TUGAS
PAPER
POLA
KEPEMIMPINAN MUSA BERDASARKAN KITAB KELUARAN-ULANGAN
Diajukan Untuk Memenuhi
Persyaratan Lulus Mata Kuliah KEPEMIMPINAN KRISTEN
Dosen
Pengampu : Pdt. Noh Asbanu. M.Th
Oleh
:
NAMA : NATAL RIA ZEGA
NIM :
16311415
Prodi :
S1-PAK
SEKOLAH TINGGI TEOLOGI
EFATA S A L A T I G A
2 0 1 7
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Kepemimpinan
yang efektif sangat dipengaruhi oleh kepribadian pemimpin. Setiap pemimpin perlu memiliki
aspek-aspek kepribadian yang dapat menunjang
usahanya dalam mewujudkan hubungan manusia yang efektif dengan anggota organisasinya.
Kesuksesan atau kegagalan suatu organisasi ditentukan oleh banyak hal, yang
salah satunya adalah kepemimpinan yang berjalan dalam organisasi tersebut.
Pemimpin yang sukses adalah apabila pemimpin tersebut mampu menjadi pencipta
dan pendorong bagi bawahannya dengan menciptakan suasana dan budaya kerja yang
dapat memacu pertumbuhan dan perkembangan kinerja karyawannya. Pemimpin
tersebut memiliki kemampuan untuk memberikan pengaruh positif bagi karyawannya
untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan yang diarahkan dalam rangka mencapai
tujuan yang ditetapkan.
kepemimpinan
adalah salah satu faktor yang sangat menentukan berhasil dan tidak berhasilnya
suatu organisai atau lembaga. Baik lembaga yang bergerak didalam bidang
keagamaan, maupun organisasi umum diluar keagamaan. Hal ini sehubungan denga adanya
keterkaitan antara seorang pemimpin dan
kepemimpinan. Sehingga melalui ini dpat diungkapan bahwa pemimpin dan
kepemimpinan adalah dua hal yang sangat berhubungan dan tidak dapat dipisahkan
dari satu dan lainnya. Membahas tentang pemimpin, maka seorang pemimpin adalah
seorang yang memimpin suatu lembaga atau
organisasi. Sedangkan kepemimpinan
adalah keseluruhan tindakan, sikap,
serta tingkah laku dari seorang pemimpin yang memimpin sebuah lembaga
atau organisasi dipimpinnya. [1]Kepemimpinan
menurut Robby I.
Candha yaitu kemampuan yang dimiliki seseorang untuk bergerak mencapai tujuan
bersama. Dengan demikian menurut pandangan-pandangan diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah
kemampuan seorang pemimpin untuk
menggerakkan bawahannya sehingga terjadi perubahan dan perkembangan bagi
orang-orang yang dipimpin serta organisasi atau lembaga yang dipimpinya. Kemampuan memimpin tersebut meliputi sistem
dan cara kerja dalam melaukan tugas dan
tanggung jawab kepemimpinan seorang pemimpin. Pemahaman yang tepat dan sangat
sederhana mengenai sistem kerja dan cara yang teat dalam menjalankan fungsi kepemimpnan seorang pemimpin akan
mengantar suatu lambaga atau organisasi pada terwujudnya tujuan dan terciptanya
keberhasilan. Melalui paper ini dapat diungkapkan bahwa suatu kepemimpinan
dapat dikatakan sehat apabila seorang pemimpin mampu menterjemahkan segala
sesuatu yang berkaitan dengan tujuan tercapainya keberhasilan dari organisasi
atau lembaga yang dipimpinnya.[2]
Dengan demikian dalam suatu lembaga atau organisasi membutuhkan suatu struktur
dan sistem yang jelas. Hal ini sehubungan dengan suatu sistem dan struktur
kepemimpinan akan bermanfaat untuk
mengatur suatu pemerintah baik organisasi atau lembaga pemerintah sosial maupun
keagamaan.
Kepemimpinan
rohani merupakan sebuah anugrah dan panggilan dari Allah. Demikian juga
kepemimpinan rohani merupakan sebuah kepercayaan yang diberikan Allah kepada
seorang pemimpin untuk memimpin umat Allah memasuki rencana-rencana Agung
kepada manusia. Sehubungan dengan itu seorang pemimpin rohani ketika sedang
memimpin umat Allah. Ia sedang menjalakn tugas kepemimpinan sebagai hamba yng
melayani kebutuhan moral dan sosial dari orang-orang yang dipimpin bukan
mencari kerohanian.
Membahas
mengenai studi kepemimpinan sejak awal munculnya pemilihan Allah bagi
orang-orang yang khusus sebagai umat Allah maka bersamaan dengan itu
terbentuklah suatu bentuk kepemimpinan. Bahkan dalam kitab PL kepemimpinan
merupakan rancangan
Allah sejak mula penciptaan Allah yang
ada di bumi (Kejadian 1:26) bahkan Allah tetap merancang kepemimpinan dengan
memilih Nuh, Abraham, Ishak dan khususnya Musa yang dipilih Allah dan
ditetapkan Allah untuk memimpin umat Israel keluar dari Mesir. Melalui umat
Israel Allah hendak menyelamatkan umat manusia sehingga dengan demikian manusia
melihat kebesaran Allah dan kemuliaan Allah sebagai pencipta.
Allah
menyelamatkan umat manusia dengan cara memilih orang-orang sesuai dengan
kehendaknya. Musa merupakan salah satu orang yang dipilih oleh Allah untuk
menjadi pemimpin membawa umat Israel keluar dari tanah Mesir menuju tanah
perjanjian dan memperoleh keselamatan. Musa menerima tugas kepemimpinannya
sebagai gembala Israel bukan atas kehendaknya sendiri melainkan pilihan dari
Allah. Bahkan kalau boleh memilih, ia menolak. Tetapi pilihan Tuhan kepadanya
menjadikan dia pemimpin Israel karena kepemimpinannya merupakan mandat dari
Allah maka Musa menjalankan
kepemimpinannya dengan otoritas dari Allah. Musa mendampingi bangsa Israel oleh
karena ia ,engandalkan Allah dan menjadikan Allah pemimpin yang utama dan
sebagai sumber dari segala kepemimpinannya. Hal inilah yang membuat penulis
untuk memilih dan mengankat judul “Pola kepemimpinan Musa berdasarkan Kitab
Ulangan-Keluaran”.
1.2 Alasan Pemilihan Judul
Alasan penyusun memilih judul
“Pola Kepemimpinan Musa” adalah : yang pertama Musa adalah seorang pemimpin
yang dikenal oleh orang-orang Israel. Mereka mengetahui dan mengenal sendiri
tentang Musa. Mereka mengenalnya karena kemampuannya dalam memimpin bangsa
Israel keluar dari Mesir dan kepribadiannya yang sangat dipercaya. Kedua, Musa
adalah seorang pemimpin yang dipilih oleh Allah untuk berperan dalam memimpin
bangsa Israel dan membawa bangsa Israel keluar dari perbudakan menuju tanah
perjanjian yaitu di Kanaan. Yang ketiga, keberhasilan Musa dalam membawa bangsa
Israel keluar dari Mesir. Keempat, dalam membawa bangsa Israel keluar dari
Mesir maka Musa memiliki pola-pola dan bentuk yang baik untuk memimpin umat
Allah.
1.3 Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam
pembuatan paper pola kepemimpinan Musa yang terdapat dalam kitab
Ulangan-keluaran yaitu bagaimana pola kepemimpinan Musa dalam memimpin bangsa
Israel keluar dari tanah mesir menuju tanah Kanaan.
1.4 Batasan Masalah
Agar penyusuna paper ini tidak
terlalu meluas maka penyusun membatasi masalah yaitu pola kepemimpinan Musa
yang terdapat dalam kitab Ulangan-Keluaran.
1.5 Metodologi
Penelitian
Dalam
penyusunan paper ini, penyusun menggunakan metode studi kepemimpinan dengan
meneliti Alkitab dan buku-buku pustaka.
1.6 Tujuan
Penelitian
Adapun
tujuan yang hendak dipakai melalui pembuatan paper ini adalah agar dapat
mengungkapkan semangat dengan melihat pola kepemimpinan dari Musa dalam
menyelamatkan umat Allah mengungkapkan juga semangatnMus yang mempengaruhi
kepemimpinananya dalam dalam memimpin umat Allah. Harapan penyusun agar para
pemimpin gereja saat ini dapat memimpin dengan baik sesuai dengan kehendak
Tuhan dan memiliki semangat dalam memimpin gerejanya.
1.7 Hipotesis
Penyusun
menyusun hipotesis sebagai berikut : Musa menjadi pemimpin yang handal bagi
bangsa Israel karna dalam setiap
kepemimpinannya ia selalu mengalkan Tuhan dan menjadikan Allah sumber segala
hal yang ia lakukan.
BAB 2
POLA KEPEMIMPINAN
MUSA
2.1 Pandangan tentang kepemimpinan menurut Alkiab
Kepemimpinan
merupakan rencana Allah sejak awal penciptaan bumi dan segala isinya. Bentuk
dari kepemimpinan Allah adalah mengatur segala sesuatu yang dijadikannya dan
memberi perintah kepada manusia untuk menguasai dan mengatur ciptaan Allah yang
lainnya. Sejak manusia pertama yang diciptakan Allah tidak taat pada pemerintah
Allah yaitu dengan melanggar larangan Allah dan lebih mengikuti keinginan
hatiya. Maka Allah berencana untuk membawa manusia kembali kepada-Nya dan
memiliki hubungan yang erat dengan Allah serta memuliakan Allah.[3] Dalam melaksanakan rencana Allah tersebut Allah memanggil orang-orang yang mau dan
bersedia dipakai Allah menjadi alat-Nya
untuk menyatakan kemuliaaan Allah di
tengah-tengah manusia. Dengan kehadiran seorang pemimpin di tengah-tengah umat
manusia, maka manusia bias menyadari seorang manusia yang dapat membimbing, dan
mengarahkan umat manusia kejalan yang benar.
Ketika
Allah mengangkat seorang pemimpin maka Allah memperlengkapi kuasa (otoritas)
Allah. Dengan kuasa yang diberikan Allah tersebut, maka seorang pemimpin
dipilih untuk dapat membimbing dan
mengarahkan umat manusia ke jalan keselamatan. Tujuan Allah memilih seorang
pemimpin adalah memimpin umat manusia kepada keselamatan yang telah
direncanakan oleh Allah sehingga manusia dapat memiliki hubunagan yang baik
dengan Allah. Pada masa PL Allah memberlakukan otoritasNya dengan perantaraan
para abi, imam dan raja. [4]
Kepemimpinan
yang dipakai dalam PL dan PB adalah dengan bijaksana didalam seluruh system
kepemimpinan yang terarah, sehingga dengan system kepemimpinan tersebut
masing-masing bekerja dengan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. Namun
disini mereka tidak berdiri sendiri. Mereka tetap diawasindari setiap anggota
maupun pemimpin tertinggi. Segala pekerjaan dikerjakan berdasarkan fungsi,
jabatan didalam kelompok dalam membentuk satu perkumpulan. Adapun sistem
kepemimpinan yang terdapat didalam Alkitab :
2.1.1 Kepemimpinan teokrasi
Kepemimpinan
teokrasi adalah system kepemimpinan atau pemerintahan yang dipimpin oleh Tuhan.
Sedangkan para pemimpi adalah sebagai wakil Allah didalam dunia untuk memimpin
manusia didalam kebenaran dan menyembah
kepada Allah.[5]
Istilah teokrasi berasal dari dua kata bahasa Yunani yaitu asal kata dari Theos
artinya Allah dan Kratos artinya pemerintahan. Arti kata teokrasi yaitu
pemerintahanoleh Allah. Pemerintahan teokrasi
adalah sistem pemerintahan yang unit dan secara khusus berlaku bagi
bangsa Israel. Jenis pemerintahan ini tidak mempunyai persamaan dengan
pemerintahan apapun, karena pemerintahan ini diatur oleh pernyataan intinya dinyatakan dalam keluaran 19:5-6 “5
jadi, sekarang, jika kamu sunguh-sungguh mendengarkan firman-Ku dan berpegang
pada perjanjian-Ku, maka kamu akan menjadi harta kesayangan-Ku sendiri dari
segala bangsa, sebab akulah yang empunya seluruh bumi. 6kamu akan
menjadi bagi-Ku kerajaan imam dan bangsa yang kudus. Inilah semuanya firman
yang harus kaukatakan kepada orang Israel”.
Sistem
pemerintahan teokrasi ini terdiri atas:
2.1.1.1
Teokrasi langsung
Kepemimpinan Allah terhadap manusia
secara langsung yaitu dengan membimbing manusia yang diwujudkan melaluisegala
ketetapan Allah. Melalui perintah dan pemerintahnya yang diberikan, Allah
menuntut manusia untuk menaati perintahyang diberikan kepada umat-Nya.
Pemerintahan Allah secara langsung kepada manusia dapat kita lihat dari manusia
pertama, pada masa Nuh, pada masa Abraham, dan pada masa pembebasan Israel, dan
masa kepemimpinanMusa.
Melalui Perjanjian Lama, dapat
diungkapkan bahwa Allah memiliki kedaulatan secara mutlak sebagai pemimpin atas
semesta dan terhadap manusia (Kejadian 1:1-31). Untuk mengatur segala yang
dijadikan-Nya. Kepemimpinan Allah terhadap manusia secara langsung yaitu dengan
membimbing manusia yangdiwujudkan melalui segala ketetapan Allah.
2.1.1.2
Teokrasi tidak langsung
Membahastentang teokrasi tidak lansung
maka dapat diungkapkan dalampaper ini. Musa merupakan seorang pemimpin yang
mendapat perintah dari Allah untuk membawabangsa Israel keluar dari tanah Mesir
(keluaran 3:11).
2.1.2 Kepemimpinan Monarki
Sebelum
saat menjadi raja pertama yang memerintah Israel, gelar hanya disandung oleh
Allah yang memerintah keterampilan memimpin.sebelum Musa memimpin bangsa
Israel,Allah mempersiapkan dengan ilmu-ilmu dan keterampilan memimpnin. Adapun
persiapan Allah erhadap Musa dibagi dalam dua periode atau masa, yaitu :
2.1.2.1 Fase persiapan ditanah Mesir
Musa
adalah orang yang dikenan Allah sehingga
Allah memilih dan menetapkan Musa menjadi pemimpin untuk melepaskan bangsa
Israel dari perbudakan Mesir serta membawa Israel ke tanah perjanjian agar
memiliki kebebasan untuk beribadah serta menyembah kepad Allah yang diajukan
leluhur Israel.[6]
Adapun persiapan Allah kepada Musa di
Mesir sebelum menjadi seorang pemimpin, yaitu:
·
Fase persiapan dari orang
tua kandung
Keluarga adalah tempat
pertama anak memperoleh pendidikan. Didalam keluarga melalui orang tuanya, anak
mengalami proses perkembangan sikap dan tingkah laku untuk dapat berpendidikan
di tengah-tengah lingkungannya. Peduli terhadap orang lain serta dididik untuk
dapat bertahan di tengah-tengah lingkungan dan memilah-milah yang terjadi
diluar lingkungan.
Musa
diasuh dan dididik ibunya. Ia mendapatkan pengajaran dan didikan pertama dari
keluarganya sendiri. Kemudian setelah itu ia juga belajar dari sekitar
lingkunsgnnya.
·
Fase persiapan dari
istana Firaun
Musa sebelum menjadi
pemimpin Israel, Allah mempersiapkan Musa dengan bekal-bekal ilmu
kepemimpinannya yang dipeoleh dari istana Firaun Mesir. Pada saat putri Firaun
mengankat Musa menjadi anak angkatnya,
Musa tinggal di istana Firaun dan ia menjadi seorang pengeran Mesir. Sebagai
seorang pemimpin dan anak puteri Firaun , Musa menerima pengajaran berbagai
hikmat dan pengetahuan (Kisah Para Rasul 7:22)
·
Fase persiapan dari Allah
di Padang Gurun[7]
Allahmempersiapkan Musa
untuk menjadi pemimpin yang taatdan rendah hati melalui pengalaman-pengalaman
dalam kesendiriannya dipadang gurun sebagai gembala domba.[8]
2..1.2 Fase kepemimpinan
Musa
Musa merupakan seorang yang dipilih oleh Allah dari
antara bangsa Israel dan seorang
pemimpin yang menjadi wakil allah untuk menuntun, membimbing serta mengarahkan
umat pilihan Allah kepada jalan-jalan Allah. Musa dipanggil Allah dan diberi
tanggung jawab untuk menjadi pemimpin bagi bangsa Israel, Musa mengemukan
keberatannya pada Allah. Namun pilihan Allah akan seorang pemimpin tetap diberikan
kepada Musa[9].
Fase-fase kepemimpinan Musa memimpin Israel antara lain:
·
Fase kepemimpinan Musa di
Mesir sampai keluar dari tanah Mesir
Allahmemanggildan
mengutus Musa dengan tugas (misi) sebagai berikut :pertama, kembali ke Mesir
dan menghadap dan berbicara kepada Firaun akan tuntutan Allah akan membebaskan
Israel ddari perbudakan (Keluaran 3:15-17,18). Kedua, mengumpulkan tua-tua
israel dan seluruh umat Israel yang ada di tanh Mesir untuk menyampaikan
ketetapan Allah bagi bangsa Israel,
yaitu membebaskanseluruh Israel dari perbudakan Israel agar dapatmembawa
keluar.
·
Fase kepemimpinan Musa
dalam masa penggembaraan
Status Israel setelah
keluar daari tanah Mesir menuju ketanah perjanjian adalah bangssa
pengembara. Sebagai bangsa pengembara,
pada waktu itu Israelparaturan-peraturan yang dapat menertibkan, dan mengatur
segala kehidupan sosial, moral maupun kerohanian. Sepanjang perjalanan Israel
Allah sebagai pemimpin yang memiliki otoritas tertinggi melalui Musa. Ketetapan
dan keputussan-keputusan Allah terhadap Allah umat-Nya mutlak dijalankan Musa
bersama-sama bangsa Israel. Allah yang
menyatakan diri kepada Mussa dan bangssa Israel lewat mujizatdan
pertolongan-pertolongan dengan memberi kemenangan (Keluaran 7:14).[10]
2.3
Studi kepemimpinan Musa Menurut Kitab
Ulangan- Keluaran
Musa adalah seorang pemimpin bangsa
Israel yang telah di panggil oleh allah untuk membawa bangsa Israel keluar dari
tanah Mesir. Panggilan Allah terhadap Musa untuk memimpin bangsa Israel hal, setelah memberikanpeneguhan dengan
tanda-tanda mujizt yang dilakukan Allah. Tanda mujizat tersebutmerupakan wujud
dari Allahyang menyertai Musa dalam kepemimpinannya.allah adalah pemimpin
tertinggi bagi Musa dan bangsa Israel sehingga Musa bekerja berdasarkan
petunjuk Allah. Ia menjadi pemimpin yang berhasil karena faktor ilahi dan
diddukung oleh karakter dan pola kerja yang tepat.
2.4 Karakter Musa sebagai pemimpin umat Allah
Seorang pemimpin, tentunya ia harus mencirikan
dan memiliki karakter seorang pemimpin. Setiap pemimpin memiliki
karakter-karakter yang berbeda-beda. Dengan perbedaan tersebut maka tiap-tiap
orang memiliki ciri khasnya masing-masing. Karakter merupakan sifat dasar
manusia yang menjadi kepribadian. Adapun karakter Musa adalah : 2.4.1 Tegas
Seorang
pemimpin rohani harus memiliki sifat dan sikap yang tegas. Tegas berarti sikap
yang jelas, nyata, pasti, yakin dengan ide-ide dan keputusan yang dilaksanakan
membina keberhasilan, merubah orang-orang yang dipimpinnya untuk menjadi lebih
baik. Musa adalah pemimpin Israel yang memiliki karakter tegas. Ketegasan Musa
antara lain adalah ketegasan dalam mengambil keputusan. Musa menerima panggilan
dari Allah, yaitu untuk membawa kembali bangsa Israel dengan menemui raja
Firaun untuk meminta Firaun membiarkan dan membebaskan bangsa Israel keluar
dari perbudakan Mesir. Musa mengetahui bahwa visi yang harus ia lakukan adalah
bukan hal yang mudah. Musa sangat mengenal lingkungan istana firaun Mesir dan
kekerasan hati Firaun untuk memperbudak Israel di Mesir.namun dari berbagai hal
tersebut, tidak menghalangi keputusan Musa untuk membawa bangsa Israel keluar
dari tanah Mesir dan meninggalkan panggilannya. Musa dengan tegas untuk
mengambil keputusan bahwa ia harus membebaskan bangsa Israel dari perbudakan.
Berkaitan dengan ketegasan maka didalam suatu gereja seorang pemimpin harus
memiliki karakter yang tegas.
2.4.2
Memiliki hati yang lembut
Kelemahlembutan
yaitu pengekangan yang berpadu dengan kekuatan dan keberanian. Seorang pemimpin
rohani atau pemimpin gereja adalah seorang yang memiliki kelembutan hati.
Kelembutan hati adalah cerminandari kehidupan seorang pemimpin yang sudah lahir
baru dan hidupnya di penuhi Roh Kudus. Hatiyang lembut berarti memiliki
kepekaan akan suara Allah ketika Allah
menegur kesalahan yang diperbuatnya dan berusaha untuk berubah seperti
keinginan Allah. Pemimpin
yang tidak memiliki kelembutan mengakibatkan orang-orang yang dipimpinnya
menjadi bebal.Musa adalah pemimpin Israel yang memiliki sikap kelembutan.[11]
2.4.3Taat
Kata taat berarti tunduk, patuh dan menurut. Kata
kerja Ibrani taat adalah “syema” arti harafiahnya adalah mendengarkan.
Sedangkan taat dalam PB adalah mendengarkan dibawah. Ketaatan perlu dimiliki
oleh seorang pemimpin dengan kekuatan yang dimiliki seorang pemimpin
memperlihatkan kerendahan dan ketulusan hati seorang pemimpin untuk mematuhi.
Orang yang memiliki kedudukan (otoritas) yang lebih tinggi dari kedudukan yang
dimiliki pemimpin tersebut. Ia bersedia mendengar, mentaati suara dari orang
yang memiliki otoritas tertinggi.
Ketaatan bagi seorang pemimpin rohani berarti dalam
keadaan bagaimana pemimpin rohani haus lebih mendengarkan suara Allah daripada
mendengarkan keinginan hati. Dengan demikian maka orang-orang yang dipimpinnya
akan memiliki ketaatan. Ketaatan Musa untuk menuruti perintah Allah dan
mengalahkan kekuatannya untuk berhadapan dengan Firaun dan orang-orang Israel
yang pernah menolaknya menjadi pemimpin bagi Israel.[12]
2.4.4
bertanggung Jawab
Kata bertanggung jawab memiliki pengertian bersedia
menanggung beban dan permasalahan orang lain dipundakanya. Seorang pemimpin
rohani adalah seorang yang bersedia menanggung beban dan persoalan orang-orang
yang dipimpin. Ia harus memiliki kerelaan untuk bertanggung jawab terhadap
permasalahan yang timbul dalam kepemimpinannya. Sikap seorang pemimpin yang
bertangging jawabakan menghindari orang-orang yang dipimpin dari kehancuran.
Menurut Oswald Sanders, seorang pemimpin sejati leih
mengutamakan kesejahteraan orang lain daripada kenikmatan dan martabat diri
sendiri. Ia menunjikan simpati dan perhatian berkenaan dengan masalah, kesukaran
dan kekuatiran yang dialami oleh orang lain.
Musa adalah pemimpin yang bertanggung jawab. Tanggung
jawab Musa terhadap orang Israel antara lain: memenuhi kebutuhan jamani orang
Israel akan makanan dan minuman (Kel. 15:22;16:1-36;17:1-7). Ia tidak
membiarkan orang Israel terlantar dan haus. Kedua, membela bangsa Israel
dihadapan Allah. Ketidaktaatan Israel akan hokum-hukum dan peraturan
peribadahan yang harus dijauhkan Israel. Namun ketika Musa meninggalkan Israel
untuk naik kegunung Sinai menghada Allah. Musa meminta pengampunan kepada Allah
dan bersedia menerima hukuman Israel yang ditmpakan Allah untuk ditanggungnya.
Sebagai hukumannya Musa meminta agar namanya dihapus dari dalam kitab Allah
(Keluaran 32:21).[13]
2.4.5 Setia
Kata setia atau kesetiaan mengandung arti keteguhan
hati, ketaatan dan kepatuhan. Pemimpin rohani harus memiliki hati yang teguh
untuk terus melayani Tuhan dan menggembalakan jemaat Allah dalam kebenaran.
Tantangan dan masalah yang dihadapi idak menjadikannya takut, mundur, putus asa
dan akhirnya meninggalkan pekerjaan. Musa adalah seorang pemimpin yang setia.
Bukti kesetiaannya adalah ia setia memimpin bangsa Israel hingga mereka bias
keluar dari tanah perbudakan.
2.4.6 Berdisiplin
Disiplin berarti kepatuhan dan ketaatan dalam
peraturan. Sebagai pemimpin rohani ia harus disiplin dimulai dari dirinya
sendiri. Musa adalah pemimpin yang berdisiplin. Musa mebuat peraturan-peraturan
yang mengikat dirinya untuk kehidupan kerohanian dan hubungan dengan Allah.
Sebelum Musa menunun umat Israel untuk mematuhi peraturan dari Allah terlebih
dahulu ia menjadi teladan, mematuhi hokum Allah dalam kehidupannya (Keluaran
5:2; 6:1-12;15:23).
2.5
pola-pola kepemimpinan Musa
Pemimpin-pemimpin ketika menjalankan tugas dan
tanggung jawab kepemimpinannya memakai pola-pola bekerja. Dengan pola-pola yang
dipergunakannya maka pemimpin dapat menjalankan tugas kepemimpinanya dan
membuat kemajuan yang diharapkan.
Pola-pola kepemimpinan Musa dalam memimpin umat Israel
antara lain:
2.5.2 Bekerja
berdasarkan visi dan misi dari Allah
Keberadaan seorang pemimpin pada saat menjalankan
fungsi tugasnya dipengaruhi oleh pola-pola bagaimana ia menciptakan dan dikerjakan. Pemimpin yang
tidak memiliki visi dan misi berarti pemimpin yang tidak memiliki arah dan
tujuan yang jelas yang akan dicapai dna dikerjakan.
Musa pemimpin yang memiliki visi. Visi Allah yang
diberikan kepada Musa ditanah Midiam adalah membawa Israel keluar dari tanah
Mesir. Dengan visi tersebut Musa bekerja (Kel. 3:8-10), serta menginformasikan
kepada Israel. Bersama-sama dengan bangsa Israel Musa mencapai visi tersebut
dan visi tersebut menjadi tujuan Bersama yaitu Musa sebagai pemimpin dan Israel
sebagai pengikut.
Setelah keluar dari tanah Mesir, visi Musa menjadi
berubah. Perubahan visi tersebut dikarenakan ia telah mencapai impian untuk
keluar dari tanah perbudakan. Visi Musa yang lain adalah membawa Israel menuju
ketanah yang baik dan luas, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan
madunya, ketempat orang Kanaan (Kel. 3:8). Untuk mencapai negeri Kanaan, Musa
harus memotivasi bangsa Israel agar pengharapan dan iman bangsa Israel tidak
menjadi lemah oleh karena tantangan yang dihadapi Israel.
2.5.2 Membuat
perencanaan
Perencanaan adalah pekerjaan awal seorang pemimpin,
yaitu dengan membuat atau menetapkan langkah-lankah atau pola-pola pekerjaan
yang harus dilakukan untuk dicapai dengan jangka waktu tertentu. Perencanaan
adalah serangkaian keputusan-keputusan termasuk keputusan dalam tujuan, kebijaksanaan,
prosedur, program, metode serta jadwal pelaksanaan. Ketika Allah memberi
perintah kepada Musa untuk membuat tempat peribadahan orang Israel ia membuat
sutu perencanaan untuk melakukan hal tersebut. Sehingga pekerjaannya bias
terselesaikan dengan baik (Kel. 3:32-43).
2.5.3 memilih
pemimpin-pemimpin dibawahnya
Musa memilih dan menetapkan orang-orang untuk menerima
pendeglasian tugas antara lain: harus sebagai imam besar (kel. 39:14),
anak-anak harus sebagai imam-imam, Yosua sebagai panglima perang, pemimpin yang
akan memimpin seribu orang, serta sepuluh orang, dan memilih hakim-hakim.
Pemilihan pemimpin-pemimpin tersebut
dipilih berdasarkan pilihan tiap-tiap suku yang diajukan untuk memimpin
dan bertanggung jawab untuk memimpin daerahnya atau suku masing-masing.
(Ulangan 1:9-18). Dalam pemilihan tersebut Musa juga membuat garis kerja sesuai
dengan tanggung jawab masing-masing.
2.5.4 Mengarahkan orang
lain
Pada umumnya pengarahan adalah bimbingan atau tuntunan
atau perintah yang diberikan kepada kelompok yang dipimpin untuk
dilakukan.menurut Sagiyanto wiryoputro pengarahan berarti printah Lembaga atau
pemimpin atau kepada angota-anggota untuk dikerjakan oleh bawahan. [14] Musa adalah pemimpin yang
dapat mengarahkan dengan baik. Ia dapat melaksanakan tugas yang diberikan Allah
kepadanya. Ia mengerjakan tepat dan sesuai dengan kehendak Allah (Kel.
19:10;21:22;23:14;36:8-37). Sehingga orang Israel dapat menjadi taat dan
memelihara hokum-hukum Allah walaupun pada saat tertentu mereka mulai mengeluh
karena perjalanan yang Panjang untuk menuju tanah perjanjian.
2.5.4 Melakukan
pengawasan
Pengawasan adalah tindakan untuk mengawasi
kegiatan-kegiatan Lembaga dan bawahan telah sesuai dengan perencanaan yang
telah dibuat dan disepakati. Musa pemimpin Israel yang mengawasi dari kegiatan
orang-orang yang diangkatnya jadi pemimpin. Pengawasan yang dilakukan Musa
adalah dengan tujuan agar segala hal yang telah ditetapkan dapat sesuai dengan
perencanaan.
Ketika berada dipadang gurun, Musa melakukan
pengawasan terhadap tugas-tugas yang dilakukan para pemimpin bawahan.
Pengawasan yang dilakukan Musa adalah : pertama, mengawasi para ahli bangunan.
Musa mengawasi pekerjaan para ahli tukang untuk memberi keperluan pekerjaan
yang dilaksanakan sesuai dengan rencana (Keluaran 36-37). Kedua, mengawasi
tugas para imam.
2.5.5 Menggerakkan
orang-orang yang dipimpinnya
Menggerakkan berarti membangkitkan atau memotivasi
bawahan untuk melakukan suatu arahan dari pemimpin sebagai motivator atau
penggerak semangat. Membangkitkan antusias orang lain untuk melihat secara
aktif dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang ada walaupun terlihat sangat
sukar untuk dilakukan.
Musa adalah seorang pemimpin yang dapat memotivasi
orang Israel. Motivasi yang diberikannya kepada orang-orang Israel membuat
orang-orang Israel senang membuat segala sesuatu yang diperintahkan Musa.
Motivasi yang diberikan Musa kepada orang Israel antara lain: saat melakukan
penyerahan atau mempersembahkan domba, Musa memotivasi mereka untuk menyediakan
segala keperluan (Kel. 13:8-16; 36-39).
2.5.6 Menciptakan
kerjasama
Kerjasama maksudnya segala kegiatan dalam Lembaga
dikerjakan secara Bersama-sama antara pemimpin dan bawahan.[15] Ketika Musa memimpin umat
Israel untuk mencapai tujuan akhir yaitu membawa ketanah perjanjian (Kel.
4:27-30;5:1-2;7, psl 14;psl 25-30, psl 30:11). Musa menciptakan kerjasama. Musa
mempercayai kemampuan tiap-tiap orang yang dipilih dan ditetapkannya sebagai
pemimpin dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawab Bersama-sama.
2.5.7 Menjalin kerjasama dengan Allah
Musa adalah orang yang dipilih Allah untuk menjadi
pemimpin bagi umat Israel dan memneima otoritas ilahi. Musa berhasil membawa
bangsa Israel memasuki tanah perjanjian yaitu tanah Kanaan bukan karena
keahliannya dalam memimpin umat Israel tetapi karena mengandalkan otoritas
Allah dan membina kerjasama dengan Allah.
2.5.7 menjalin kerjasama dengan umat Allah
Kerjasama yang diciptakan Musa dengan umat Allah yang
dipimpinnya membantu PEKERJAAN Musa sehingga Musa dapat menyelesaikan
pekerjaannya yaitu membawa umat Allah keluar dari mesir menuju tanah
perjanjian.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil
dari penyusunan paper ini dapat diambil kesimpulan bahwa : musa dalam
menjalankan tugas kepemimpinannya dapat berhasil karena ia membuat suatu
strategi atau pola-pola dalam memimpin umat Israel. Ia bekerja berdasarkan
otoritas dari Allah. Otoritas Alla digunakan dalam sistempemerintahan teokrasi.
Kepemimpnan Musa adalah pemerintahan teokrasi. Otoritas Allah diwujudka melalui
mujizat-mujizat yang diperbuat ditengah bangsa Israel mulai dari Mesir sampai
ke padang gurun.
Musa sebagai
pemimpi yang dipilih Allah sebagai pemimpin untuk menjalankan kepemimpinannya
atas bangsa Israel melakukan segala perintah Allah dengan sikap taat kepada
Allah sebagai sumber otoritas. Musa adalah pemimpin Israel yang handal karena
ia bias membawa perubahan besar dalam kehidupan orng Israel sebagai bangsa
maupu umat Allah.
Pola yang menonjol
yang diterapkan Musa adalah dengan melakukan kerjasama dengan pemimpin-pemimpin
dibawahnya dan dengan bangsa Israel yang dipimpinnya memberi pengarahan,
pengawasan dan menciptakan kerjasama yang baik dengan Allah dan umat Allah.
3.2 Saran
Berdasarkan pola
kepemiminan yang dari Alkitab, maka penyusun paper memberikan saran kepada para
pemimpin gereja masa kini agar memiliki pola kepemimpinanyang ideal dan
efektif, maka pemimpin-pemimpin gereja sat ini harus memiliki pola dan sikap
kepemimpinan yang baik. Sehingga apa yang telah dibiarakan dapat tercapai.
Daftar Pstaka
Robby I. Candra,Pemimpin yang Handal dan Komunikatif,
(bekasi Bina Warga, 1979), hal. 20
Oswald Sanders,
kepemimpinan Rohani, (Bandug Kalam Hidup, 1979), hal.20
Gerald D. Collirs, 518 Sdwar G. SJ,Kamat Teologia,
(Yogyakarta:kasisiam,1996), hal. 34
Robby I. Candra,Pemimpin yang Handal dan Komunikatif,
(bekasi Bina Warga, 1979), hal. 20
EnsiklopediaAlkitab masa kini(Jakarta:yayasan
komunikasi bina kasih, 1995), Hal. 267
Charles
Swoodoll, Musa Pria Berdikasi &dan tidak mementingkan diri
sendiri,(Bandung:cipta oleh pustaka,2002), hal. 64
Charles
Swoodoll, Musa Pria Berdikasi &dan tidak mementingkan diri
sendiri,(Bandung:cipta oleh pustaka,2002), hal. 110
F.I
Sejarah kerajaan Allah 1 (Jakarta:BPK. Canang Mulia, 2004), hal. 273
[6] Charles Swoodoll, Musa Pria Berdikasi &dan tidak mementingkan diri
sendiri,(Bandung:cipta oleh pustaka,2002), hal. 64
[8] Charles Swoodoll, Musa Pria Berdikasi &dan tidak mementingkan diri
sendiri,(Bandung:cipta oleh pustaka,2002), hal. 110
[9] F.I Sejarah kerajaan Allah 1 (Jakarta:BPK. Canang Mulia, 2004), hal.
273
[10] Charles Swoodoll, Musa Pria Berdikasi &dan tidak mementingkan diri
sendiri,(Bandung:cipta oleh pustaka,2002), hal.192
[11] Standey M. Horum dkk,Alkitab penuntun hidup berkelimpahan, (malang:
1964), hal.1554.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar