Perkembangan
filsafat PAK di Indonesia
Diajukan untuk memenuhi persyaratan lulus mata
kuliah Filsafat Pak
Dosen pengampu pdt.
Oleh
Nama : Natal ria zega
Nim : 16311415
Prodi : PAK
Sekolah Tinggi Teologi Efata
Salatiga
2017
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar
belakang
Filsafat adalah
studi tentang seluruh fenomena kehidupan, dan pemikiran manusia secara kritis, dan dijabarkan dalam konsep
mendasar. filsafat tidak di dalami dengan melakukan eksperimen-eksperimen, dan
percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari
solusi untuk itu, memberikan argumentasi, dan alasan yang tepat untuk solusi
tertentu. Filsafat diakui sebagai induk ilmu
pengetahuan ( the mother of sciences ) yang mampu menjawab segala pertanyaan
dan permasalahaan. Mulai dari masalah-masalah yang berhubungan dengan alam
semesta hingga masalah manusia dengan segala problematika dan
kehidupannya. Diantara permasalahan yang tidak dapat dijawab oleh filsafat
adalah permasalahan yang ada dilingkungan pendidikan.
Menurut John dewey, seorang filosof Amerika, filsafat merupakan teori umum dan
landasan pertanyaan dan menyelidiki faktor-faktor realita dan pengalaman yang
terdapat dalam pengalaman pendidikan apa yang dikatakan John dewey memang
benar. Dan karena itu filsafat dan pedidikan memiliki hubungan hakiki dan
timbal balik, berdirilah filsafat pendidikan yang berusaha menjawab dan
memecahkan persoalal-persoalan pendidikan yang bersifat filosifis dan memerukan
jawaban secara filosofis.
Disiplin
ilmu pengetahuan yang lahir itu ternyataa
memiliki objek dan sasaran yang berbeda-beda, yang terpisah satu
sama lain. Suatu disiplin ilmu pengetahuan mengurus dan mengembangkan bidang
garapan sendiri-sendiri dengan tidak memperhatikan hubungan dengan bidang
lainnya. Tugas filsafat adalah mengajukan pertanyaan–pertanyaan dan menyelidiki
faktor–factor realita dan pengalaman yang banyak terdapat dalam lapangan
pendidikan. Ajaran filsafat yang komprehensif telah menempati status yang
tinggi dalamkehidupan kebudayaan manusia, yakni sebagai ideology suatu bangsa
dannegara. Tujuan berfilsafat adalah membina manusia mempunyai akhlaq yang
tertinggi.
Manusia adalah mahluk hidup yang selalu menyerukan kebaikan, cinta dan
kebenaran. Tetapi, disisi lain manusia juga mempunyai sisi negatif yaitu mahluk
satu-satunya yang dapat membunuh diri dan sesamanya tanpa suatu alasan yang
jelas, selain untuk mencari sebuah kesenangan. Sehingga dibutuhkan alternatif
yang dapat menyelesaikan masalah itu. Filsafat merupakan suatu induk ilmu
pengetahuan yang mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan dan permasalahan. Mulai
dari masalah-masalah yang berhubungan dengan alam semesta sampai masalah
sosial. Meskipun seperti itu, filsafat belum bisa menyelesaikan
seluruh problema dalam kehidupan masyarakat. Hal ini berdasarkan pengalaman kehidupan manusia
pada zaman dahulu, sehingga dibutuhkan suatu unsur komplementer dalam
melengkapi filsafat tersebut yaitu pendidikan. Karena
pada hakikatnya, pendidikan digunakan untuk mendewasakan manusia. Sehingga,
ditarik kesimpulan bahwa filsafat dan pendidikan harus saling melengkapi satu
sama lain, karena kedua unsur tersebut tidak bisa berdiri sendiri dalam
memecahkan problema kehidupan manusia dan munculah filsafat pendidikan.
Filsafat
Pendidikan diperlukan dalam setiap Pendidikan termasuk di Indonesia. Indonesia
adalah negara yang menerapkan Pendidikan. Tidak hanya di rumah, di lingkungan
tetapi juga di sekolah. Oleh karena itu, penulis akan menjelaskan secara
eksplisit mengenai latar belakang munculnya filsafat pendidikan.
1.2 Rumusan
masalah
Masalah
yang akan di bahas adalah :
1. Pengertian
filsafat Pendidikan
2. Pendidikan
menurut Alkitab
3. Perkembangan
filsafat PAK di Indonesia
4. Masalah-masalah
dalam Pendidikan PAK
5. Upaya
dalam mengembangkan Pendidikan PAK
1.3 Tujuan
penulisan
Tujuan dari penulisan paper ini adalah dengan
adanya paper ini maka penulis mengharapkan kepada pembaca agar bisa mengetahui
tentang filsafat pendidikan agama kristen dan jug perkembangan filsafat pak di
indonesia.
1.4 Batasan masalah
Agar paper ini tidak terlalu luas maka penyusun
membatasi , yaitu perkembangan filsafat PAK di Indonesia.
BAB 2
PERKEMBANGAN FILSAFAT PAK DI
INDONESIA
2.1 Pengertian
filsafat Pendidikan
Dalam
buku Imam Baradid yang berjudul filsafat pendidikan”, filsafat pendidikan
adalah ilmu pendidikan yang bersendikan filsafat atau filsafat yang diterapkan
dalam usaha pemikiran dan pemecahan mengenai masalah pendidikan. Filsafat pendidikan berasal dari dua kata
yaitu kata filsafat dan kata pendidikan. Filsafat sendiri berasal dari bahasa
yunani “philos” yang memiliki arti kecintaan dan “sophia yang memiliki arti
kebijaksanaan. Jika diterjemahkan dari dua kata ini, maka filsafat dapat
diartikan sebagai kecintaan akan kebijaksanaan. Jika diartikan secara lengkap
maka filsafat dapat diartikan sebagai kajian mendalam yang dilakukan terhadap
ilmu pengetahuan didasarkan atas kecintaan seseorang terhadap ilmu pengetahuan
tersebut. Jika diterapkan dalam
pendidikan, maka lahirlah apa yang disebut dengan filsafat pendidikan yang
artinya adalah sebuah ilmu filsafat yang terfokus pada bidang pendidikan. Dalam
hal ini, filsafat benar-benar difokuskan di setiap bagian dari bidang
pendidikan dari mulai kulit hingga akar-akarnya. Filsafat pendidikan akan
membahas ilmu mengenai pendidikan itu sendiri secara mendalam dan meluas di
setiap bagian dari ilmu pendidikan.[1]
Filsafat
Pendidikan sangatlah penting. Ini baian yang tidak bisa lepas dari kehidupan
terutama filsafat PAK. Pendidikan PAK sangat berguna bagi semua orang.
Terbentukya karakter seseorang itu diakibatkan karena Pendidikan yang ia
dapatkan baik di sekolah dalam hal ini adalah guru yang berperan aktif dalam
mendidik dan mengrahkan para peserta didik ke arah yang lebih baik. Pendidikan
yang diberikan bukan karena asal-asalan atau karena tugas saja, tapi juga harus
menyadari bahwa itu adalah panggilan Tuhan, maka kita harus melaksanakannya
dengan baik tanpa ada maksud dan tujuan lain dari hal tersebut. Para pendidik
harus berani mencintai tugas yang diberikan kepadanya dalam hal mendidik. Bukan
hanya disekolah tapi juga di kehidupan luar anak tersebut termasuk dalam
keluarga dan lingkungan sekitarnya (masyarakat). Oleh karena itu semua para
pendidik seharusnya menyadari hal ini.
2.2 Manfaat
filsafat PAK
Manfaat
mempelajari filsafat ada bermacam-macam. Namun sekurang-kurangnya ada 4 macam
faedah, yaitu :
1. Agar terlatih berpikir serius
2. Agar mampu memahami filsafat
3. Agar mungkin menjadi filsafat
4. Agar menjadi warga negara yang baik
Dengan uraian diatas jelaslah bagi kita
bahwa secara kongkrit manfaat mempelajari filsafat adalah :
1.
Filsafat menolong dalam mendidik,
2.
Filsafat memberikan kebiasaan dan
kepandaian untuk melihat dan memecahkan persoalan-persoalan dalam hidup
sehari-hari.
3. Filsafat memberikan pandangan yang luas
4. Filsafat merupakan latihan untuk berpikir
sendiri
Filsafat memberikan dasar,-dasar, baik
untuk hidup kita sendiri (terutama dalam etika) maupun untuk ilmu-ilmu
pengetahuan dan lainnya, seperti sosiologi, ilmu jiwa, ilmu mendidik, dan
sebagainya.
2.3 Tujuan
pendikin Kristen
Memahami
definisi pendidikan kristen tidak lepas dari tujuan yang harus dicapai didalam
pelaksanaan pendidikan kristen itu sendiri. Setiap pakar pendidikan kristen
memiliki tujuan masing-masing di dalam melakukan pendidikan kristen itu
sendiri.bagi James D. Smart, pendidikan kristen adalah kegiatan mengajar
yang bertujuan agar melalui pengajaran
kita, Allah dapat bekerja di hati mereka yang diajar untuk menjadikan mereka
murid-murid yang meyakinkan baik dengan kata dan perbuatan ditengah-tengah
dunia. Menurut smart, tujuan pendidikan kristen adalah usaha menjadikan peserta
didik sebagai murid sejati.lain halya dengan Brian Hill mengatakan bahwa
pendidikan kristen bukan sekedar kegiatan yang membawa manusia memiliki
pengetahuan yang banyak namun terpisah dari Allah.[2]
2.4 Pendidikan
agama Kristen
Pendidikan kristen
merupakan salah satu bentuk panggilan dan pelayanan yang di anugerahkan Tuhan
kepada setiap orang percaya kepada-Nya. Tidak semua orang bisa menjadi pengajar
yang baik dan tidak semua orang mendapat kesempatan untuk bisa melakukan
pelayanan dengan Pendidikan Kristen. Orang yang benar-benar terpanggil dalam
hal ini seharusnya mampu menyadari tentang tugas dan pangilannya. Ia mengajar
dengan tulus hati dan ikhlas melayani tanpa menuntut balasan dari orang
tertentu.karena ia di anugerahkan Tuhan dan di penggil untuk hal tersebut.
Pendidikan kristen dan filosofinya
seharusnya memegang peranan sangat penting yang dapat menjadi sarana untuk
membina pertumbuhan rohani para peserta didik, bukan saja tuntutan untuk
percaya dan mengenal siapakah Tuhan Yesus sang Jurus lamat itu, melainkan
dengan memiliki iman yang benar itu mereka diharapkan dapat mengabdikan diri
dengan setia kepada Tuhan Yesus kristus yang telah menjadi jurus lamat mereka. [3] Namun kenyataannya,
tidaklah semudah yang dibayangkan. Dalam praktek yang bisa lihat, tidak semua
hl yang didapat bisa dilakukan, ini tidak mudah seperti kita mendengarkannya.
Ini terasa lebih sulit. Orang yang hanya asal-asalan bisa saja meninggalkan panggilannya
tatapi orang yang benar-benar menyadari pangilan dan tugasnya maka dia akan
melaksanakan tugasnya dengan baik.
2.5 Pendidikan
menurut Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru
2.2.1
Perjanjian Lama
Kepedulian
Perjanjian Lama terhadap Pendidikan Agama sangat nyata. Dalam Ulangan 6:4-9,
disana sasaran dan pola Pendidikan Agama ditujukan. Ditegaskan bahwa umat Allah
berkewajiban untuk mewariskan kebenaran ilahi itu kepada generasi penerusnya.
Tanggung jawab tersebut harus dilakukan dengan kegigihan dan dengan tidak
mengenal lelah. Juga, dengan memanfaatkan segala peluang dan sarana yang
tersedia secara maksimal.
Dari
ayat-ayat ini jelas dan nyata bagi kita bahwa ketekunan dalam mendidik dan
mengajar seseorang sangat penting bahkan dikatakan secara berulang-ulang. Ketekunan dalam pengajaran kebenaran
Firman harus mencerminkan kadar kasih orang percaya kepada Allahnya (ay. 5).
Selain itu, seluruh aktifitas Pendidikan Agama harus dilaksanakan dalam
kesadaran akan kehadiran Pribadi Allah sendiri (ay. 4). Hal ini dimaksudkan
untuk menyadarkan pentingnya ketergantungan kepada-Nya (pengajaran dan
pengelolaan) dan juga mengingatkan bahwa tujuan akhir seluruh kegiatan adalah
terletak disana ~ kehadiran Allah.
Jelas sekali bahwa
Perjanjian Lama memandang Pendidikan Agama lebih dari suatu kegiatan yang
berurusan dengan soal penggarapan akal dan khususnya perubahan hidup para
peserta didik. Dengan kata lain, Perjanjian Lama tidak melihat Pendidikan Agama
sebagai usaha penyaluran ilmu, tetapi suatu proses pengubahan hidup. Penguasaan
pengetahuan hanyalah batu loncatan untuk menghasilkan perubahan hidup.
Allah sendiri adalah
pengajar utama Pendidikan Agama dalam Perjanjian Lama (Hos.11:1-4). Dalam
mengajar umat-Nya, Allah sering menggunakan empat golongan Pemimpin orang
Israel, yakni: Para Imam (Bil. 3), Para Nabi (Yunus, Mikha, dsb), Kaum
Bijaksana (Ams. 1-2, 6:1), dan Kaum Penyair (Mazmur). Disamping mereka, dalam
mengajar kepada setiap keluarga dijalankan oleh Kepala Keluarga yaitu Suami dan
Istri atau orang tua dari anak-anak. Anak laki-laki orang Yahudi juga
mendapatkan pendidikan formal dalam sekolah Yahudi. Sedangkan anak-anak
perempuan mendapatkan pengajaran dari Ayah mereka.
2.2.2 . Metode Penyampaian Pendidikan Agama
dalam PL
Tangung jawab yang berat sebagai
”bangsa pilihan” dalam mengajarkan Pendidikan Agama, orang Israel dituntut
untuk mengasihi Tuhan dengan segenap hati, segenap jiwa dan segenap kekuatan.
Perintah ini harus diajarkan berulang-ulang dari generasi ke generasi dan ini
menjadi tanggung jawab sang Ayah untuk mengajarkannya kepada anak-anaknya.
Metode pengajaran yang digunakan
antar lain adalah: metode menghafal (Ul. 6:4-9; Ams. 22:6;Maz.119:11,105),
membagikan cerita kepada kaum muda tentang peristiwa-peristiwa bermakna
(Yos.4:6-7;bnd Kel.12:24-27). Bahkan sekolah-sekolah formal Yahudi juga
menggunakan metode hafalan. Anak laki-laki ketika berumur 6 tahun, mereka
mempelajari huruf-huruf Ibrani. Setelah itu mereka melanjutkan sekolah di Beth
Talmud untuk mempelajari Taurat Lisan yang terdiri dari Misyna, Talmud dan
Haggadah. Mereka yang lulus di Beth Talmud inilah yang nantinya menjadi
guru-guru disekolah-sekolah Yahudi tingkat Dasar. Mula-mula mereka harus
menghafal 22 abjad Ibrani, kemudian menghafal kata-kata.[4]
Hal ini penting mengingat mula-mula bahasa Ibrani tidak mengenal huruf vokal.
Dengan tradisi menghafal inilah kemurnian PL terjaga setelah bahasa Ibrani
dibubuhkan vokal dalam tulisannya.
2.2.3
Pejanjian Baru
Hidup dan pelayanan Yesus menjadi
landasan Pendidikan Kristen. Salah satu gelar penting yang dikenakan kepada-Nya
adalah ”Rabbi” (Mat. 26:25, 49; Mark. 9:5, dll). Sebagai Guru Agung, Ia memulai pelayanan-Nya
dengan mencari pribadi-pribadi yang akan didik menjadi murid-Nya (Yakobus, Yohanes,
Petrus Andreas, dll). Yang ditemukan-Nya bukanlah orang yang hebat dan luar
biasa, tetapi orang biasa yang penuh kekurangan dan kelemahan ~ yang lebih
mengagetkan lagi yang namanya Yudas Iskariot (Luk.6:16).
Kehebatan Yesus sebagai Guru/pendidik
juga ditunjukkan melalui cara kerja-Nya. Kreatifitas dalam pelaksanaan tugas
ditunjukkan. Ia telah menggunakan teknik pengajaran yang sangat bervariasi:
ceramah, tanya jawab, lukisan, cerita, bahkan model pelatihan. Sisi lain dari
Yesus sebagi Pendidik, terlihat juga dalam kecakapan-Nya menggarap
konsep-konsep yang abstrak (Sorga, Neraka, Dosa, Pengampunan, Kerajaan Allah,
kebenaran, keadilan, dan sebagainya). persoalan yang abstrak tersebut justru
dikaitkan dengan semua permasalahan praktis sehingga menjamah pergumulan hidup
sehari-hari.
Dari semua ini, bagi-Nya pengajaran
bukanlah soal penajaman penalaran belaka tetapi proses pemahaman yang harus
menuntun kepada perubahan hidup. Keberhasilan pengajaran adalah menghasilkan
hidup yang semakin berkenan kepada Allah. Dan menghasilkan perubahan-perubahan
yang semakin baik dihadapan Allah.
2.4 Perkembangan Filsafat PAK di Indonesia
Filsafat
pendidikan adalah ilmu pendidikan yang bersendikan filsafat atau filsafat yang
diterapkan dalam usaha pemikiran dan pemecahan mengenai masalah
pendidikan. Filsafat pendidikan berasal
dari dua kata yaitu kata filsafat dan kata pendidikan. Filsafat sendiri berasal
dari bahasa yunani “philos” yang memiliki arti kecintaan dan “sophia yang memiliki
arti kebijaksanaan. Jika diterjemahkan dari dua kata ini, maka filsafat dapat
diartikan sebagai kecintaan akan kebijaksanaan. Jika diartikan secara lengkap
maka filsafat dapat diartikan sebagai kajian mendalam yang dilakukan terhadap
ilmu pengetahuan didasarkan atas kecintaan seseorang terhadap ilmu pengetahuan
tersebut.[5] Dengan demikian maka seseorang harus mengerti
tentang artinya makna Pendidikan itu. Mereka harus memiliki rasa kecintaan dan
tanggung jawab penuh terhadap tugas yang ia laksanakan, mencari sebuah masalah,
dan menemukan solusi sampai masalah itu benar-benar terselesaikan.
Seseorang harus memahami bahwa Pendidikan adalah hal yang
sangat penting dalam kehidupan. Kita mendapat Pendidikan sejak kita masih
kecil. Pendidikan itu akan terbawa-bawa dalam perjalanan kehidupan kita. Pendidikan
yang baik, akan membawa hidup orang tersebut menjadi baik dan begitu juga
sebaliknya.
2.4.1 Implementasi, pengajaran
dan pelaksanaan Pendidikan PAK di sekolah
Guru merupakan unsur terpenting dalam
kegiatan belajar mengajar, sebagai seorang pengajar kualitas pengajaran sangat
dibutuhkan di dalam suatu lembaga pendidikan. Di dalam pengajaran PAK juga
memerlukan guru PAK yang memiliki kualitas mengajar yang baik karena pengajaran
PAK yang disampaikan memiliki makna bagi siswa.[6]
Kualitas mengajar tersebut meliputi : Guru yang berkompeten dan Guru yang
Profesional. Pertama-tama yang harus kita pahami adalah bahwa guru PAK harus
menjadi teladan dalam perkataan dan perbuatan seperti yang telah Yesus ajarkan.
Selain itu perlu memahami pribadi Yesus sebagai guru yang harus diteladani
dalam kehidupan sehari-hari khususnya dalam pelaksanaan tugas keguruan dalam upaya
pembinaan iman kristen siswa, sebagai konsekuensi dari tugas panggilan, yaitu
harus hidup dalam iman.
Untuk menjadi yang patut diteladani, baik
dalam perkataan terlebih dalam perbuatannya, maka beberapa syarat harus
dimilikinya. Yesus mempunyai itegritas yang tinggi. Semua kata-kata Yesus
selalu benar atau selaras, sejalan dengan perbuatanNya. J.M Price, dalam Buku Yesus Guru Agung,
mengatakan bahwa : “Syarat yang terpenting bagi seorang guru ialah
kepribadiannya sendiri. Sebuah teladan lebih berharga daripada seratus kata
nasehat. Perbuatan seseorang lebih berpengaruh daripada pertataannya”.[7]
ada beberapa hal penting dalam
memahami tugas dan fungsi Guru Pendidikan Agama Kristen, antara lain;
1.
Motivasi
dalam Mengajar: Berbicara tentang Guru berarti itu adalah sebuah Profesi.
Profesi sering dikaitkan dengan hak. Apa yang menjadi motivasi anda mengajar?
Panggilan atau karena terpaksa. Karena ingin memberikan sesuatu dari profesi
atau menginginkan sesuatu dari profesi? Buang muatan-muatan yang tidak baik
dalam diri kita (pikiran, nilai-nilai, kecurangan, dll) yang membebani kita
dalam menghidupi tugas dan fungsi kita sebagai Guru.
2.
Metode
Yang Digunakan dalam Mengajar: Belajarlah dari Yesus Sang Guru Agung, yang
kreatif menggunakan metode dalam mengajar (memenangkan perhatian, menggunakan
pertanyaan, menggunakan ilustrasi, menggunakan ceramah, menggunakan model,
Malcom S. Knowles= sistem pedagogi vs andragogi). Seorang pengajar haruslah
memilih metode yang paling tepat untuk memperoleh perhatian dan mempertahankan
minat dari murid. Setiap metode yang digunakan pengajar harus dapat
membangkitkan perhatian kepada para murid untuk mendengar, melihat, mengatakan
dan mengerjakan apa yang diajarkan kepada mereka.[8]
3.
Manfaat
yang diperoleh dalam Mengajar: Di dalam setiap hak terdapat kewajiban. Semakin
besar haknya, semakin berat pula tanggung jawab yang terkait di dalamnya.
2.4.2 Kedudukan peranan,dan tanggung jawab penyelenggaraan
sekolah Kristen.
1.
Kedudukan
badan penyelenggaraan sekolah Kristen
Penyelenggaraan sekolah Kristen
diatiakan sebagai badan penyelenggaraan sekolah dalam bentuk yayasan atau
perkumpulan atau komisi gereja. Yayasan Pendidikan Kristen merupakan milik
sekumpulan orang bahkan mungkin milik seseorang. Oleh karena itu umat Kristen
tidak mempaunyai tanggung jawab utuk ikut bertanggungjawab memelihara dan
mengembangkan sekolah Kristen.
2.
Peranan
dan tanggungjawab badan penyelenggaraan sekolah Kristen
Badan penyelenggaraan
sekolah Kristen Bersama-sama dengan gereja bertanggungjawab untuk membanu dalam
mencapai visi dan misi dunia Pendidikan Kristen dalam dunia Pendidikan, baik
dalam Pendidikan Kristen maupun dalam sekolah Kristen. Berdasarkan visi misi
tersebut, badan penyelenggara sekolah mengawasi penyelenggaraan Pendidikan baik
disekolah Kristen maupun disekolah lain
2.4.4 Pengelolaan dana dan sumberdaya Pendidikan
1)
Pengellaan
personalia
Pengelolaan sumberdaya manusia tidak
sama dengan pengelolaan sumberdaya lainnya. Ciri khas sekolah Kristen dalam
dalam pengeolaan tenaga kependidikan dapat dinampakan melalui hubungan-hubungan
:
1. Melayani kebutuhan masyarakat
Sekolah Kristen adalah Lembaga yang melayani kebutuhan
masyarakat. Perkembangan iptek yang pesat diperkuat oleh pembangunan nasional
yang semakin meningkat mengakibatkan
terjadiya perubahan-perubahan yang cepat dalam masyarakat, termasuk perubahan
kebutuhannya. Supaya sekolah Kristen tetap berfungsi ditengah masyarakat makai
a harus peka terhadap perubahan itu.
2. Menciptakan ciri khas yang khusus
Sekolah Kristen perlu menciptakan nama atau merek tersendiri
yang mencirikan kekristenan, yang merupakan perbedaan dengan sekolah lain. Hal
ini sebenarnya sudah dimulai oleh beberapa sekolah mulai dari sekolah terkecil
(paud) sampai keseklah tertinggi, seperti misalnya Satya wacana, SMA lab, SMA
Kristen, dan lain sebagainya.
3. Sekolah Kristen dalam masyarakat
majemuk
Menampakan ciri khas Pendidikan Kristen dalam masyarakt
majemuk memerlukan sutu kebijaksanaan khusus sesuai dengan tantangan-tantangan
yang berkembng didalam masyarakat sekitar. Salah satu isu actual sekarang
berkaitan dengan masalah PAK disekolah Kristen. Peserta sekolah didik pada
sekolah Kristen terdiri dari berbagai pemeluk agama. Maka perlu kebijaksanan
dalam menangani hal ini.
4. Hubungan dengan gereja
Keluarga gerejadan sekolah adalah 3 lembaga yang bertanggung
jawab secara langsung dalam penyelengaraan Pendidikan Kristen. Keluarga dan
gereja adalah Lembaga yan dasarnya dibentuk oleh Tuhan. Kedua Lembaga ini
selalu ada dalam masyarakat sepanjang hidup atau sepanjang sejarah, oleh karena
itu kedua Lembaga inilah yang pertama-tama bertanggung jawab terhadap
Pendidikan anak-anak.[9]
2.6
Masalah-masalah
mengenai pak di sekolah-sekolah terutama di Indonesia
Di Indonesia ada banyak
masalah-masalah yang menjadi factor penghambat perkembangan Pendidikan PAK. Hal
inilah yang menyebabkan Pendidikan menjadi kurang baik dan tidak bisa
sedemikian rupa dapat dimengerti dan di terima oleh para pesrta didik atau
orang-orang yang akan didik, diantaranya adalah :
2.6.1
Guru-guru
Ketersediaan guru-guru
sangatlah dibutuhkan dalam sekolah-sekolah umum. Seorang guru mengajar pada
bidang keahliannya masing-masing. Agar dia benar-benar bisa mengajarkan anak
didik sesuai dengan keahlian atau profesinya sebagai guru dalam bidang tertentu.
Misalnya, apabila ia seorang pendeta, ia telah mendapat pelajaran dalam Sekolah
Teologianya mengenai teori dan praktek PAK itu, maka ia bisa dengan baik
mengajarkan kepada para peserta didik tentang bagaimanakah cara dan gaya hidup
sesuai dengan ilmu yang diperolehnya dari sekolah tingginya.
Jika dilihat, di Indonesia
masih banyak sekolah-sekolah yang memerlukan guru yang khusus pada bidangnya.
Jika dilihat dan diteliti ada banyak sekolah—sekolah yang masih idak bisa
mempraktekan hal ini. Dimana guru yang sesuai bidang tertentu dan hanya
dikhususkan pada bidang tertentu tidak ada. Guru menjadi multitugas kalua
didekolah, maksudnya adalah ia mengambil bagian yang bukan pada bidangnya. Hal
ini terjadi karena terbatasnya sumberdaya manusia dalam bidang tertentu
sehingga mempergunakan sumber daya manusia yang tidak sesuai pada bidangnya.
Inilah yang sangat menyedihkan dan prlu perhatian pemerintah untuk dapat
mengirimkan guru-guru yang sesuai dengan bidangnya. Demi kehidupan para pesrta
didik dan mereka juga bisa memahami, menerima pengajaran dengan baik apabila di
tangani oleh guru yang tept pada bidangnya. Misalnya guru PAK mengajar tentang
PAK, bukan guru PAK mengajar tentang Bahasa Indonesia. Itu tidak nyambung lagi,
itu namanya tidak professional. Bisa dibayangkan bagaimana anak yang menerima
Pendidikan tersebut. Tidak sebanding dengan anak-anak yang mendapat perhatian
dan pengajaran dari guru yang pas pada bidangnya.
Ada dua syarat mutlak yang
harus dipenuhi oleh guru-guru yang memberikan PAK atas nama gereja: mereka
harus cakap mengajar, dan mereka haruslah seorang Kristen sejati yang
menghormati serta melayani Tuhan dalam segenap hidupnya. Tuntutan dalam
mengajarkan agama Kristen memang lebih berat dan lebih tinggi daripada
mengajarkan bahasa Inggris. Bisa dikatakan tidak sebanding karena menjadi guru
PAK besar tuntunnya, yaitu memahami Alkitab, benar-benar Kristen, dan menjadi
teladan bagi semua orang tidak hanya dalam perkataan tetapi juga dalam setiap
perbuatan sehari-hari baik disekolah, dirumah atau dimanapun ia berada.
2.6.2
Rencana Pelajaran
Bahan-bahan apa saja yang perlu diajarkan dan bagaimanakah pembagiannya atas tahun-tahun pelajaran di sekolah-sekolah umum itu itu perlu di buat. PAK hendaknya jangan dirancang dengan sewenang-wenang. Harus ada peraturan dan ketertiban yang tidak kalah dengan rencana mata pelajaran lainnya. Kebanyakan guru tidak melakukan hal ini, mereka hanya tahu merek melakukan tugasnya, apalagi sekolah didaerah-daerah yang sangat butuh sekali perhatian.
Bahan-bahan apa saja yang perlu diajarkan dan bagaimanakah pembagiannya atas tahun-tahun pelajaran di sekolah-sekolah umum itu itu perlu di buat. PAK hendaknya jangan dirancang dengan sewenang-wenang. Harus ada peraturan dan ketertiban yang tidak kalah dengan rencana mata pelajaran lainnya. Kebanyakan guru tidak melakukan hal ini, mereka hanya tahu merek melakukan tugasnya, apalagi sekolah didaerah-daerah yang sangat butuh sekali perhatian.
2.6.3
Cara-cara
seorang guru seharusnya harus pandai memilih metode manakah yang cocok dipakai disekolah PAK. Seseorang harus sudah mengerti apa sifat khusus cara mengajar seperti ini, dan kita sudah tahu bahwa agama Kristen tak dapat diajarkan hanya dengan memakai metode menguraikan dan menerangkan saja, karena kepercayaan Kristen bukanlah suatu hal yang perlu dimengerti dengan akal melainkan suatu hubungan pribadi dengan Allah yang berhubungan dengan seluruh kehidupan kita. PAK juga diharapkan dapat membina persekutuan pribadi antara murid-murid dengan Tuhan Yesus, oleh sebab itu pengajaran agama seharusnya merangkum baik pengajaran ibadah bersama, persekutuan Kristen satu dengan yang lain, maupun kesempatan untuk melayani Tuhan dan sesama manusia. Justru karena itulah mengajarkan PAK di sekolah-sekolah umum menjadi tidak mudah, malah merupakan suatu masalah yang berat sebab tentu saja hampir mustahil mewujudkan segala cita-cita ke dalam jam pelajaran yang ada di sekolah saja.
seorang guru seharusnya harus pandai memilih metode manakah yang cocok dipakai disekolah PAK. Seseorang harus sudah mengerti apa sifat khusus cara mengajar seperti ini, dan kita sudah tahu bahwa agama Kristen tak dapat diajarkan hanya dengan memakai metode menguraikan dan menerangkan saja, karena kepercayaan Kristen bukanlah suatu hal yang perlu dimengerti dengan akal melainkan suatu hubungan pribadi dengan Allah yang berhubungan dengan seluruh kehidupan kita. PAK juga diharapkan dapat membina persekutuan pribadi antara murid-murid dengan Tuhan Yesus, oleh sebab itu pengajaran agama seharusnya merangkum baik pengajaran ibadah bersama, persekutuan Kristen satu dengan yang lain, maupun kesempatan untuk melayani Tuhan dan sesama manusia. Justru karena itulah mengajarkan PAK di sekolah-sekolah umum menjadi tidak mudah, malah merupakan suatu masalah yang berat sebab tentu saja hampir mustahil mewujudkan segala cita-cita ke dalam jam pelajaran yang ada di sekolah saja.
Keadaan dan peraturan sekolah-sekolah
umum itu mau tidak mau mengikat dan merintangi kita. Kita terikat pada lamanya
jam pelajaran di sekolah. Suasana sekolah umumnya memberi corak lain kepada jam
pelajaran itu. Dalam lingkungan gereja sendiri kita tentu bebas terhadap soal
metode itu dan suasananya lebih menyenangkan.
Hendaknya kita mulai dengan ibadah
pendek berupa nyanyian rohani dan doa. Selanjutnya kita dapat memakai beberapa
menit untuk mendengar hapalan murid-murid mengenai pokok-pokok pelajaran pada
pelajaran yang lalu. Tetapi hendaknya bagian ini tidak terlalu bersifat
`sekolah` melainkan supaya hapalan itu sedapat mungkin diberi arti rohani dan
bersuasana ramah-tamah. Waktu yang sisa dapat dipakai untuk bercerita atau memulai
pelajaran yang baru. Atau jika kita sudah menyuruh murid-murid untuk membaca
satu pasal dari Alkitab atau buku pegangannya yang lain, kita dapat mengadakan
tanya jawab tentang isi buku tersebut. Pada murid di sekolah lanjutan atas,
kita dapat menggunakan metode diskusi.
Penting sekali supaya tiap jam
pelajaran mempunyai satu pokok tertentu yang terbatas dan bulat. Pada akhir jam
itu ada baiknya jikalau dengan ringkas kita ikhtisarkan pula apa yang telah
dibicarakan selama jam pelajaran itu. Tentu saja kita akan mengakhiri dengan
doa pendek pula, supaya suasana ibadah tetap terpelihara.
2.6.4 PAK lain
Hendak menitikberatkan perlunya menambahkan PAK lain pula di samping pengajaran yang diberikan dalam sekolah. Pengajaran agama di sekolah itu memang belum cukup, dan sebab itu gereja belum dapat dilepaskan dari tanggung jawabnya untuk menyelenggarakan PAK yang lebih luas dan lebih mendalam lagi di dalam lingkungan dan suasananya sendiri.[10]
Hendak menitikberatkan perlunya menambahkan PAK lain pula di samping pengajaran yang diberikan dalam sekolah. Pengajaran agama di sekolah itu memang belum cukup, dan sebab itu gereja belum dapat dilepaskan dari tanggung jawabnya untuk menyelenggarakan PAK yang lebih luas dan lebih mendalam lagi di dalam lingkungan dan suasananya sendiri.[10]
Selain itu
PAK juga perlu diterapkan dirumah, yaitu dalam keluarga. Seorag guru PAK harus
mampu bergaul dengan kedua orang tua murid, ia melakukan kerjasama yang baik
dalam mendidik karakter anak tersebut.
2.6.4 Sarana dan prasarana
Ini juga adalah hal yang sangat
penting. Ketersediaan sarana dan prasarana disekolah-sekolah terutama di
Indonesia perlu perhatian karena ini masih kurang. Ini berguna untuk endukung
siswa dalam mengajar. Bagaimana mereka bisa belajar kalua tidak ada sarana dan
prasarana sedangkan itu hal yang dibutuhkan dalam mengajar. Oleh karena itu
perlu pertimbangan yang matang dalam mengajar dan juga ketersediaan
bahan-bahannya.
2.5
Upaya-upaya mengembangkan Pendidikan PAK di Indonesia
Dalam memahami masalah-masalah yang
terjadi ini maka perlu penangana-penanganan untuk dapat mengembangkan
Pendidikan terutama PAK, ada beberapa upaya menurut penyusun yang harus
dilakukan :
2.5.1 Memiliki Pengetahuan dan
Kebenaran Firman Allah
Seorang guru yang
profesioal harus mempunyai pengetahuan dan kebenaran firman Allah sebagai bahan
pengajaran yang utama, karena semua bahan pengajaran dari seluruh Alkitab dan
berkaitan dengan Kristus. Guru harus mengajarkan benih firman dengan setia
dalam kuasa Roh Kudus, sehingga pada akhirnya siswa mengalami perubahan karena
firman Allah bermanfaat untuk mengajar, menyatakan kesalahan, memperbaiki
kelakuan dan mendidik orang dalam kebenaran. Seperti yang diungkapkan J. M.
Price dalam bukunya “Yesus Guru Agung”
2.5.2 Memiliki Karakter Kristus.
Karakter berarti
menyangkut kepribadian yang utuh dari seseorang, sehingga kepribadian sangat
menentukan nilai kehidupan seseorang. Karakter atau kepribadian seorang Guru
PAK Profesional juga menentukan keberhasilan Guru dalam mendidik dan mengajar
siswa sebagai pembimbing rohani dalam menumbuh-kembangkan iman siswa, karena
guru PAK tidak hanya sekedar sebagai pengajar ilmu saja tetapi lebih daripada
itu guru menjadi contoh dari kehidupan yang diajarkan dan yang terlihat dalam
kehidupan sehari-hari.
2.5.3 Guru PAK dan Kualitas Pengajarannya
Guru merupakan unsur
terpenting dalam kegiatan belajar mengajar, sebagai seorang pengajar kualitas
pengajaran sangat dibutuhkan di dalam suatu lembaga pendidikan. Di dalam
pengajaran PAK juga memerlukan guru PAK yang memiliki kualitas mengajar yang
baik karena pengajaran PAK yang disampaikan memiliki makna bagi siswa. Kualitas
mengajar tersebut meliputi : Guru yang berkompeten dan Guru yang Profesional.
2.5.4 Guru yang Berkompetensi
Kompetensi adalah
kemampuan Guru dalam mencapai tingkat profesionalitassebagai seorang guru, yang
mengacu pada visi, sikap dalam menyampaikan ajarannya,membentuk karakter dan
integritas sebagai guru, dan mengembangkan intelektual, kepekaan berpikir,
kemampuan di bidang belajar-mengajar serta memunculkan gagasan yang positif, kreatif.
Menurut Janse Belandina
Non Serano dalam bukunya “Profesionalisme Guru danBingkai Materi”mengatakan
beberapa hal mengenai Kompetensi Guru PAK yaitu: Guru PAK memiliki pengetahuan
tentang Alkitab, Guru mampu menjembatani antara persoalan sehari-hari siswa
dengan Pendidikan iman sesuai Alkitab, Guru PAK mampu menguasai bahan
pelajaran, Guru PAK menguasai Prinsip-Prinsip Pendidikan, Guru PAK mampu
mengelola Program belajar mengajar, .Guru PAK mampu mengelola kelas, Guru PAK
mampu membangun Hubungan yang baik dengan siswa, dan Guru PAK mampu membimbing
dan mendampingi siswa dalam mencapai transformasi nilai-nilai kehidupan sebagai
murid Yesus.
BAB 3
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Filsafat adalah studi tentang seluruh
fenomena kehidupan, dan pemikiran manusia secara kritis, dan dijabarkan dalam
konsep mendasar.[1] filsafat tidak di dalami dengan melakukan
eksperimen-eksperimen, dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah
secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi, dan alasan
yang tepat untuk solusi tertentu.
Pendidikanlah yang akan menjadi penolong
untuk dapat menangani masalah yang ada dalam kehidupan sesorang. Seiring
perkembangan zaman, maka pendidikan ini juga semakin berkembang. Para pendidik
bias menjadi pengajar yang baik dan lebih berguna bagi peserta didik, mampu
mengetahui setiap persoalan-persoalan yang dialami oleh anak didik, bukan hanya
sekedar mengajar tetapi juga bagaimana ia dapat melakukan visitasi,
memperhatikan dan mempedulikannya.
Di Indonesia ada banyak yang masih perlu
diperhatikan dan dikembangkan lagi, baik ketersediaan sarana dan prasarana,
sumberdaya manusia dan hal lain. Sehingga hal ini dibutuhkan perhatian dan
pengembanan.
3.2 Saran
Berdasarkan paper perkembangan pendidikan
pak ini, maka penyusun paper memberikan saran kepada para guru-guru dan juga
kepada mahasiswa yang akan menjadi calon guru nantinya agar mampu mengetahui
bagaimana perkembangan filsafat pendidikan pak itu, sehingga mereka dapat
mengerti memahami serta memiliki rasa tanggung jawab yang besar untuk mendidik
peseta didik dengan benar dan sesuai dengan kehendak Tuhan.
Imam Barnadib, Filsafat
Pendidikan PAK (FIP IKIP Yogyakarta,1982), hal.11
https://www.rangkumanmakalah.com/definisi-filsafat-ilmu-dan-tujuannya/
http://bkputrawan.blogspot.co.id/2008/01/filsafat-pendidikan-agama-kristen.html
Pullias, Earl V, James D.
Young., Guru Adalah Segala-galanya., Bandung: Tarate, 1983
Milne, Bruce., Mengenali
Kebenaran: Panduan Iman Kristen., Jakarta: BPK-GM., 1993
Andar Ismail Ajarlah
Mereka Melakukan (Jakarta:BPK Gunung Mulia, 1999), 98.
E. G. Homrighauen dan I.
H. Enklaar Pendidikan agama kristen
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993), hal. 172
[2]
https://www.rangkumanmakalah.com/definisi-filsafat-ilmu-dan-tujuannya/
[3]
http://bkputrawan.blogspot.co.id/2008/01/filsafat-pendidikan-agama-kristen.html
[5]
Imam Barnadib, Filsafat Pendidikan PAK (FIP IKIP Yogyakarta,1982), hal.11
[6] Pullias,
Earl V, James D. Young., Guru Adalah Segala-galanya., Bandung: Tarate, 1983
[7] Milne,
Bruce., Mengenali Kebenaran: Panduan Iman Kristen., Jakarta: BPK-GM., 1993
[8]Andar Ismail Ajarlah Mereka Melakukan
(Jakarta:BPK Gunung Mulia, 1999), 98.
[9]
Weinata sairim, Identitas, ciri khas
Pendidikan kristen di Indonesia (Jakarta :bpk gunung mulia, 2006 ) hal, 87
[10]
E. G. Homrighauen dan I. H. Enklaar Pendidikan
agama kristen (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993), hal. 172
Tidak ada komentar:
Posting Komentar