh
teori sosial-belajar
Psikologi perkembangan menjadi lebih
dikenal karena membuka kesempatan lebih luas untuk mengaakan penelitian dan
percobaan terhadap anak dengan perrubahan-perubahan tingkah lakunya.Psikologi
perkembangan dengan demikian menggantikan kedudukan psikologi anak yang di anggap lebih sempit
lapangnya.
2. Konsep dasar mengenai psikologi
perkembangan dan perkembangan
Pada
mulanya anak hanya bisa mengeluarkan suara yang tidak bermakna, kemudian secara
bertahap sedikit demi sedikit suara-suara itu mempunyai arti. Hal
ini juga sedikit akibat dari peniruan-peniruan bunyi disekeliling hidupnya
sehingga lama-kelamaan si anak bisa mengucapkan suatu rangkaian suara tertentu
(kata) untuk menunjukan untuk mengungkapkan sesuatu. Perkembangan merupakan
suatu proses yang mula-mula global,
masif belum terpecah atau terperinci, dan kemudian semakin lama semakin banyak,
berdiferensi dan terjadi intergrasi yang hierrarkis. Yang dilihat dalam
tingkahlaku anak-anak adalah hasil dan bukan proses perubahan itu sendiri.
Suatu
perumusan dengan orientasi Behavioristik dikemukakan olehHors Thomae, bekas
presiden ISSBD (International Society for the Study of Behavioural Development)
sebagai berikut : perkembangan adalah suatu kerangka atau perangka
perubahan-perubahan yang merupakan fungsi waktu. Dalam rumus dituliskan :
P
= f (w)
P
= perubahan
w
= waktu
Umur
adalah indeks variabel tetapi bukan variabel-sebab. Thomae (1953) membagi 2
model dalam perkembangan yakni :
-
model
kuantitatif, yaitu adanya perubahan-perubahan kuantitatif yang dapat di ukur
pada setiap masa perkembangan. contoh jelas : dalam pertumbuhan badan, tinggi
dan berat badan dapat di ukur.
-
model
kualitatif, beberapa kategori pada metode kualitatif adalah :
a. model yang
berhubungan dengan penerapan dalam perkembangan (stage-model).
b. model yang
menganggap bahwa perkembangan suatu proses di forensiasi yakni terjadi kemajuan-kemajuan dalam
strukturnya.
c. model yang
menganggap bahwa perkembangan berlangsung oleh pengaruh-pengaruh yang ada
dalamlingkungan hidup seseorang.
3.
Fakta keturunan dan lingkungan
Keturunan dan lingkungan dapat
mempengaruhi tingkah laku. Dalam perkembangan tingkah laku. Dalam lapangan
psikologis klinis, psikoterapi selalu di arahkan untuk mempengaruhi tingkah
laku, atau ciri-ciri kepribadian, agar bisa memperlihatkan tingkah laku sesuai
dengan keinginan si pemberi psikoterapi. Kejadian atau peristiwa tertentu bisa
mengubah kehidupan seseorang dan mengubah pula ciri-ciri atau keseluruhan
kepribadian seseorang yang mengalami amputasi, atau kehilangan satu panca
indranya mengakibatkan perubahan-perubahan tingkah laku yang drastis.
4.
Kontinuitas-diskontinuitas dalam perkembangan
Kontinuitas maksudnya adalah
perubahan-perubahan yang terjadi berlangsung terus pada tahapan-tahapan
perkembangan berikutnya dengan tahap-tahap yang sama. Kalau perubahannya
mengenai hal-hal yang kuantitatif dan
berlangsung terus pada tahapan berikutnya ini disebut kontinuitas-kuantitatif.
tetapi hal ini biasanya tidak akan terus-menerus terjadi dalam perkembangan
ontogenetis misalnya yang mengenai tinggi dan berat badan, sebab sampai pada
usia tertentu akan terjadi diskontinuitas. kalau perubahannya mengenai hal-hal
yang kualitatif maka sebenarnya tidak terdapat kontinuitas karena ada hal-hal
yang baru. beberapa kategori perubahan yakni:
-
perubahan
dalam ukuran
-
perubahan
dalam perbandingan
-
berubah
untuk mengganti hal-hal lama
-
berubah
untuk memperoleh hal-hal baru.
5.
Pola asuh orangtua
Pola perkembangan :
-
pertumbuhan
fisik yang terarah
-
perkembangan
yang terjadi dari umum ke khusus. Misalnya seorang anak akan menyebutkan semua
wanita “mama” sebelum ia dapat membedakan mana ibunya, mana pengasuh/bibinnya.
-
perkembangan
berlangsung dalam tahapan-tahapan perkembangan
-
perkembangan
dipengaruhi oleh kematangan dan latihan atau belajar.
6.
Metode-metode penelitian perkembangan anak
Beberapa metode dalam
penelitian-penelitian perkembangan anak dapat digolongkan menjadi :
-
observasi,
ialah cara yang dilakukan untuk mengamati semua tingkah laku yang terlihat pada
suatu jangka waktu tertentu atau pada suatu tahapan perkembangan tertentu.
-
metode
eksperiment, metode ini tidak mudah dilakukan karena obyek penelitian adalah
anak-anak, maka tidak biisa mengubah lingkungan-lingkungan tertentu
sebebas-bebasnya sehingga merangsang timbulny a reaksi-reaksi tertentu pula dan
yang tidak manusiawi.
-
metode
lintas-penampang (cross-sectional), yaitu metode yang dipergunakan untuk
melakukan penelitian terhadap beberapa kelompok anak dalam jangka waktu yang
relatif singkat.
-
metode
jangka panjang (longitudinal), dengan metode ini kelompok/pribadi yang
dijadikan penelitian akan di beri test atu eksperimen yang sama pada suatu
jangka waktu tertentu, misalnya setelah enam bulan, setelah satu tahun, setelah
dua tahun dan seterusnya.
BAB II
TEORI
PERKEMBANGAN
1.
Penggolongan teori perkembangn
A.
Teori cermin mekanistik
Teori ini memandang manusia sebagai
organisme yang pasif. ketika anak dilahirkan, isi kejiwaanya kosong seperti
cermin. Ia memantulkan cahaya kelingkungannya. Tesis ini dilandaskan pada dua
pandangan filosofis bahwa :
1)
Isi
kejiwaan seorang dapat dianalisa menjadi bagian-bagian yang terkecil, yakni
unsur-unsur kejiwaan (elemen-elemen)
2)
Tekanan-tekanan
dan lingkungan mempengaruhi penginderaan anak dan meninggalkan impresi dasar.
B.
Teori lampu-organik
Teori ini memandang manusia sebagai
model makhluk yang aktif. Dalam psiklogi
perkembangan ada beberapa tipe teori atau pendekatan untuk menerangkan konsep-konsep
perkembangan, yang terdiri dari satu jenis teori dan 3 jenis pendekatan, yakni
:
1.
teori penahapan
2.
pendekatan diferensial
3.
pendekatan ipsatif
4.
pendekatan teori-belajar
II.
Tokoh dan aliran dalam psikologi perkembangan
1.
Psikoanalisa
Pembicaraan psikianalisa seakan-akan
menjadi gersang tanpa mengikutsertakan S. Freud, pencipta psikoanalisa ini.
Buku-buku psikoanalisa msuh menempati sudut yang cukup besar di
perpustakaan-diperpustakaan psikologi dimana-mana membuktikan bahwa psikologi
analisa sebagai teori yang prenah ada, akan tetap ada, sekalipun bermunculan
teori-teori baru, baik yang benar-benar asli baru maupun yang berupa pengubahan
atau pengembangan teori-teori yang sudah ada.
a.
Sigmund Freud (1856-1939)
Tenaga atau kekuatan psikis ini yang
mempunyai lataar belakang biologis disebut libido. Libido ini mendorong
timbulnya tingkah laku seperti berfikir dan mengingat sesuatu. Libido sebagai
naluri adalah salah satu diantara konsep-konsep naluri yang dikemukakan oleh
Frud, yakni :
·
naluri
kehidupan, misalnya haus dan lapar
·
naluri
kematian (thornatos), naluri negatif yang bersifat merusak diri
·
naluri
libido.
Ada 3 tingkatan kehidupan pada
manusia, yaitu :
1.
Animal
2.
logika
dan rasional
3.
moral
Setelah memahami konsep-konsep dasar
psikoanalisa, maka sampailah kami pada uraian mengenai perkembangan yang
dikenal dengan psikoseksual.
Perkembangan
psikoseksual:
1.
Masa oral (0-1;0 th)
Masa pertama perkembangan
psikoseksual pada mana bayi memperoleh dan merasakan kepuasan dan kenikmatan
yang bersumber pada daerah mulutnya.
2.
Masa anal (1;0-3;0 th)
Anak memindahkan pusat kenikmatan
dari daerah mulut kedaerah anus (dubur), berkaitan dengan buang air besar.
3.
Masa falik (3;0-5;0 th)
Sumberkenikmatan berpindah kedaerah
kelamin pada masa falik.
v
masa
falik pada anak laki-laki
Keinginan anak untuk mencintai
ibunya dan melakukan hubungan seks tetapi yang menjadi rasa takut sama anak
tersebut adalah ayah. Ayahnya yang akan menjadi tokoh saingannya. Kelakuan ini
menimbulkan sikap menyerah pada anak dan karena itu lebih baik ia
mengidentifikasi dirinya dengan ayahnya.
v
masa
falik pada perempuan
Pada anak perempuan juga timbul
keiginan untuk mengadakan hubungan seks dengan ayahnya. Tokoh ibu yang menjadi
penghalang akan cintamya terhadap ayahnya.
4.
Masa laten (6;-12’0 th)
Masa ketika aktivitas seksuil dapat
dikatakan tenang, terpendam dan tidak aktif.
5.
Masa genital
Masa ketika dorongan-dorongan seks
yang ada pada masa falik mulai berkembang lagi setelah pada masa laten, berada
pada keadaan tenang.
b.
Erik H. Erikson
tahap perkembangan psikosolial :
-
tahap
I masa oral-sensorik : memperoleh dasar
kepercayaan dan mengatasi dasar ketidak-percayaan.
-
tahap
II masa anal-muskulalur : merasakan
adanya kebebasan perasaan malu dan ragu-ragu.
-
tahap
II masa genital-locomotor : memperoleh perasaan bebas berinisiatif dan
mengatasi rasa bersalah.
2.
Psikologi belajar
Berbagai tingkah laku yang
dipelajari adalah hasil dari belajar secara bebas. Ia perlu rangsangan dari
luar yang mungkin terjadi berulang-ulang. Ada dua jenis proses belajar pada
anak : melalui tingkah laku kondisioning dan melalui pengamatan terhadap
model-model tingkah laku dari luar dirinya.
3.
Teori kognitif
Istilah
kognisi meliputi aspek-aspekstruktur intelek yang dipergunakan untuk mengetahui
sesuatu. Pentahapan:
-
tahap
sensori-motor (0-;0,2 th), perkembangan skema melalui refleks-refleks untuk
mengetahui dunianya.
-
pra-operasional
(2;0-7;0 th), penggunaan simbol dan penyusunan tanggapan internal.
-
tahap
konkrit-operasional (7;0-11;0 th), mencapai kemampuan untuk berfikir sistematik
terhadap hal atau obyek-obyek yang konkrit.
-
fornal-opersional
(11,0-dewasa), mencapai kemampuan untuk berfikir sistematik terhadap hal-hal
yang abstrak dan hipotesis.
BAB III
TEORI DAN ASPEK
KHUSUS PERKEMBANGAN ANAK
1. Jhon Bowbly
Bowbly
mengambil dasar penyelidikannya yaitu dasar etologi, tentang tingkah laku.
Etologi tidak lepas dari naluri yaitu mengenai tingkah laku yang dapat
diperoleh dqari lahir.. Menurut para
ahli etologi ada 3sifat naluri :
a.
naluri
mempunyai sifat mereda oleh rangsag dari luar, misalnya jika seekor anak ayam
dalam bahaya maka induknya akan datang menolongnya.
b.
naluri
mempunyai sifat khusus sesuai dengan jenisnya, artinya pola-pola tingkah laku
yang khusuus hanya ditemukan dalam jenisnya.
c.
naluri
sebagai hasil evolusi, mempunyai arti yang khusus untuk perjuangan hidup.
2.Albert
Bandura
Bandura mengemukakan 4 komponen
dalam proses belajar melalui pengamatan, yakni :
1. memperhatikan 3.
memproduksi gerak motorik
2. mengencam 4. ulangan-pergaulan
dan motivasi
3.
Lawrence Kholberg-teori perkembangan moral
tahap tingkah laku :
Ø
tingkat
I orientasi terhadap kepatuhan hukum (pro-konvensional)
Ø
tingkat
II orientasi mengenai anak yang baik, memeperhatikan norma-norma sosial dan
otoritas (konvensional)
Ø
tingkat
III orientasi terhadp perjanjianantara
dirinya dan lingkungan sosial (anu konvensional)
BAB
IV
PENUTUP
Dalam
kehidupan sehari-hari masih ada ketidak-seimbangan antara kepentingan,
keinginan serta tujuan-tujuan pribadi dengan keadaan obyektif si anak. Ada yang
pehatiannya kurang, ada juga yang berlebihan terhadap kebutuhan untuk
perkembangan anak. Membiarkan anak berkembang sebdiri atau menyerahkan
segalanya kepada nasib tentu merupakan sikap yang kurang bertanggung jawab.
Orangtua atau orang dewasa harus peduli dan bertanggungjawab terhadap kehidupan anak-anak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar