Rabu, 27 Desember 2017

filsafat guru pendidikan agama kristen (PAK)

PAPER
Perkembangan filsafat PAK di Indonesia
Diajukan untuk memenuhi persyaratan lulus mata kuliah Filsafat Pak
Dosen pengampu pdt. 



eftaa

Oleh
          Nama     : Natal ria zega
Nim       : 16311415
Prodi      :  PAK

Sekolah Tinggi Teologi Efata
Salatiga
2017

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1  Latar belakang

Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan, dan pemikiran manusia secara kritis, dan dijabarkan dalam konsep mendasar. filsafat tidak di dalami dengan melakukan eksperimen-eksperimen, dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi, dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu. Filsafat diakui sebagai induk ilmu pengetahuan ( the mother of sciences ) yang mampu menjawab segala pertanyaan dan permasalahaan. Mulai dari masalah-masalah yang berhubungan dengan alam semesta hingga masalah manusia dengan segala problematika dan kehidupannya. Diantara permasalahan yang tidak dapat dijawab oleh filsafat adalah permasalahan yang ada dilingkungan pendidikan.
  Menurut John dewey, seorang filosof Amerika, filsafat merupakan teori umum dan landasan pertanyaan dan menyelidiki faktor-faktor realita dan pengalaman yang terdapat dalam pengalaman pendidikan apa yang dikatakan John dewey memang benar. Dan karena itu filsafat dan pedidikan memiliki hubungan hakiki dan timbal balik, berdirilah filsafat pendidikan yang berusaha menjawab dan memecahkan persoalal-persoalan pendidikan yang bersifat filosifis dan memerukan jawaban secara filosofis.
Disiplin  ilmu  pengetahuan  yang  lahir itu  ternyataa  memiliki objek  dan  sasaran yang berbeda-beda, yang terpisah satu sama lain. Suatu disiplin ilmu pengetahuan mengurus dan mengembangkan bidang garapan sendiri-sendiri dengan tidak memperhatikan hubungan dengan bidang lainnya. Tugas filsafat adalah mengajukan pertanyaan–pertanyaan dan menyelidiki faktor–factor realita dan pengalaman yang banyak terdapat dalam lapangan pendidikan. Ajaran filsafat yang komprehensif telah menempati status yang tinggi dalamkehidupan kebudayaan manusia, yakni sebagai ideology suatu bangsa dannegara. Tujuan berfilsafat adalah membina manusia mempunyai akhlaq yang tertinggi.
Manusia adalah mahluk hidup yang selalu menyerukan kebaikan, cinta dan kebenaran. Tetapi, disisi lain manusia juga mempunyai sisi negatif yaitu mahluk satu-satunya yang dapat membunuh diri dan sesamanya tanpa suatu alasan yang jelas, selain untuk mencari sebuah kesenangan. Sehingga dibutuhkan alternatif yang dapat menyelesaikan masalah itu. Filsafat merupakan suatu induk ilmu pengetahuan yang mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan dan permasalahan. Mulai dari masalah-masalah yang berhubungan dengan alam semesta sampai masalah sosial. Meskipun seperti itu,  filsafat belum bisa menyelesaikan seluruh problema dalam kehidupan masyarakat. Hal ini berdasarkan pengalaman kehidupan manusia pada zaman dahulu, sehingga dibutuhkan suatu unsur komplementer dalam melengkapi filsafat tersebut yaitu pendidikan. Karena pada hakikatnya, pendidikan digunakan untuk mendewasakan manusia. Sehingga, ditarik kesimpulan bahwa filsafat dan pendidikan harus saling melengkapi satu sama lain, karena kedua unsur tersebut tidak bisa berdiri sendiri dalam memecahkan problema kehidupan manusia dan munculah filsafat pendidikan.
Filsafat Pendidikan diperlukan dalam setiap Pendidikan termasuk di Indonesia. Indonesia adalah negara yang menerapkan Pendidikan. Tidak hanya di rumah, di lingkungan tetapi juga di sekolah. Oleh karena itu, penulis akan menjelaskan secara eksplisit mengenai latar belakang munculnya filsafat pendidikan.

1.2  Rumusan masalah
Masalah yang akan di bahas adalah :
1.      Pengertian filsafat Pendidikan
2.      Pendidikan menurut Alkitab
3.      Perkembangan filsafat PAK di Indonesia
4.      Masalah-masalah dalam Pendidikan PAK
5.      Upaya dalam mengembangkan Pendidikan PAK

1.3  Tujuan penulisan
Tujuan dari penulisan paper ini adalah dengan adanya paper ini maka penulis mengharapkan kepada pembaca agar bisa mengetahui tentang filsafat pendidikan agama kristen dan jug perkembangan filsafat pak di indonesia.
1.4  Batasan masalah
Agar paper ini tidak terlalu luas maka penyusun membatasi , yaitu perkembangan filsafat PAK di Indonesia.

BAB 2
PERKEMBANGAN FILSAFAT PAK DI INDONESIA

2.1  Pengertian filsafat Pendidikan
Dalam buku Imam Baradid yang berjudul filsafat pendidikan”, filsafat pendidikan adalah ilmu pendidikan yang bersendikan filsafat atau filsafat yang diterapkan dalam usaha pemikiran dan pemecahan mengenai masalah pendidikan.  Filsafat pendidikan berasal dari dua kata yaitu kata filsafat dan kata pendidikan. Filsafat sendiri berasal dari bahasa yunani “philos” yang memiliki arti kecintaan dan “sophia yang memiliki arti kebijaksanaan. Jika diterjemahkan dari dua kata ini, maka filsafat dapat diartikan sebagai kecintaan akan kebijaksanaan. Jika diartikan secara lengkap maka filsafat dapat diartikan sebagai kajian mendalam yang dilakukan terhadap ilmu pengetahuan didasarkan atas kecintaan seseorang terhadap ilmu pengetahuan tersebut.  Jika diterapkan dalam pendidikan, maka lahirlah apa yang disebut dengan filsafat pendidikan yang artinya adalah sebuah ilmu filsafat yang terfokus pada bidang pendidikan. Dalam hal ini, filsafat benar-benar difokuskan di setiap bagian dari bidang pendidikan dari mulai kulit hingga akar-akarnya. Filsafat pendidikan akan membahas ilmu mengenai pendidikan itu sendiri secara mendalam dan meluas di setiap bagian dari ilmu pendidikan.[1]
Filsafat Pendidikan sangatlah penting. Ini baian yang tidak bisa lepas dari kehidupan terutama filsafat PAK. Pendidikan PAK sangat berguna bagi semua orang. Terbentukya karakter seseorang itu diakibatkan karena Pendidikan yang ia dapatkan baik di sekolah dalam hal ini adalah guru yang berperan aktif dalam mendidik dan mengrahkan para peserta didik ke arah yang lebih baik. Pendidikan yang diberikan bukan karena asal-asalan atau karena tugas saja, tapi juga harus menyadari bahwa itu adalah panggilan Tuhan, maka kita harus melaksanakannya dengan baik tanpa ada maksud dan tujuan lain dari hal tersebut. Para pendidik harus berani mencintai tugas yang diberikan kepadanya dalam hal mendidik. Bukan hanya disekolah tapi juga di kehidupan luar anak tersebut termasuk dalam keluarga dan lingkungan sekitarnya (masyarakat). Oleh karena itu semua para pendidik seharusnya menyadari hal ini.

2.2  Manfaat filsafat PAK
Manfaat mempelajari filsafat ada bermacam-macam. Namun sekurang-kurangnya ada 4 macam faedah, yaitu :
1.      Agar terlatih berpikir serius
2.      Agar mampu memahami filsafat
3.      Agar mungkin menjadi filsafat
4.      Agar menjadi warga negara yang baik
Dengan uraian diatas jelaslah bagi kita bahwa secara kongkrit manfaat mempelajari filsafat adalah :
1.            Filsafat menolong dalam mendidik,
2.            Filsafat memberikan kebiasaan dan kepandaian untuk melihat dan memecahkan persoalan-persoalan dalam hidup sehari-hari.
3.      Filsafat memberikan pandangan yang luas
4.      Filsafat merupakan latihan untuk berpikir sendiri
Filsafat memberikan dasar,-dasar, baik untuk hidup kita sendiri (terutama dalam etika) maupun untuk ilmu-ilmu pengetahuan dan lainnya, seperti sosiologi, ilmu jiwa, ilmu mendidik, dan sebagainya.

2.3  Tujuan pendikin Kristen
Memahami definisi pendidikan kristen tidak lepas dari tujuan yang harus dicapai didalam pelaksanaan pendidikan kristen itu sendiri. Setiap pakar pendidikan kristen memiliki tujuan masing-masing di dalam melakukan pendidikan kristen itu sendiri.bagi James D. Smart, pendidikan kristen adalah kegiatan mengajar yang  bertujuan agar melalui pengajaran kita, Allah dapat bekerja di hati mereka yang diajar untuk menjadikan mereka murid-murid yang meyakinkan baik dengan kata dan perbuatan ditengah-tengah dunia. Menurut smart, tujuan pendidikan kristen adalah usaha menjadikan peserta didik sebagai murid sejati.lain halya dengan Brian Hill mengatakan bahwa pendidikan kristen bukan sekedar kegiatan yang membawa manusia memiliki pengetahuan yang banyak namun terpisah dari Allah.[2]

2.4  Pendidikan agama Kristen
Pendidikan kristen merupakan salah satu bentuk panggilan dan pelayanan yang di anugerahkan Tuhan kepada setiap orang percaya kepada-Nya. Tidak semua orang bisa menjadi pengajar yang baik dan tidak semua orang mendapat kesempatan untuk bisa melakukan pelayanan dengan Pendidikan Kristen. Orang yang benar-benar terpanggil dalam hal ini seharusnya mampu menyadari tentang tugas dan pangilannya. Ia mengajar dengan tulus hati dan ikhlas melayani tanpa menuntut balasan dari orang tertentu.karena ia di anugerahkan Tuhan dan di penggil untuk hal tersebut.
Pendidikan kristen dan filosofinya seharusnya memegang peranan sangat penting yang dapat menjadi sarana untuk membina pertumbuhan rohani para peserta didik, bukan saja tuntutan untuk percaya dan mengenal siapakah Tuhan Yesus sang Jurus lamat itu, melainkan dengan memiliki iman yang benar itu mereka diharapkan dapat mengabdikan diri dengan setia kepada Tuhan Yesus kristus yang telah menjadi jurus lamat mereka. [3] Namun kenyataannya, tidaklah semudah yang dibayangkan. Dalam praktek yang bisa lihat, tidak semua hl yang didapat bisa dilakukan, ini tidak mudah seperti kita mendengarkannya. Ini terasa lebih sulit. Orang yang hanya asal-asalan bisa saja meninggalkan panggilannya tatapi orang yang benar-benar menyadari pangilan dan tugasnya maka dia akan melaksanakan tugasnya dengan baik.

2.5  Pendidikan menurut Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru
2.2.1 Perjanjian Lama
Kepedulian Perjanjian Lama terhadap Pendidikan Agama sangat nyata. Dalam Ulangan 6:4-9, disana sasaran dan pola Pendidikan Agama ditujukan. Ditegaskan bahwa umat Allah berkewajiban untuk mewariskan kebenaran ilahi itu kepada generasi penerusnya. Tanggung jawab tersebut harus dilakukan dengan kegigihan dan dengan tidak mengenal lelah. Juga, dengan memanfaatkan segala peluang dan sarana yang tersedia secara maksimal.
Dari ayat-ayat ini jelas dan nyata bagi kita bahwa ketekunan dalam mendidik dan mengajar seseorang sangat penting bahkan dikatakan secara berulang-ulang. Ketekunan dalam pengajaran kebenaran Firman harus mencerminkan kadar kasih orang percaya kepada Allahnya (ay. 5). Selain itu, seluruh aktifitas Pendidikan Agama harus dilaksanakan dalam kesadaran akan kehadiran Pribadi Allah sendiri (ay. 4). Hal ini dimaksudkan untuk menyadarkan pentingnya ketergantungan kepada-Nya (pengajaran dan pengelolaan) dan juga mengingatkan bahwa tujuan akhir seluruh kegiatan adalah terletak disana ~ kehadiran Allah.
Jelas sekali bahwa Perjanjian Lama memandang Pendidikan Agama lebih dari suatu kegiatan yang berurusan dengan soal penggarapan akal dan khususnya perubahan hidup para peserta didik. Dengan kata lain, Perjanjian Lama tidak melihat Pendidikan Agama sebagai usaha penyaluran ilmu, tetapi suatu proses pengubahan hidup. Penguasaan pengetahuan hanyalah batu loncatan untuk menghasilkan perubahan hidup.
Allah sendiri adalah pengajar utama Pendidikan Agama dalam Perjanjian Lama (Hos.11:1-4). Dalam mengajar umat-Nya, Allah sering menggunakan empat golongan Pemimpin orang Israel, yakni: Para Imam (Bil. 3), Para Nabi (Yunus, Mikha, dsb), Kaum Bijaksana (Ams. 1-2, 6:1), dan Kaum Penyair (Mazmur). Disamping mereka, dalam mengajar kepada setiap keluarga dijalankan oleh Kepala Keluarga yaitu Suami dan Istri atau orang tua dari anak-anak. Anak laki-laki orang Yahudi juga mendapatkan pendidikan formal dalam sekolah Yahudi. Sedangkan anak-anak perempuan mendapatkan pengajaran dari Ayah mereka.

2.2.2 . Metode Penyampaian Pendidikan Agama dalam PL
Tangung jawab yang berat sebagai ”bangsa pilihan” dalam mengajarkan Pendidikan Agama, orang Israel dituntut untuk mengasihi Tuhan dengan segenap hati, segenap jiwa dan segenap kekuatan. Perintah ini harus diajarkan berulang-ulang dari generasi ke generasi dan ini menjadi tanggung jawab sang Ayah untuk mengajarkannya kepada anak-anaknya.
Metode pengajaran yang digunakan antar lain adalah: metode menghafal (Ul. 6:4-9; Ams. 22:6;Maz.119:11,105), membagikan cerita kepada kaum muda tentang peristiwa-peristiwa bermakna (Yos.4:6-7;bnd Kel.12:24-27). Bahkan sekolah-sekolah formal Yahudi juga menggunakan metode hafalan. Anak laki-laki ketika berumur 6 tahun, mereka mempelajari huruf-huruf Ibrani. Setelah itu mereka melanjutkan sekolah di Beth Talmud untuk mempelajari Taurat Lisan yang terdiri dari Misyna, Talmud dan Haggadah. Mereka yang lulus di Beth Talmud inilah yang nantinya menjadi guru-guru disekolah-sekolah Yahudi tingkat Dasar. Mula-mula mereka harus menghafal 22 abjad Ibrani, kemudian menghafal kata-kata.[4] Hal ini penting mengingat mula-mula bahasa Ibrani tidak mengenal huruf vokal. Dengan tradisi menghafal inilah kemurnian PL terjaga setelah bahasa Ibrani dibubuhkan vokal dalam tulisannya.

2.2.3 Pejanjian Baru
Hidup dan pelayanan Yesus menjadi landasan Pendidikan Kristen. Salah satu gelar penting yang dikenakan kepada-Nya adalah ”Rabbi” (Mat. 26:25, 49; Mark. 9:5, dll).  Sebagai Guru Agung, Ia memulai pelayanan-Nya dengan mencari pribadi-pribadi yang akan didik menjadi murid-Nya (Yakobus, Yohanes, Petrus Andreas, dll). Yang ditemukan-Nya bukanlah orang yang hebat dan luar biasa, tetapi orang biasa yang penuh kekurangan dan kelemahan ~ yang lebih mengagetkan lagi yang namanya Yudas Iskariot (Luk.6:16).
Kehebatan Yesus sebagai Guru/pendidik juga ditunjukkan melalui cara kerja-Nya. Kreatifitas dalam pelaksanaan tugas ditunjukkan. Ia telah menggunakan teknik pengajaran yang sangat bervariasi: ceramah, tanya jawab, lukisan, cerita, bahkan model pelatihan. Sisi lain dari Yesus sebagi Pendidik, terlihat juga dalam kecakapan-Nya menggarap konsep-konsep yang abstrak (Sorga, Neraka, Dosa, Pengampunan, Kerajaan Allah, kebenaran, keadilan, dan sebagainya). persoalan yang abstrak tersebut justru dikaitkan dengan semua permasalahan praktis sehingga menjamah pergumulan hidup sehari-hari.
Dari semua ini, bagi-Nya pengajaran bukanlah soal penajaman penalaran belaka tetapi proses pemahaman yang harus menuntun kepada perubahan hidup. Keberhasilan pengajaran adalah menghasilkan hidup yang semakin berkenan kepada Allah. Dan menghasilkan perubahan-perubahan yang semakin baik dihadapan Allah.

2.4 Perkembangan Filsafat PAK di Indonesia
Filsafat pendidikan adalah ilmu pendidikan yang bersendikan filsafat atau filsafat yang diterapkan dalam usaha pemikiran dan pemecahan mengenai masalah pendidikan.  Filsafat pendidikan berasal dari dua kata yaitu kata filsafat dan kata pendidikan. Filsafat sendiri berasal dari bahasa yunani “philos” yang memiliki arti kecintaan dan “sophia yang memiliki arti kebijaksanaan. Jika diterjemahkan dari dua kata ini, maka filsafat dapat diartikan sebagai kecintaan akan kebijaksanaan. Jika diartikan secara lengkap maka filsafat dapat diartikan sebagai kajian mendalam yang dilakukan terhadap ilmu pengetahuan didasarkan atas kecintaan seseorang terhadap ilmu pengetahuan tersebut.[5]  Dengan demikian maka seseorang harus mengerti tentang artinya makna Pendidikan itu. Mereka harus memiliki rasa kecintaan dan tanggung jawab penuh terhadap tugas yang ia laksanakan, mencari sebuah masalah, dan menemukan solusi sampai masalah itu benar-benar terselesaikan.
            Seseorang harus memahami bahwa Pendidikan adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan. Kita mendapat Pendidikan sejak kita masih kecil. Pendidikan itu akan terbawa-bawa dalam perjalanan kehidupan kita. Pendidikan yang baik, akan membawa hidup orang tersebut menjadi baik dan begitu juga sebaliknya.


2.4.1  Implementasi, pengajaran dan pelaksanaan Pendidikan PAK di sekolah
Guru merupakan unsur terpenting dalam kegiatan belajar mengajar, sebagai seorang pengajar kualitas pengajaran sangat dibutuhkan di dalam suatu lembaga pendidikan. Di dalam pengajaran PAK juga memerlukan guru PAK yang memiliki kualitas mengajar yang baik karena pengajaran PAK yang disampaikan memiliki makna bagi siswa.[6] Kualitas mengajar tersebut meliputi : Guru yang berkompeten dan Guru yang Profesional. Pertama-tama yang harus kita pahami adalah bahwa guru PAK harus menjadi teladan dalam perkataan dan perbuatan seperti yang telah Yesus ajarkan. Selain itu perlu memahami pribadi Yesus sebagai guru yang harus diteladani dalam kehidupan sehari-hari khususnya dalam pelaksanaan tugas keguruan dalam upaya pembinaan iman kristen siswa, sebagai konsekuensi dari tugas panggilan, yaitu harus hidup dalam iman.
Untuk menjadi yang patut diteladani, baik dalam perkataan terlebih dalam perbuatannya, maka beberapa syarat harus dimilikinya. Yesus mempunyai itegritas yang tinggi. Semua kata-kata Yesus selalu benar atau selaras, sejalan dengan perbuatanNya.  J.M Price, dalam Buku Yesus Guru Agung, mengatakan bahwa : “Syarat yang terpenting bagi seorang guru ialah kepribadiannya sendiri. Sebuah teladan lebih berharga daripada seratus kata nasehat. Perbuatan seseorang lebih berpengaruh daripada pertataannya”.[7]
ada beberapa hal penting dalam memahami tugas dan fungsi Guru Pendidikan Agama Kristen, antara lain;
1.      Motivasi dalam Mengajar: Berbicara tentang Guru berarti itu adalah sebuah Profesi. Profesi sering dikaitkan dengan hak. Apa yang menjadi motivasi anda mengajar? Panggilan atau karena terpaksa. Karena ingin memberikan sesuatu dari profesi atau menginginkan sesuatu dari profesi? Buang muatan-muatan yang tidak baik dalam diri kita (pikiran, nilai-nilai, kecurangan, dll) yang membebani kita dalam menghidupi tugas dan fungsi kita sebagai Guru.
2.      Metode Yang Digunakan dalam Mengajar: Belajarlah dari Yesus Sang Guru Agung, yang kreatif menggunakan metode dalam mengajar (memenangkan perhatian, menggunakan pertanyaan, menggunakan ilustrasi, menggunakan ceramah, menggunakan model, Malcom S. Knowles= sistem pedagogi vs andragogi). Seorang pengajar haruslah memilih metode yang paling tepat untuk memperoleh perhatian dan mempertahankan minat dari murid. Setiap metode yang digunakan pengajar harus dapat membangkitkan perhatian kepada para murid untuk mendengar, melihat, mengatakan dan mengerjakan apa yang diajarkan kepada mereka.[8]
3.      Manfaat yang diperoleh dalam Mengajar: Di dalam setiap hak terdapat kewajiban. Semakin besar haknya, semakin berat pula tanggung jawab yang terkait di dalamnya.



2.4.2 Kedudukan peranan,dan tanggung jawab penyelenggaraan sekolah Kristen.
1.      Kedudukan badan penyelenggaraan sekolah Kristen
Penyelenggaraan sekolah Kristen diatiakan sebagai badan penyelenggaraan sekolah dalam bentuk yayasan atau perkumpulan atau komisi gereja. Yayasan Pendidikan Kristen merupakan milik sekumpulan orang bahkan mungkin milik seseorang. Oleh karena itu umat Kristen tidak mempaunyai tanggung jawab utuk ikut bertanggungjawab memelihara dan mengembangkan sekolah Kristen.
2.      Peranan dan tanggungjawab badan penyelenggaraan sekolah Kristen
Badan penyelenggaraan sekolah Kristen Bersama-sama dengan gereja bertanggungjawab untuk membanu dalam mencapai visi dan misi dunia Pendidikan Kristen dalam dunia Pendidikan, baik dalam Pendidikan Kristen maupun dalam sekolah Kristen. Berdasarkan visi misi tersebut, badan penyelenggara sekolah mengawasi penyelenggaraan Pendidikan baik disekolah Kristen maupun disekolah lain

2.4.4 Pengelolaan dana dan sumberdaya Pendidikan
1)      Pengellaan personalia
Pengelolaan sumberdaya manusia tidak sama dengan pengelolaan sumberdaya lainnya. Ciri khas sekolah Kristen dalam dalam pengeolaan tenaga kependidikan dapat dinampakan melalui hubungan-hubungan :
1.      Melayani kebutuhan masyarakat
Sekolah Kristen adalah Lembaga yang melayani kebutuhan masyarakat. Perkembangan iptek yang pesat diperkuat oleh pembangunan nasional yang semakin  meningkat mengakibatkan terjadiya perubahan-perubahan yang cepat dalam masyarakat, termasuk perubahan kebutuhannya. Supaya sekolah Kristen tetap berfungsi ditengah masyarakat makai a harus peka terhadap perubahan itu.
2.      Menciptakan ciri khas yang khusus
Sekolah Kristen perlu menciptakan nama atau merek tersendiri yang mencirikan kekristenan, yang merupakan perbedaan dengan sekolah lain. Hal ini sebenarnya sudah dimulai oleh beberapa sekolah mulai dari sekolah terkecil (paud) sampai keseklah tertinggi, seperti misalnya Satya wacana, SMA lab, SMA Kristen, dan lain sebagainya.
3.      Sekolah Kristen dalam masyarakat majemuk
Menampakan ciri khas Pendidikan Kristen dalam masyarakt majemuk memerlukan sutu kebijaksanaan khusus sesuai dengan tantangan-tantangan yang berkembng didalam masyarakat sekitar. Salah satu isu actual sekarang berkaitan dengan masalah PAK disekolah Kristen. Peserta sekolah didik pada sekolah Kristen terdiri dari berbagai pemeluk agama. Maka perlu kebijaksanan dalam menangani hal ini.
4.      Hubungan dengan gereja
Keluarga gerejadan sekolah adalah 3 lembaga yang bertanggung jawab secara langsung dalam penyelengaraan Pendidikan Kristen. Keluarga dan gereja adalah Lembaga yan dasarnya dibentuk oleh Tuhan. Kedua Lembaga ini selalu ada dalam masyarakat sepanjang hidup atau sepanjang sejarah, oleh karena itu kedua Lembaga inilah yang pertama-tama bertanggung jawab terhadap Pendidikan anak-anak.[9]
2.6  Masalah-masalah mengenai pak di sekolah-sekolah terutama di Indonesia
Di Indonesia ada banyak masalah-masalah yang menjadi factor penghambat perkembangan Pendidikan PAK. Hal inilah yang menyebabkan Pendidikan menjadi kurang baik dan tidak bisa sedemikian rupa dapat dimengerti dan di terima oleh para pesrta didik atau orang-orang yang akan didik, diantaranya adalah :
2.6.1  Guru-guru
Ketersediaan guru-guru sangatlah dibutuhkan dalam sekolah-sekolah umum. Seorang guru mengajar pada bidang keahliannya masing-masing. Agar dia benar-benar bisa mengajarkan anak didik sesuai dengan keahlian atau profesinya sebagai guru dalam bidang tertentu. Misalnya, apabila ia seorang pendeta, ia telah mendapat pelajaran dalam Sekolah Teologianya mengenai teori dan praktek PAK itu, maka ia bisa dengan baik mengajarkan kepada para peserta didik tentang bagaimanakah cara dan gaya hidup sesuai dengan ilmu yang diperolehnya dari sekolah tingginya.
Jika dilihat, di Indonesia masih banyak sekolah-sekolah yang memerlukan guru yang khusus pada bidangnya. Jika dilihat dan diteliti ada banyak sekolah—sekolah yang masih idak bisa mempraktekan hal ini. Dimana guru yang sesuai bidang tertentu dan hanya dikhususkan pada bidang tertentu tidak ada. Guru menjadi multitugas kalua didekolah, maksudnya adalah ia mengambil bagian yang bukan pada bidangnya. Hal ini terjadi karena terbatasnya sumberdaya manusia dalam bidang tertentu sehingga mempergunakan sumber daya manusia yang tidak sesuai pada bidangnya. Inilah yang sangat menyedihkan dan prlu perhatian pemerintah untuk dapat mengirimkan guru-guru yang sesuai dengan bidangnya. Demi kehidupan para pesrta didik dan mereka juga bisa memahami, menerima pengajaran dengan baik apabila di tangani oleh guru yang tept pada bidangnya. Misalnya guru PAK mengajar tentang PAK, bukan guru PAK mengajar tentang Bahasa Indonesia. Itu tidak nyambung lagi, itu namanya tidak professional. Bisa dibayangkan bagaimana anak yang menerima Pendidikan tersebut. Tidak sebanding dengan anak-anak yang mendapat perhatian dan pengajaran dari guru yang pas pada bidangnya.
Ada dua syarat mutlak yang harus dipenuhi oleh guru-guru yang memberikan PAK atas nama gereja: mereka harus cakap mengajar, dan mereka haruslah seorang Kristen sejati yang menghormati serta melayani Tuhan dalam segenap hidupnya. Tuntutan dalam mengajarkan agama Kristen memang lebih berat dan lebih tinggi daripada mengajarkan bahasa Inggris. Bisa dikatakan tidak sebanding karena menjadi guru PAK besar tuntunnya, yaitu memahami Alkitab, benar-benar Kristen, dan menjadi teladan bagi semua orang tidak hanya dalam perkataan tetapi juga dalam setiap perbuatan sehari-hari baik disekolah, dirumah atau dimanapun ia berada.
2.6.2        Rencana Pelajaran
     Bahan-bahan apa saja yang perlu diajarkan dan bagaimanakah pembagiannya atas tahun-tahun pelajaran di sekolah-sekolah umum itu itu perlu di buat.  PAK hendaknya jangan dirancang dengan sewenang-wenang. Harus ada peraturan dan ketertiban yang tidak kalah dengan rencana mata pelajaran lainnya. Kebanyakan guru tidak melakukan hal ini, mereka hanya tahu merek melakukan tugasnya, apalagi sekolah didaerah-daerah yang sangat butuh sekali perhatian.
2.6.3        Cara-cara
     seorang guru seharusnya harus pandai memilih metode manakah yang cocok dipakai disekolah PAK. Seseorang harus  sudah mengerti apa sifat khusus cara mengajar seperti ini, dan kita sudah tahu bahwa agama Kristen tak dapat diajarkan hanya dengan memakai metode menguraikan dan menerangkan saja, karena kepercayaan Kristen bukanlah suatu hal yang perlu dimengerti dengan akal melainkan suatu hubungan pribadi dengan Allah yang berhubungan dengan seluruh kehidupan kita. PAK juga diharapkan dapat membina persekutuan pribadi antara murid-murid dengan Tuhan Yesus, oleh sebab itu pengajaran agama seharusnya merangkum baik pengajaran ibadah bersama, persekutuan Kristen satu dengan yang lain, maupun kesempatan untuk melayani Tuhan dan sesama manusia. Justru karena itulah mengajarkan PAK di sekolah-sekolah umum menjadi tidak mudah, malah merupakan suatu masalah yang berat sebab tentu saja hampir mustahil mewujudkan segala cita-cita ke dalam jam pelajaran yang ada di sekolah saja.
Keadaan dan peraturan sekolah-sekolah umum itu mau tidak mau mengikat dan merintangi kita. Kita terikat pada lamanya jam pelajaran di sekolah. Suasana sekolah umumnya memberi corak lain kepada jam pelajaran itu. Dalam lingkungan gereja sendiri kita tentu bebas terhadap soal metode itu dan suasananya lebih menyenangkan.
Hendaknya kita mulai dengan ibadah pendek berupa nyanyian rohani dan doa. Selanjutnya kita dapat memakai beberapa menit untuk mendengar hapalan murid-murid mengenai pokok-pokok pelajaran pada pelajaran yang lalu. Tetapi hendaknya bagian ini tidak terlalu bersifat `sekolah` melainkan supaya hapalan itu sedapat mungkin diberi arti rohani dan bersuasana ramah-tamah. Waktu yang sisa dapat dipakai untuk bercerita atau memulai pelajaran yang baru. Atau jika kita sudah menyuruh murid-murid untuk membaca satu pasal dari Alkitab atau buku pegangannya yang lain, kita dapat mengadakan tanya jawab tentang isi buku tersebut. Pada murid di sekolah lanjutan atas, kita dapat menggunakan metode diskusi.
Penting sekali supaya tiap jam pelajaran mempunyai satu pokok tertentu yang terbatas dan bulat. Pada akhir jam itu ada baiknya jikalau dengan ringkas kita ikhtisarkan pula apa yang telah dibicarakan selama jam pelajaran itu. Tentu saja kita akan mengakhiri dengan doa pendek pula, supaya suasana ibadah tetap terpelihara.
2.6.4 PAK lain
     Hendak menitikberatkan perlunya menambahkan PAK lain pula di samping pengajaran yang diberikan dalam sekolah. Pengajaran agama di sekolah itu memang belum cukup, dan sebab itu gereja belum dapat dilepaskan dari tanggung jawabnya untuk menyelenggarakan PAK yang lebih luas dan lebih mendalam lagi di dalam lingkungan dan suasananya sendiri.[10]
Selain itu PAK juga perlu diterapkan dirumah, yaitu dalam keluarga. Seorag guru PAK harus mampu bergaul dengan kedua orang tua murid, ia melakukan kerjasama yang baik dalam mendidik karakter anak tersebut.
2.6.4  Sarana dan prasarana
Ini juga adalah hal yang sangat penting. Ketersediaan sarana dan prasarana disekolah-sekolah terutama di Indonesia perlu perhatian karena ini masih kurang. Ini berguna untuk endukung siswa dalam mengajar. Bagaimana mereka bisa belajar kalua tidak ada sarana dan prasarana sedangkan itu hal yang dibutuhkan dalam mengajar. Oleh karena itu perlu pertimbangan yang matang dalam mengajar dan juga ketersediaan bahan-bahannya.

2.5 Upaya-upaya mengembangkan Pendidikan PAK di Indonesia
Dalam memahami masalah-masalah yang terjadi ini maka perlu penangana-penanganan untuk dapat mengembangkan Pendidikan terutama PAK, ada beberapa upaya menurut penyusun yang harus dilakukan :
2.5.1 Memiliki Pengetahuan dan Kebenaran Firman Allah
Seorang guru yang profesioal harus mempunyai pengetahuan dan kebenaran firman Allah sebagai bahan pengajaran yang utama, karena semua bahan pengajaran dari seluruh Alkitab dan berkaitan dengan Kristus. Guru harus mengajarkan benih firman dengan setia dalam kuasa Roh Kudus, sehingga pada akhirnya siswa mengalami perubahan karena firman Allah bermanfaat untuk mengajar, menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuan dan mendidik orang dalam kebenaran. Seperti yang diungkapkan J. M. Price dalam bukunya “Yesus Guru Agung”
2.5.2 Memiliki Karakter Kristus.
Karakter berarti menyangkut kepribadian yang utuh dari seseorang, sehingga kepribadian sangat menentukan nilai kehidupan seseorang. Karakter atau kepribadian seorang Guru PAK Profesional juga menentukan keberhasilan Guru dalam mendidik dan mengajar siswa sebagai pembimbing rohani dalam menumbuh-kembangkan iman siswa, karena guru PAK tidak hanya sekedar sebagai pengajar ilmu saja tetapi lebih daripada itu guru menjadi contoh dari kehidupan yang diajarkan dan yang terlihat dalam kehidupan sehari-hari.
2.5.3  Guru PAK dan Kualitas Pengajarannya
Guru merupakan unsur terpenting dalam kegiatan belajar mengajar, sebagai seorang pengajar kualitas pengajaran sangat dibutuhkan di dalam suatu lembaga pendidikan. Di dalam pengajaran PAK juga memerlukan guru PAK yang memiliki kualitas mengajar yang baik karena pengajaran PAK yang disampaikan memiliki makna bagi siswa. Kualitas mengajar tersebut meliputi : Guru yang berkompeten dan Guru yang Profesional. 
2.5.4 Guru yang Berkompetensi
Kompetensi adalah kemampuan Guru dalam mencapai tingkat profesionalitassebagai seorang guru, yang mengacu pada visi, sikap dalam menyampaikan ajarannya,membentuk karakter dan integritas sebagai guru, dan mengembangkan intelektual, kepekaan berpikir, kemampuan di bidang belajar-mengajar serta memunculkan gagasan yang positif, kreatif.
Menurut Janse Belandina Non Serano dalam bukunya “Profesionalisme Guru danBingkai Materi”mengatakan beberapa hal mengenai Kompetensi Guru PAK yaitu: Guru PAK memiliki pengetahuan tentang Alkitab, Guru mampu menjembatani antara persoalan sehari-hari siswa dengan Pendidikan iman sesuai Alkitab, Guru PAK mampu menguasai bahan pelajaran, Guru PAK menguasai Prinsip-Prinsip Pendidikan, Guru PAK mampu mengelola Program belajar mengajar, .Guru PAK mampu mengelola kelas, Guru PAK mampu membangun Hubungan yang baik dengan siswa, dan Guru PAK mampu membimbing dan mendampingi siswa dalam mencapai transformasi nilai-nilai kehidupan sebagai murid Yesus.













BAB 3
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan, dan pemikiran manusia secara kritis, dan dijabarkan dalam konsep mendasar.[1] filsafat tidak di dalami dengan melakukan eksperimen-eksperimen, dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi, dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu.
Pendidikanlah yang akan menjadi penolong untuk dapat menangani masalah yang ada dalam kehidupan sesorang. Seiring perkembangan zaman, maka pendidikan ini juga semakin berkembang. Para pendidik bias menjadi pengajar yang baik dan lebih berguna bagi peserta didik, mampu mengetahui setiap persoalan-persoalan yang dialami oleh anak didik, bukan hanya sekedar mengajar tetapi juga bagaimana ia dapat melakukan visitasi, memperhatikan dan mempedulikannya.
Di Indonesia ada banyak yang masih perlu diperhatikan dan dikembangkan lagi, baik ketersediaan sarana dan prasarana, sumberdaya manusia dan hal lain. Sehingga hal ini dibutuhkan perhatian dan pengembanan.
3.2  Saran
Berdasarkan paper perkembangan pendidikan pak ini, maka penyusun paper memberikan saran kepada para guru-guru dan juga kepada mahasiswa yang akan menjadi calon guru nantinya agar mampu mengetahui bagaimana perkembangan filsafat pendidikan pak itu, sehingga mereka dapat mengerti memahami serta memiliki rasa tanggung jawab yang besar untuk mendidik peseta didik dengan benar dan sesuai dengan kehendak Tuhan.




Imam Barnadib, Filsafat Pendidikan PAK (FIP IKIP Yogyakarta,1982), hal.11

https://www.rangkumanmakalah.com/definisi-filsafat-ilmu-dan-tujuannya/

http://bkputrawan.blogspot.co.id/2008/01/filsafat-pendidikan-agama-kristen.html

Pullias, Earl V, James D. Young., Guru Adalah Segala-galanya., Bandung: Tarate, 1983

Milne, Bruce., Mengenali Kebenaran: Panduan Iman Kristen., Jakarta: BPK-GM., 1993

Andar Ismail Ajarlah Mereka Melakukan (Jakarta:BPK Gunung Mulia, 1999), 98.

E. G. Homrighauen dan I. H. Enklaar Pendidikan agama kristen (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993), hal. 172





[2] https://www.rangkumanmakalah.com/definisi-filsafat-ilmu-dan-tujuannya/

[3] http://bkputrawan.blogspot.co.id/2008/01/filsafat-pendidikan-agama-kristen.html

[5] Imam Barnadib, Filsafat Pendidikan PAK (FIP IKIP Yogyakarta,1982), hal.11

[6] Pullias, Earl V, James D. Young., Guru Adalah Segala-galanya., Bandung: Tarate, 1983
[7] Milne, Bruce., Mengenali Kebenaran: Panduan Iman Kristen., Jakarta: BPK-GM., 1993
[8]Andar Ismail Ajarlah Mereka Melakukan (Jakarta:BPK Gunung Mulia, 1999), 98.

[9] Weinata sairim, Identitas, ciri khas Pendidikan kristen di Indonesia (Jakarta :bpk gunung mulia, 2006 ) hal, 87
[10] E. G. Homrighauen dan I. H. Enklaar Pendidikan agama kristen (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993), hal. 172

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SKRIPSI Implementasi kurikulum Merdeka dalam penyusunan modul ajar mata pelajaran pendidikan agama Kristen di sekolah dasar negeri 01 dukuh Salatiga

  https://docs.google.com/document/d/1dg_AG2xpw73mPijLobl4L_S-3hXar0gk/edit?usp=drivesdk&ouid=109035727521198068929&rtpof=true&s...

HINTS