Rabu, 27 Desember 2017

pola kepemimpinan kristen menurut pola kepemimpinan Musa

TUGAS PAPER
POLA KEPEMIMPINAN MUSA BERDASARKAN KITAB KELUARAN-ULANGAN
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Lulus Mata Kuliah KEPEMIMPINAN KRISTEN
Dosen Pengampu : Pdt. Noh Asbanu. M.Th


Oleh :
                  NAMA  :  NATAL RIA ZEGA
     NIM      : 16311415
   Prodi      : S1-PAK

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI EFATA S A L A T I G A
2 0 1 7

BAB 1
PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang
Kepemimpinan yang efektif sangat dipengaruhi oleh kepribadian pemimpin. Setiap pemimpin perlu memiliki aspek-aspek kepribadian yang dapat menunjang usahanya dalam mewujudkan hubungan manusia yang efektif dengan anggota organisasinya. Kesuksesan atau kegagalan suatu organisasi ditentukan oleh banyak hal, yang salah satunya adalah kepemimpinan yang berjalan dalam organisasi tersebut. Pemimpin yang sukses adalah apabila pemimpin tersebut mampu menjadi pencipta dan pendorong bagi bawahannya dengan menciptakan suasana dan budaya kerja yang dapat memacu pertumbuhan dan perkembangan kinerja karyawannya. Pemimpin tersebut memiliki kemampuan untuk memberikan pengaruh positif bagi karyawannya untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan yang diarahkan dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan.
kepemimpinan adalah salah satu faktor yang sangat menentukan berhasil dan tidak berhasilnya suatu organisai atau lembaga. Baik lembaga yang bergerak didalam bidang keagamaan, maupun organisasi umum diluar keagamaan.  Hal ini sehubungan denga adanya keterkaitan  antara seorang pemimpin dan kepemimpinan. Sehingga melalui ini dpat diungkapan bahwa pemimpin dan kepemimpinan adalah dua hal yang sangat berhubungan dan tidak dapat dipisahkan dari satu dan lainnya. Membahas tentang pemimpin, maka seorang pemimpin adalah seorang  yang memimpin suatu lembaga atau organisasi.  Sedangkan kepemimpinan adalah keseluruhan tindakan, sikap,  serta tingkah laku dari seorang pemimpin yang memimpin sebuah lembaga atau organisasi dipimpinnya. [1]Kepemimpinan menurut Robby I. Candha yaitu kemampuan yang dimiliki seseorang untuk bergerak mencapai tujuan bersama. Dengan demikian menurut pandangan-pandangan diatas dapat  disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan  seorang pemimpin untuk menggerakkan bawahannya sehingga terjadi perubahan dan perkembangan bagi orang-orang yang dipimpin serta organisasi atau lembaga yang dipimpinya.  Kemampuan memimpin tersebut meliputi sistem dan cara kerja  dalam melaukan tugas dan tanggung jawab kepemimpinan seorang pemimpin. Pemahaman yang tepat dan sangat sederhana mengenai sistem kerja dan cara yang teat dalam menjalankan  fungsi kepemimpnan seorang pemimpin akan mengantar suatu lambaga atau organisasi pada terwujudnya tujuan dan terciptanya keberhasilan. Melalui paper ini dapat diungkapkan bahwa suatu kepemimpinan dapat dikatakan sehat apabila seorang pemimpin mampu menterjemahkan segala sesuatu yang berkaitan dengan tujuan tercapainya keberhasilan dari organisasi atau lembaga yang dipimpinnya.[2] Dengan demikian dalam suatu lembaga atau organisasi membutuhkan suatu struktur dan sistem yang jelas. Hal ini sehubungan dengan suatu sistem dan struktur kepemimpinan akan bermanfaat  untuk mengatur suatu pemerintah baik organisasi atau lembaga pemerintah sosial maupun keagamaan.
Kepemimpinan rohani merupakan sebuah anugrah dan panggilan dari Allah. Demikian juga kepemimpinan rohani merupakan sebuah kepercayaan yang diberikan Allah kepada seorang pemimpin untuk memimpin umat Allah memasuki rencana-rencana Agung kepada manusia. Sehubungan dengan itu seorang pemimpin rohani ketika sedang memimpin umat Allah. Ia sedang menjalakn tugas kepemimpinan sebagai hamba yng melayani kebutuhan moral dan sosial dari orang-orang yang dipimpin bukan mencari kerohanian.
Membahas mengenai studi kepemimpinan sejak awal munculnya pemilihan Allah bagi orang-orang yang khusus sebagai umat Allah maka bersamaan dengan itu terbentuklah suatu bentuk kepemimpinan. Bahkan dalam kitab PL kepemimpinan merupakan rancangan Allah sejak mula penciptaan  Allah yang ada di bumi (Kejadian 1:26) bahkan Allah tetap merancang kepemimpinan dengan memilih Nuh, Abraham, Ishak dan khususnya Musa yang dipilih Allah dan ditetapkan Allah untuk memimpin umat Israel keluar dari Mesir. Melalui umat Israel Allah hendak menyelamatkan umat manusia sehingga dengan demikian manusia melihat kebesaran Allah dan kemuliaan Allah sebagai pencipta.
Allah menyelamatkan umat manusia dengan cara memilih orang-orang sesuai dengan kehendaknya. Musa merupakan salah satu orang yang dipilih oleh Allah untuk menjadi pemimpin membawa umat Israel keluar dari tanah Mesir menuju tanah perjanjian dan memperoleh keselamatan. Musa menerima tugas kepemimpinannya sebagai gembala Israel bukan atas kehendaknya sendiri melainkan pilihan dari Allah. Bahkan kalau boleh memilih, ia menolak. Tetapi pilihan Tuhan kepadanya menjadikan dia pemimpin Israel karena kepemimpinannya merupakan mandat dari Allah  maka Musa menjalankan kepemimpinannya dengan otoritas dari Allah. Musa mendampingi bangsa Israel oleh karena ia ,engandalkan Allah dan menjadikan Allah pemimpin yang utama dan sebagai sumber dari segala kepemimpinannya. Hal inilah yang membuat penulis untuk memilih dan mengankat judul “Pola kepemimpinan Musa berdasarkan Kitab Ulangan-Keluaran”.

1.2  Alasan Pemilihan Judul
Alasan penyusun memilih judul “Pola Kepemimpinan Musa” adalah : yang pertama Musa adalah seorang pemimpin yang dikenal oleh orang-orang Israel. Mereka mengetahui dan mengenal sendiri tentang Musa. Mereka mengenalnya karena kemampuannya dalam memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir dan kepribadiannya yang sangat dipercaya. Kedua, Musa adalah seorang pemimpin yang dipilih oleh Allah untuk berperan dalam memimpin bangsa Israel dan membawa bangsa Israel keluar dari perbudakan menuju tanah perjanjian yaitu di Kanaan. Yang ketiga, keberhasilan Musa dalam membawa bangsa Israel keluar dari Mesir. Keempat, dalam membawa bangsa Israel keluar dari Mesir maka Musa memiliki pola-pola dan bentuk yang baik untuk memimpin umat Allah.

1.3  Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam pembuatan paper pola kepemimpinan Musa yang terdapat dalam kitab Ulangan-keluaran yaitu bagaimana pola kepemimpinan Musa dalam memimpin bangsa Israel keluar dari tanah mesir menuju tanah Kanaan.
1.4  Batasan Masalah
Agar penyusuna paper ini tidak terlalu meluas maka penyusun membatasi masalah yaitu pola kepemimpinan Musa yang terdapat dalam kitab Ulangan-Keluaran.

1.5  Metodologi Penelitian
Dalam penyusunan paper ini, penyusun menggunakan metode studi kepemimpinan dengan meneliti Alkitab dan buku-buku pustaka.

1.6  Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang hendak dipakai melalui pembuatan paper ini adalah agar dapat mengungkapkan semangat dengan melihat pola kepemimpinan dari Musa dalam menyelamatkan umat Allah mengungkapkan juga semangatnMus yang mempengaruhi kepemimpinananya dalam dalam memimpin umat Allah. Harapan penyusun agar para pemimpin gereja saat ini dapat memimpin dengan baik sesuai dengan kehendak Tuhan dan memiliki semangat dalam memimpin gerejanya.

1.7  Hipotesis
Penyusun menyusun hipotesis sebagai berikut : Musa menjadi pemimpin yang handal bagi bangsa Israel  karna dalam setiap kepemimpinannya ia selalu mengalkan Tuhan dan menjadikan Allah sumber segala hal yang ia lakukan.

















BAB 2
POLA KEPEMIMPINAN MUSA

2.1 Pandangan tentang kepemimpinan menurut Alkiab
            Kepemimpinan merupakan rencana Allah sejak awal penciptaan bumi dan segala isinya. Bentuk dari kepemimpinan Allah adalah mengatur segala sesuatu yang dijadikannya dan memberi perintah kepada manusia untuk menguasai dan mengatur ciptaan Allah yang lainnya. Sejak manusia pertama yang diciptakan Allah tidak taat pada pemerintah Allah yaitu dengan melanggar larangan Allah dan lebih mengikuti keinginan hatiya. Maka Allah berencana untuk membawa manusia kembali kepada-Nya dan memiliki hubungan yang erat dengan Allah serta memuliakan Allah.[3]  Dalam melaksanakan rencana Allah tersebut  Allah memanggil orang-orang yang mau dan bersedia  dipakai Allah menjadi alat-Nya untuk  menyatakan kemuliaaan Allah di tengah-tengah manusia. Dengan kehadiran seorang pemimpin di tengah-tengah umat manusia, maka manusia bias menyadari seorang manusia yang dapat membimbing, dan mengarahkan umat manusia kejalan yang benar.
            Ketika Allah mengangkat seorang pemimpin maka Allah memperlengkapi kuasa (otoritas) Allah. Dengan kuasa yang diberikan Allah tersebut, maka seorang pemimpin dipilih untuk dapat  membimbing dan mengarahkan umat manusia ke jalan keselamatan. Tujuan Allah memilih seorang pemimpin adalah memimpin umat manusia kepada keselamatan yang telah direncanakan oleh Allah sehingga manusia dapat memiliki hubunagan yang baik dengan Allah. Pada masa PL Allah memberlakukan otoritasNya dengan perantaraan para abi, imam dan raja. [4]
            Kepemimpinan yang dipakai dalam PL dan PB adalah dengan bijaksana didalam seluruh system kepemimpinan yang terarah, sehingga dengan system kepemimpinan tersebut masing-masing bekerja dengan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. Namun disini mereka tidak berdiri sendiri. Mereka tetap diawasindari setiap anggota maupun pemimpin tertinggi. Segala pekerjaan dikerjakan berdasarkan fungsi, jabatan didalam kelompok dalam membentuk satu perkumpulan. Adapun sistem kepemimpinan yang terdapat didalam Alkitab :
2.1.1 Kepemimpinan teokrasi
            Kepemimpinan teokrasi adalah system kepemimpinan atau pemerintahan yang dipimpin oleh Tuhan. Sedangkan para pemimpi adalah sebagai wakil Allah didalam dunia untuk memimpin manusia didalam kebenaran dan  menyembah kepada Allah.[5] Istilah teokrasi berasal dari dua kata bahasa Yunani yaitu asal kata dari Theos artinya Allah dan Kratos artinya pemerintahan. Arti kata teokrasi yaitu pemerintahanoleh Allah. Pemerintahan teokrasi  adalah sistem pemerintahan yang unit dan secara khusus berlaku bagi bangsa Israel. Jenis pemerintahan ini tidak mempunyai persamaan dengan pemerintahan apapun, karena pemerintahan ini diatur oleh pernyataan  intinya dinyatakan dalam keluaran 19:5-6 “5 jadi, sekarang, jika kamu sunguh-sungguh mendengarkan firman-Ku dan berpegang pada perjanjian-Ku, maka kamu akan menjadi harta kesayangan-Ku sendiri dari segala bangsa, sebab akulah yang empunya seluruh bumi. 6kamu akan menjadi bagi-Ku kerajaan imam dan bangsa yang kudus. Inilah semuanya firman yang harus kaukatakan kepada orang Israel”.
Sistem pemerintahan teokrasi ini terdiri atas:


2.1.1.1 Teokrasi langsung
            Kepemimpinan Allah terhadap manusia secara langsung yaitu dengan membimbing manusia yang diwujudkan melaluisegala ketetapan Allah. Melalui perintah dan pemerintahnya yang diberikan, Allah menuntut manusia untuk menaati perintahyang diberikan kepada umat-Nya. Pemerintahan Allah secara langsung kepada manusia dapat kita lihat dari manusia pertama, pada masa Nuh, pada masa Abraham, dan pada masa pembebasan Israel, dan masa kepemimpinanMusa.
            Melalui Perjanjian Lama, dapat diungkapkan bahwa Allah memiliki kedaulatan secara mutlak sebagai pemimpin atas semesta dan terhadap manusia (Kejadian 1:1-31). Untuk mengatur segala yang dijadikan-Nya. Kepemimpinan Allah terhadap manusia secara langsung yaitu dengan membimbing manusia yangdiwujudkan melalui segala ketetapan Allah.

2.1.1.2 Teokrasi tidak langsung
Membahastentang teokrasi tidak lansung maka dapat diungkapkan dalampaper ini. Musa merupakan seorang pemimpin yang mendapat perintah dari Allah untuk membawabangsa Israel keluar dari tanah Mesir (keluaran 3:11).


2.1.2 Kepemimpinan Monarki
            Sebelum saat menjadi raja pertama yang memerintah Israel, gelar hanya disandung oleh Allah yang memerintah keterampilan memimpin.sebelum Musa memimpin bangsa Israel,Allah mempersiapkan dengan ilmu-ilmu dan keterampilan memimpnin. Adapun persiapan Allah erhadap Musa dibagi dalam dua periode atau masa, yaitu :
2.1.2.1 Fase persiapan ditanah Mesir
            Musa adalah orang yang dikenan Allah  sehingga Allah memilih dan menetapkan Musa menjadi pemimpin untuk melepaskan bangsa Israel dari perbudakan Mesir serta membawa Israel ke tanah perjanjian agar memiliki kebebasan untuk beribadah serta menyembah kepad Allah yang diajukan leluhur Israel.[6]
Adapun persiapan Allah kepada Musa di Mesir sebelum menjadi seorang pemimpin, yaitu:
·         Fase persiapan dari orang tua kandung
Keluarga adalah tempat pertama anak memperoleh pendidikan. Didalam keluarga melalui orang tuanya, anak mengalami proses perkembangan sikap dan tingkah laku untuk dapat berpendidikan di tengah-tengah lingkungannya. Peduli terhadap orang lain serta dididik untuk dapat bertahan di tengah-tengah lingkungan dan memilah-milah yang terjadi diluar lingkungan.
Musa diasuh dan dididik ibunya. Ia mendapatkan pengajaran dan didikan pertama dari keluarganya sendiri. Kemudian setelah itu ia juga belajar dari sekitar lingkunsgnnya.
·         Fase persiapan dari istana Firaun
Musa sebelum menjadi pemimpin Israel, Allah mempersiapkan Musa dengan bekal-bekal ilmu kepemimpinannya yang dipeoleh dari istana Firaun Mesir. Pada saat putri Firaun mengankat Musa  menjadi anak angkatnya, Musa tinggal di istana Firaun dan ia menjadi seorang pengeran Mesir. Sebagai seorang pemimpin dan anak puteri Firaun , Musa menerima pengajaran berbagai hikmat dan pengetahuan (Kisah Para Rasul 7:22)
·         Fase persiapan dari Allah di Padang Gurun[7]
Allahmempersiapkan Musa untuk menjadi pemimpin yang taatdan rendah hati melalui pengalaman-pengalaman dalam kesendiriannya dipadang gurun sebagai gembala domba.[8]

2..1.2 Fase kepemimpinan Musa
            Musa merupakan seorang yang dipilih oleh Allah dari antara bangsa Israel dan  seorang pemimpin yang menjadi wakil allah untuk menuntun, membimbing serta mengarahkan umat pilihan Allah kepada jalan-jalan Allah. Musa dipanggil Allah dan diberi tanggung jawab untuk menjadi pemimpin bagi bangsa Israel, Musa mengemukan keberatannya pada Allah. Namun pilihan Allah akan seorang pemimpin tetap diberikan kepada Musa[9]. Fase-fase kepemimpinan Musa memimpin Israel antara lain:
·         Fase kepemimpinan Musa di Mesir sampai keluar dari tanah Mesir
Allahmemanggildan mengutus Musa dengan tugas (misi) sebagai berikut :pertama, kembali ke Mesir dan menghadap dan berbicara kepada Firaun akan tuntutan Allah akan membebaskan Israel ddari perbudakan (Keluaran 3:15-17,18). Kedua, mengumpulkan tua-tua israel dan seluruh umat Israel yang ada di tanh Mesir untuk menyampaikan ketetapan Allah bagi bangsa Israel,  yaitu membebaskanseluruh Israel dari perbudakan Israel agar dapatmembawa keluar.

·         Fase kepemimpinan Musa dalam masa penggembaraan
Status Israel setelah keluar daari tanah Mesir menuju ketanah perjanjian adalah bangssa pengembara.  Sebagai bangsa pengembara, pada waktu itu Israelparaturan-peraturan yang dapat menertibkan, dan mengatur segala kehidupan sosial, moral maupun kerohanian. Sepanjang perjalanan Israel Allah sebagai pemimpin yang memiliki otoritas tertinggi melalui Musa. Ketetapan dan keputussan-keputusan Allah terhadap Allah umat-Nya mutlak dijalankan Musa bersama-sama bangsa Israel. Allah yang  menyatakan diri kepada Mussa dan bangssa Israel lewat mujizatdan pertolongan-pertolongan dengan memberi kemenangan (Keluaran 7:14).[10]


2.3 Studi kepemimpinan Musa Menurut Kitab Ulangan- Keluaran
            Musa adalah seorang pemimpin bangsa Israel yang telah di panggil oleh allah untuk membawa bangsa Israel keluar dari tanah Mesir. Panggilan Allah terhadap Musa untuk memimpin bangsa  Israel hal, setelah memberikanpeneguhan dengan tanda-tanda mujizt yang dilakukan Allah. Tanda mujizat tersebutmerupakan wujud dari Allahyang menyertai Musa dalam kepemimpinannya.allah adalah pemimpin tertinggi bagi Musa dan bangsa Israel sehingga Musa bekerja berdasarkan petunjuk Allah. Ia menjadi pemimpin yang berhasil karena faktor ilahi dan diddukung oleh karakter dan pola kerja yang tepat.


2.4  Karakter Musa sebagai pemimpin umat Allah
 Seorang pemimpin, tentunya ia harus mencirikan dan memiliki karakter seorang pemimpin. Setiap pemimpin memiliki karakter-karakter yang berbeda-beda. Dengan perbedaan tersebut maka tiap-tiap orang memiliki ciri khasnya masing-masing. Karakter merupakan sifat dasar manusia yang menjadi kepribadian. Adapun karakter Musa adalah : 2.4.1 Tegas
Seorang pemimpin rohani harus memiliki sifat dan sikap yang tegas. Tegas berarti sikap yang jelas, nyata, pasti, yakin dengan ide-ide dan keputusan yang dilaksanakan membina keberhasilan, merubah orang-orang yang dipimpinnya untuk menjadi lebih baik. Musa adalah pemimpin Israel yang memiliki karakter tegas. Ketegasan Musa antara lain adalah ketegasan dalam mengambil keputusan. Musa menerima panggilan dari Allah, yaitu untuk membawa kembali bangsa Israel dengan menemui raja Firaun untuk meminta Firaun membiarkan dan membebaskan bangsa Israel keluar dari perbudakan Mesir. Musa mengetahui bahwa visi yang harus ia lakukan adalah bukan hal yang mudah. Musa sangat mengenal lingkungan istana firaun Mesir dan kekerasan hati Firaun untuk memperbudak Israel di Mesir.namun dari berbagai hal tersebut, tidak menghalangi keputusan Musa untuk membawa bangsa Israel keluar dari tanah Mesir dan meninggalkan panggilannya. Musa dengan tegas untuk mengambil keputusan bahwa ia harus membebaskan bangsa Israel dari perbudakan. Berkaitan dengan ketegasan maka didalam suatu gereja seorang pemimpin harus memiliki karakter yang tegas.
2.4.2 Memiliki hati yang lembut
Kelemahlembutan yaitu pengekangan yang berpadu dengan kekuatan dan keberanian. Seorang pemimpin rohani atau pemimpin gereja adalah seorang yang memiliki kelembutan hati. Kelembutan hati adalah cerminandari kehidupan seorang pemimpin yang sudah lahir baru dan hidupnya di penuhi Roh Kudus. Hatiyang lembut berarti memiliki kepekaan akan suara Allah ketika Allah  menegur kesalahan yang diperbuatnya dan berusaha untuk berubah seperti keinginan Allah. Pemimpin yang tidak memiliki kelembutan mengakibatkan orang-orang yang dipimpinnya menjadi bebal.Musa adalah pemimpin Israel yang memiliki sikap kelembutan.[11]
2.4.3Taat
Kata taat berarti tunduk, patuh dan menurut. Kata kerja Ibrani taat adalah “syema” arti harafiahnya adalah mendengarkan. Sedangkan taat dalam PB adalah mendengarkan dibawah. Ketaatan perlu dimiliki oleh seorang pemimpin dengan kekuatan yang dimiliki seorang pemimpin memperlihatkan kerendahan dan ketulusan hati seorang pemimpin untuk mematuhi. Orang yang memiliki kedudukan (otoritas) yang lebih tinggi dari kedudukan yang dimiliki pemimpin tersebut. Ia bersedia mendengar, mentaati suara dari orang yang memiliki otoritas tertinggi.
Ketaatan bagi seorang pemimpin rohani berarti dalam keadaan bagaimana pemimpin rohani haus lebih mendengarkan suara Allah daripada mendengarkan keinginan hati. Dengan demikian maka orang-orang yang dipimpinnya akan memiliki ketaatan. Ketaatan Musa untuk menuruti perintah Allah dan mengalahkan kekuatannya untuk berhadapan dengan Firaun dan orang-orang Israel yang pernah menolaknya menjadi pemimpin bagi Israel.[12]
2.4.4 bertanggung Jawab
Kata bertanggung jawab memiliki pengertian bersedia menanggung beban dan permasalahan orang lain dipundakanya. Seorang pemimpin rohani adalah seorang yang bersedia menanggung beban dan persoalan orang-orang yang dipimpin. Ia harus memiliki kerelaan untuk bertanggung jawab terhadap permasalahan yang timbul dalam kepemimpinannya. Sikap seorang pemimpin yang bertangging jawabakan menghindari orang-orang yang dipimpin dari kehancuran.
Menurut Oswald Sanders, seorang pemimpin sejati leih mengutamakan kesejahteraan orang lain daripada kenikmatan dan martabat diri sendiri. Ia menunjikan simpati dan perhatian berkenaan dengan masalah, kesukaran dan kekuatiran yang dialami oleh orang lain.
Musa adalah pemimpin yang bertanggung jawab. Tanggung jawab Musa terhadap orang Israel antara lain: memenuhi kebutuhan jamani orang Israel akan makanan dan minuman (Kel. 15:22;16:1-36;17:1-7). Ia tidak membiarkan orang Israel terlantar dan haus. Kedua, membela bangsa Israel dihadapan Allah. Ketidaktaatan Israel akan hokum-hukum dan peraturan peribadahan yang harus dijauhkan Israel. Namun ketika Musa meninggalkan Israel untuk naik kegunung Sinai menghada Allah. Musa meminta pengampunan kepada Allah dan bersedia menerima hukuman Israel yang ditmpakan Allah untuk ditanggungnya. Sebagai hukumannya Musa meminta agar namanya dihapus dari dalam kitab Allah (Keluaran 32:21).[13]
2.4.5 Setia
Kata setia atau kesetiaan mengandung arti keteguhan hati, ketaatan dan kepatuhan. Pemimpin rohani harus memiliki hati yang teguh untuk terus melayani Tuhan dan menggembalakan jemaat Allah dalam kebenaran. Tantangan dan masalah yang dihadapi idak menjadikannya takut, mundur, putus asa dan akhirnya meninggalkan pekerjaan. Musa adalah seorang pemimpin yang setia. Bukti kesetiaannya adalah ia setia memimpin bangsa Israel hingga mereka bias keluar dari tanah perbudakan.
2.4.6 Berdisiplin
Disiplin berarti kepatuhan dan ketaatan dalam peraturan. Sebagai pemimpin rohani ia harus disiplin dimulai dari dirinya sendiri. Musa adalah pemimpin yang berdisiplin. Musa mebuat peraturan-peraturan yang mengikat dirinya untuk kehidupan kerohanian dan hubungan dengan Allah. Sebelum Musa menunun umat Israel untuk mematuhi peraturan dari Allah terlebih dahulu ia menjadi teladan, mematuhi hokum Allah dalam kehidupannya (Keluaran 5:2; 6:1-12;15:23).
2.5 pola-pola kepemimpinan Musa
Pemimpin-pemimpin ketika menjalankan tugas dan tanggung jawab kepemimpinannya memakai pola-pola bekerja. Dengan pola-pola yang dipergunakannya maka pemimpin dapat menjalankan tugas kepemimpinanya dan membuat kemajuan yang diharapkan.

Pola-pola kepemimpinan Musa dalam memimpin umat Israel antara lain:
                        2.5.2 Bekerja berdasarkan visi dan misi dari Allah
Keberadaan seorang pemimpin pada saat menjalankan fungsi tugasnya dipengaruhi oleh pola-pola bagaimana ia  menciptakan dan dikerjakan. Pemimpin yang tidak memiliki visi dan misi berarti pemimpin yang tidak memiliki arah dan tujuan yang jelas yang akan dicapai dna dikerjakan.
Musa pemimpin yang memiliki visi. Visi Allah yang diberikan kepada Musa ditanah Midiam adalah membawa Israel keluar dari tanah Mesir. Dengan visi tersebut Musa bekerja (Kel. 3:8-10), serta menginformasikan kepada Israel. Bersama-sama dengan bangsa Israel Musa mencapai visi tersebut dan visi tersebut menjadi tujuan Bersama yaitu Musa sebagai pemimpin dan Israel sebagai pengikut.
Setelah keluar dari tanah Mesir, visi Musa menjadi berubah. Perubahan visi tersebut dikarenakan ia telah mencapai impian untuk keluar dari tanah perbudakan. Visi Musa yang lain adalah membawa Israel menuju ketanah yang baik dan luas, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya, ketempat orang Kanaan (Kel. 3:8). Untuk mencapai negeri Kanaan, Musa harus memotivasi bangsa Israel agar pengharapan dan iman bangsa Israel tidak menjadi lemah oleh karena tantangan yang dihadapi Israel.

                        2.5.2 Membuat perencanaan
Perencanaan adalah pekerjaan awal seorang pemimpin, yaitu dengan membuat atau menetapkan langkah-lankah atau pola-pola pekerjaan yang harus dilakukan untuk dicapai dengan jangka waktu tertentu. Perencanaan adalah serangkaian keputusan-keputusan termasuk keputusan dalam tujuan, kebijaksanaan, prosedur, program, metode serta jadwal pelaksanaan. Ketika Allah memberi perintah kepada Musa untuk membuat tempat peribadahan orang Israel ia membuat sutu perencanaan untuk melakukan hal tersebut. Sehingga pekerjaannya bias terselesaikan dengan baik (Kel. 3:32-43).

                        2.5.3 memilih pemimpin-pemimpin dibawahnya
Musa memilih dan menetapkan orang-orang untuk menerima pendeglasian tugas antara lain: harus sebagai imam besar (kel. 39:14), anak-anak harus sebagai imam-imam, Yosua sebagai panglima perang, pemimpin yang akan memimpin seribu orang, serta sepuluh orang, dan memilih hakim-hakim. Pemilihan pemimpin-pemimpin tersebut  dipilih berdasarkan pilihan tiap-tiap suku yang diajukan untuk memimpin dan bertanggung jawab untuk memimpin daerahnya atau suku masing-masing. (Ulangan 1:9-18). Dalam pemilihan tersebut Musa juga membuat garis kerja sesuai dengan tanggung jawab masing-masing.
                        2.5.4 Mengarahkan orang lain
Pada umumnya pengarahan adalah bimbingan atau tuntunan atau perintah yang diberikan kepada kelompok yang dipimpin untuk dilakukan.menurut Sagiyanto wiryoputro pengarahan berarti printah Lembaga atau pemimpin atau kepada angota-anggota untuk dikerjakan oleh bawahan. [14] Musa adalah pemimpin yang dapat mengarahkan dengan baik. Ia dapat melaksanakan tugas yang diberikan Allah kepadanya. Ia mengerjakan tepat dan sesuai dengan kehendak Allah (Kel. 19:10;21:22;23:14;36:8-37). Sehingga orang Israel dapat menjadi taat dan memelihara hokum-hukum Allah walaupun pada saat tertentu mereka mulai mengeluh karena perjalanan yang Panjang untuk menuju tanah perjanjian.
                        2.5.4 Melakukan pengawasan
Pengawasan adalah tindakan untuk mengawasi kegiatan-kegiatan Lembaga dan bawahan telah sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat dan disepakati. Musa pemimpin Israel yang mengawasi dari kegiatan orang-orang yang diangkatnya jadi pemimpin. Pengawasan yang dilakukan Musa adalah dengan tujuan agar segala hal yang telah ditetapkan dapat sesuai dengan perencanaan.
Ketika berada dipadang gurun, Musa melakukan pengawasan terhadap tugas-tugas yang dilakukan para pemimpin bawahan. Pengawasan yang dilakukan Musa adalah : pertama, mengawasi para ahli bangunan. Musa mengawasi pekerjaan para ahli tukang untuk memberi keperluan pekerjaan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana (Keluaran 36-37). Kedua, mengawasi tugas para imam.
                        2.5.5 Menggerakkan orang-orang yang dipimpinnya
Menggerakkan berarti membangkitkan atau memotivasi bawahan untuk melakukan suatu arahan dari pemimpin sebagai motivator atau penggerak semangat. Membangkitkan antusias orang lain untuk melihat secara aktif dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang ada walaupun terlihat sangat sukar untuk dilakukan.
Musa adalah seorang pemimpin yang dapat memotivasi orang Israel. Motivasi yang diberikannya kepada orang-orang Israel membuat orang-orang Israel senang membuat segala sesuatu yang diperintahkan Musa. Motivasi yang diberikan Musa kepada orang Israel antara lain: saat melakukan penyerahan atau mempersembahkan domba, Musa memotivasi mereka untuk menyediakan segala keperluan (Kel. 13:8-16; 36-39).
                        2.5.6 Menciptakan kerjasama
Kerjasama maksudnya segala kegiatan dalam Lembaga dikerjakan secara Bersama-sama antara pemimpin dan bawahan.[15] Ketika Musa memimpin umat Israel untuk mencapai tujuan akhir yaitu membawa ketanah perjanjian (Kel. 4:27-30;5:1-2;7, psl 14;psl 25-30, psl 30:11). Musa menciptakan kerjasama. Musa mempercayai kemampuan tiap-tiap orang yang dipilih dan ditetapkannya sebagai pemimpin dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawab Bersama-sama.
                       

2.5.7 Menjalin kerjasama dengan Allah
Musa adalah orang yang dipilih Allah untuk menjadi pemimpin bagi umat Israel dan memneima otoritas ilahi. Musa berhasil membawa bangsa Israel memasuki tanah perjanjian yaitu tanah Kanaan bukan karena keahliannya dalam memimpin umat Israel tetapi karena mengandalkan otoritas Allah dan membina kerjasama dengan Allah.
                       
2.5.7 menjalin kerjasama dengan umat Allah
Kerjasama yang diciptakan Musa dengan umat Allah yang dipimpinnya membantu PEKERJAAN Musa sehingga Musa dapat menyelesaikan pekerjaannya yaitu membawa umat Allah keluar dari mesir menuju tanah perjanjian.















BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari penyusunan paper ini dapat diambil kesimpulan bahwa : musa dalam menjalankan tugas kepemimpinannya dapat berhasil karena ia membuat suatu strategi atau pola-pola dalam memimpin umat Israel. Ia bekerja berdasarkan otoritas dari Allah. Otoritas Alla digunakan dalam sistempemerintahan teokrasi. Kepemimpnan Musa adalah pemerintahan teokrasi. Otoritas Allah diwujudka melalui mujizat-mujizat yang diperbuat ditengah bangsa Israel mulai dari Mesir sampai ke padang gurun.
Musa sebagai pemimpi yang dipilih Allah sebagai pemimpin untuk menjalankan kepemimpinannya atas bangsa Israel melakukan segala perintah Allah dengan sikap taat kepada Allah sebagai sumber otoritas. Musa adalah pemimpin Israel yang handal karena ia bias membawa perubahan besar dalam kehidupan orng Israel sebagai bangsa maupu umat Allah.
Pola yang menonjol yang diterapkan Musa adalah dengan melakukan kerjasama dengan pemimpin-pemimpin dibawahnya dan dengan bangsa Israel yang dipimpinnya memberi pengarahan, pengawasan dan menciptakan kerjasama yang baik dengan Allah dan umat Allah.
3.2 Saran
Berdasarkan pola kepemiminan yang dari Alkitab, maka penyusun paper memberikan saran kepada para pemimpin gereja masa kini agar memiliki pola kepemimpinanyang ideal dan efektif, maka pemimpin-pemimpin gereja sat ini harus memiliki pola dan sikap kepemimpinan yang baik. Sehingga apa yang telah dibiarakan dapat tercapai.




















Daftar Pstaka

Robby I. Candra,Pemimpin yang Handal dan Komunikatif, (bekasi Bina Warga, 1979), hal. 20
 Oswald Sanders, kepemimpinan Rohani, (Bandug Kalam Hidup, 1979), hal.20
Gerald D. Collirs, 518 Sdwar G. SJ,Kamat Teologia, (Yogyakarta:kasisiam,1996), hal. 34
Robby I. Candra,Pemimpin yang Handal dan Komunikatif, (bekasi Bina Warga, 1979), hal. 20
EnsiklopediaAlkitab masa kini(Jakarta:yayasan komunikasi bina kasih, 1995), Hal. 267
Charles Swoodoll, Musa Pria Berdikasi &dan tidak mementingkan diri sendiri,(Bandung:cipta oleh pustaka,2002), hal. 64


                                   
           
Charles Swoodoll, Musa Pria Berdikasi &dan tidak mementingkan diri sendiri,(Bandung:cipta oleh pustaka,2002), hal. 110
F.I Sejarah kerajaan Allah 1 (Jakarta:BPK. Canang Mulia, 2004), hal. 273




[1] Robby I. Candra,Pemimpin yang Handal dan Komunikatif, (bekasi Bina Warga, 1979), hal. 20
[2] I. Oswald Sanders, kepemimpinan Rohani, (Bandug Kalam Hidup, 1979), hal.20
[3] Robby I. Candra,Pemimpin yang Handal dan Komunikatif, (bekasi Bina Warga, 1979), hal. 20

[4] EnsiklopediaAlkitab masa kini(Jakarta:yayasan komunikasi bina kasih, 1995), Hal. 267
[5] Gerald D. Collirs, 518 Sdwar G. SJ,Kamat Teologia, (Yogyakarta:kasisiam,1996), hal. 34

[6] Charles Swoodoll, Musa Pria Berdikasi &dan tidak mementingkan diri sendiri,(Bandung:cipta oleh pustaka,2002), hal. 64

[8] Charles Swoodoll, Musa Pria Berdikasi &dan tidak mementingkan diri sendiri,(Bandung:cipta oleh pustaka,2002), hal. 110

[9] F.I Sejarah kerajaan Allah 1 (Jakarta:BPK. Canang Mulia, 2004), hal. 273
[10] Charles Swoodoll, Musa Pria Berdikasi &dan tidak mementingkan diri sendiri,(Bandung:cipta oleh pustaka,2002), hal.192
[11] Standey M. Horum dkk,Alkitab penuntun hidup berkelimpahan, (malang: 1964), hal.1554.
[12] Ensiklopedia Alkitab masa kini jilid I(Jakarta: yayasan bima kasih, oktober 2005), hal. 43
[13] Oswald sanders, kepemimpinan rohani (Bandung:yayasan kalam hidup, 1976), hal.123
[14] Sagiyanto Wiryoputro,Dasar-dasar manajemen (Jakarta:BPK gunung Media), Hal.28
[15] Elizabeth O’Leary,kepemimpinan,(Yogyakarta:asli,2000),hal.  21

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RETREAT HAMBA TUHAN GPIAI + PENTAHBISAN KORWIL

 Retreat Hamba Tuhan GPIAI wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jabodetabek + PENTAHBISAN KORWIL Tema : KESATUAN HATI UNTUK MELAKSANAKAN VISI...

HINTS