TUGAS PAPER PENGENALAN SUKU-SUKU
TENTANG
UPACARA
ADAT KEMATIAN SUKU BATAK SIMALUNGUN
Diajukan Untuk Memenuhi
Persyaratan lulus Mata Kuliah PENGENALAN
SUKU-SUKU
Dosen Pengampu Hilderia Damanik , SH, M.pdk
Oleh
NATAL RIA ZEGA
NIM : 16311415
Prodi : S1-PAK
SEKOLAH TINGGI TEOLOGI
EFATA
S A L A T I G A
2 0 1 6
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
belakang
Indonesia merupakan
Negara yang besar. Indonesia memiliki banyak pulau yaitu pulau Sumatera,
Kalimantan, Sulawesi, Jawa dan
papua. Masing-masing pulau memiliki suku
yang tentunya berbeda-beda. Salah satu pulau yang ada di Indonesia adalah pulau
Sumatera. Pulau sumatera memiliki banyak suku dan masing-masing suku tersebut
memiliki tradisi yang berbeda-beda antara suku yang satu dengan yang lain.
Salah
satu suku yang ada di pulau sumatera adalah suku batak. Suku bangsa yang dikategorikan sebagai batak
adalah : Batak Toba, Batak Karo, batak Pakpak, batak Angkola, Batak mandaling,
dan Batak Simalungun. Suku Batak Simalungun memiliki tradisi baik dalam hal
upacara kematian, pernikahan dan kematian. Didalam upacara tersebut ada
berbagai hal atau seni yang dilakukan.
Salah
satu tradisi yang mereka lakukan adalah upacara kematian. Tentu kita ingin tahu
bagaimana dan apa saja hal-hal yang mereka lakukan dalam upacara. Disini akan
dibahas tentang bagaimana upacara kematian suku batak itu dilakukan.
1.2 Rumusan masalah
Masalah yang
akan dibahas adalah :
1.
Apa itu suku
Batak
2.
Pembagian suku
Batak
3.
Mengenal suku
Batak Simalungun
4.
upacara adat kematian suku batak
1.3 Tujuan penulisan
tujuan dari pembuatan
paper ini adalah untuk mengetahui suku batak dan tradisi-tradisi yang ada
didalamnya terutama suku Batak Simalungun.
BAB
II
MENGENAL
UPACARA ADAT KEMATIAN SUKU
BATAK
SIMALUNGUN
2.1 Suku Batak
Suku
Batak merupakan suku bangsa Indonesia yang terletak di Sumatera utara. Nama
Batak merupakan sebuah tema kolektif untuk mengidentifikasikan beberapa suku
bangsa yang bermukim dan berasal dari tapanuli dan Sumatera timur. Siku bangsa
yang dikategorikan kedalam suku Batak yaitu batak Toba, batak Karo, batak
Pakpak, batak Angkola, batak Mandaling, dan Batak Simalungun.
Banyak
versi yang menyebutkan asal-usul bangsa Batak. Ada yang mengatakan bangsa Batak
bersal dari Thailand, keturunan dari bangsa Proto Malayan. Bangsa ini merupakan
suku bangsa yng bermukim diperbatasan Burma dan Siam atauThailand. Selama
ribuan tahun, bangsa Batak juga tinggal dengan keturunan Proto Malayan lainnya,
seperti Karen, Igorot, Toraja, Bontok, Ranau, Meo, Tayal, dan Wajo.
Proto
Malayan ini pernah dijajah oleh bangsa Mongoloid. Lalu mereka berpencar ke
berbagai wilayah dan negara. Misalnya Toraja mendarat di sulawesi, bangsa Tayal
kabur ke Taiwan, dan bangsa Ranau mendarat di Sumatera Barat. Sementara Suku
Batak mendarat di pantai Barat pulau Sumatera. Di situ suku bangsa Batak
terpecah menjadi beberapa gelombang. Gelombang pertama berlayar terus dan
mendarat di pulau-pulau Simular, Nias, Batu, Mentawai, Siberut sampai ke
Enggano di Sumatera Selatan. Gelombang kedua mendarat di muara sungai Simpang,
sekarang Singkil. Mereka bergerak sepanjang sungai Simpang Kiri dan menetap di
Kutacane. Dari situ mereka menduduki seluruh pedalaman Aceh. Itulah yang
menjadi orang-orang Gayo, dan Alas.
Adapun
gelombang ketiga mendarat di muara Sungai Sorkam, antara Barus dan Siboga.
Memasuki pedalaman daerah yang sekarang dikenal sebagai Doloksanggul dan
belakangan menetap di kaki Gunung Pusuk Buhit, di tepi danau Toba sebelah
barat. Dari situ berkembang dan akhirnya menduduki tanah Batak.
2.2 Pembagian suku Batak
Pembagian
dari suku batak adalah :
1.Batak Simalungun
Suku batak Simalungun adalah satu etnik Batak yang
terkonsentrasi di kabupaten Simalungun provinsi
Sumatera Utara. Wilayah kediaman suku Batak Simalungun berada diantara 2
etnik Batak lainnya, yaitu suku Karao yang berada di kabupaten tanah Karo dan
suku Toba.
Sebagian orang Simalungun, dikatakan berasal dari India,
tepatnya didaerah Assam, India Selatan, dari suatu tempat yang bernama Assom.
Dilihat dari adat istiadat dan tradisi budaya orang Simalungun banyak memiliki
kemiripat dengan adat istiadat dan tradisi budaya Batak Karo maupun Batak Toba.
2. Batak Toba
3.
Batak Karo
4. Batak Pakpa
5. Suku Mandaling/Angkola [2]
2.3
Mengenal suku Batak Simalungun
Terdapat berbagai
sumber mengenai asal usul Suku Simalungun, tetapi sebagian besar menceritakan
bahwa nenek moyang Suku Simalungun berasal dari luar Indonesia. Kedatangan ini
terbagi dalam 2 gelombang. Gelombang pertama (Simalungun Proto), diperkirakan
datang dari Nagore (India Selatan), dan pegunungan Assam (India Timur)
disekitar abad ke-5. Gelombang kedua (Simalungun Deutero), datang dari
suku-suku disekitar Simalungun yang bertetangga dengan suku asli Simalungun.
Sistem mata
pencaharian orang Simalungun yaitu bercocok tanam dengan padi dan jagung,
karena padi adalah makanan pokok sehari-hari dan jagung adalah makanan
Tambahan jika hasil padi tak mencukupi.
Jual-beli diadakan dengan barter, bahasa
yang dipakai adalah bahasa dialek. Marga memegang peranan penting dalam soal
adat Simalungun. Jika dibandingkan dengan keadaan Simalungun dengan suku yang
lainnya sudah jauh berbeda.
2.4
Upacara adat kematian suku Batak Simalungun
Kematian adalah
salah satu siklus dalam kehidupan manusia selain dari kelahiran. Pada sala satu
fase dalam siklus ini sering dilaksanakan yang namanya upacara. Upacara
tersebut dilakukan karena merupakan tahap-tahap penting dalam kehidupan manusia
untuk diperingati.
2.4.1
pelaksanaan upacara suku Batak Simalungun
Pelaksanaan upacara bergantung pada lamanya mayat
disemayamkan.
Di masyarakat Simalungun, seorang yang
meninggal dunia pada usia lanjut dan telah
meniggalkan anak cucu, dilakukan upacara yang disebut ‘namatei sayur matua”.
Kematian pada usia lanjut tidak perlu lagi bersedih, namun merupakan suatu
kegembiraan karena menjadi berkah. Ketika ada salah satu orang Simalungun yang
berusia lanjut meninggal disuatu perkampungan, mereka memahami seketika itu
banyaknya kegiatan yang harus segera dilakukan oleh warga setempat sebagai
persiapan menjelang dilangsungkannya upacara pemakaman.
Jenazah
yang telah dimasukkan kedalam peti mati diletakkan ditengah-tengah seluruh anak
dan cucu, dengan posisi peti bagian kaki mengarah ke pintu keluar rumah.
Disebelah kanan peti jenazah adalah anak-anak lelaki dan istrinya beserta
anak-anak mereka masiang-masing, dan disebelah kiri adalah anak-anak perempuan
dengan para suami dan anak-anaknya masing-masing. Disinilah dimulai rangkaian
upacara saur matua.
Masyarakat
Simalungun membawakan ensambel musik gonrang bolon dimainkan didalam atau
diluar rumah, namun ditempat yang berdekatan dengan jenazah. Untuk mengormati
wanita tua Simalungun, dilangsungkan berbagai kegiatan selama tiga hari tiga
malam sebagai bentuk penyesuaian terhadap kehidupan masyarakat modern.
Ketika seluruh
pelayat dari kalangan masyarakat adat telah datang (idealnya sebelum jamuan
makan siang). Jamuan makan merupakan kesempatan pihak penyelenggara upacara
menyediakan hidangan kepada para pelayat berupa nasi dengan lauk berupa hewan
kurban (sapi atau babi) yang sebelumnya telah dipersiapkan oleh para parhobas
(orang-orang yang ditugaskan memasak segala makanan selama pesta). Setelah
jamuan makan, dilakukan ritual pembagian jambar (hak bagian atau hak perolehan
dari milik bersama). Jambar terdiri dari empat jenis berupa : juhut (daging),
hepeng (uang), tor-tor (tari), dan hata (berbicara)
(Marbun&Hutapea,1987:66–67). Masing-masing pihak dari dalihan natolu
mendapatkan hak dari jambar sesuai ketentuan adat. Pembagian jambar hepeng
tidak wajib, karena pembagian jambar juhut dianggap menggantikan jambar hepeng.
Namun bagi keluarga status sosial terpandang, jambar hepeng biasanya ada.
Urutan pembagian
jambar diawali pembagian jambar juhut. Daging yang dijadikan sebagai jambar
juhut adalah kerbau atau kuda. Pemotongan daging juga dilakukan oleh pihak
parhobas. Daging yang sudah dipotong, dibagi-bagi dalam keadaan mentah. Secara
universal, pembagian jambar juhut itu adalah:
1.Kepala (ulu) untuk raja adat (pada masa
sekarang adalah pembawa acara selama upacara), 2.Leher (rungkung atau
tanggalan) untuk pihak boru,
3.Paha dan kaki (soit) untuk dongan
sabutuha,
4.Punggung dan rusuk (somba-somba) untuk
hula-hula,
5.Bagian belakang (ihur-ihur) untuk hasuhuton. Adapun dongan sahuta
(teman sekampung), pariban
(kakak dan adik istri kita) dan ale-ale (kawan karib), dihitung sama sebagai
pihak dongan sabutuha.
Selepas ritus
pembagian jambar juhut, dilanjutkan ritual pelaksanaan jambar hata berupa
kesempatan masing-masing pihak memberikan kata penghiburan kepada anak-anak
orang yang mati saur matua (pihak hasuhuton). Urutan kata dimulai dari
hula-hula, dilanjutkan dengan dongan sahuta, kemudian boru / bere, dan terakhir
dongan sabutuha. Setiap pergantian kata penghiburan, diselingi ritual jambar
tor-tor, yaitu ritus manortor (menarikan tarian tor-tor). Tor-tor adalah tarian
tradisional khas Batak. Tarian tor-tor biasanya diiringi musik dari gondang
sabangunan (alat musik tradisional khas Batak). Gondang sabangunan adalah orkes
musik tradisional Batak, terdiri dari seperangkat instrumen yakni : 4 ogung, 1
hesek , 5 taganing, 1 odap, 1 gondang, 1 sarune.
Pada kesempatan
manortor pihak tulang (saudara laki-laki ibu almarhum), menyelimutkan ulos ragi
idup langsung ke badan mayat. Selain itu bona tulang (hula-hula dari pihak
marga saudara laki-laki nenek almarhum) dan bona ni ari (hula-hula dari pihak
marga ibu kakek almarhum) juga memberikan ulos (biasanya ulos sibolang). Ulos
dikembangkan di atas peti mayat, sebagai tanda kasih sayang yang terakhir.
Kemudian pihak hula-hula secara khusus mangulosi (menyematkan ulos) kepada
pihak boru dan hela (menantu) sebagai simbol pasu-pasu (berkat) yang
diucapkannya. Pihak hula-hula memberikan ulos sibolang sebagai ulos sampetua
kepada istri / suami yang ditinggalkan, dengan meletakkan di atas bahu. Apabila
orang yang mati telah lebih dahulu ditinggalkan istri / suaminya, tentunya ulos
tidak perlu lagi diberikan). Kemudian hula-hula memberikan ulos panggabei
kepada semua keturunan, dengan menyampirkan ulos (sesaat secara bergantian) di
bahu masing-masing anak laki-laki yang tertua sampai yang paling bungsu
(terakhir diberikan kembali ke anak lelaki tertua di sertai kata-kata berkat).
Sama halnya yang dilakukan oleh pihak hula-hula, pihak tulang dari setiap
hasuhuton juga melakukan ritus tersebut. Kemudian masing-masing wanita dari
rombongan tulang.
Sepulang dari
pekuburan, dilakukan ritual adat ungkap hombung. Adat ungkap hombung adalah
ritus memberikan sebagian harta yang ditinggalkan si mendiang (berbagi harta
warisan) untuk diberikan kepada pihak hula-hula. Namun mengenai adat ungkap
hombung ini, telah memiliki variasi pengertian pada masa kini. Idealnya tanpa
diingatkan oleh pihak hula-hula, ungkap hombung dapat dibicarakan atau beberapa
hari sesudahnya. Apapun yang akan diberikan untuk ungkap hombung, keluarga yang
kematian orang tua yang tergolong saur matua hendaklah membawa rasa senang pada
pihak hula-hula. Jenazah didalam peti dikelilingi oleh para keturunannya
(kiri), salah satu gerak tor-tor tengah), prosesi penguburan diserahkan kepada
pihak gereja (kanan)
2.4.2 Pelaksanaan upacara untuk seorang raja
Pada saat seorang
raja wafat, kematiannya harus disebarluaskan kepada rakyat dan berbagai
persiapan harus dilaksanakan diistana. Jenazah raja dipersiapkan dan
ditempatkan pada suatu anjungan ditengah-tengah suatu ruangan besar untuk
diperlihatkan kepada khalayak, agar para rekan, kerabat, serta kenalan yang
hadir dapat menari disekelilingnya.
Peti seorang raja
diletakkan diatas tandu yang besar dengan sebuah tangga yang terbuat dari
bambu. Kepada para anggota laki-laki dibagikan lembaran-lembaran kain putih
(porsa) sebagai tanda dukacita. Kain ini sebagian dililitkan pada kepala dan
sebagian lagi diikatkan melingkari lengan. Alat-alat musik dibungkus dengan
kain putih juga. Upacara itu diiringi juga dengan tari-tarian dengan pakaian
tertentu yang telah dipersiapkan untuk acra yang akan segera dimulai.
Setelah semuanya
siap, maka diadakan upacara pemakaman untuk raja. Ada tiga fase yang
dilaksanakan ketika seorang raja Simalungun akan dimakamkan, yaitu :
1.
Kegetan Huda-huda yang berpusat dihalaman
istana.
2.
Mandingguri, acara disekitar peti mati yang
dilakukan didalam istana.
3.
Manandur/manuan, berbagai ritual yang terakhir dilokasi
pemakaman
Ketiga fase itu dirancang guna
memenuhi kebutuhan untuk memperlihatkan rasa ormat, pengungkapan rassa
simpatik, dan kesedihan serta memberikan bantuan kepada mereka yang
ditinggalkan.
BAB III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Pada saat upacara kematian suku Batak Simalungun, ad
berbagai macam kegiatan yang dilaksanakan sebelum ataupun sesedah jenazah
disemayamkan. seorang yang meninggal dunia pada usia lanjut dan telah meniggalkan anak cucu, dilakukan
upacara yang disebut ‘namatei sayur matua”. Kematian pada usia lanjut tidak
perlu lagi bersedih, namun merupakan suatu kegembiraan karena menjadi berkah.
Saat seorang raja wafat maka harus
segera diberitahukan kepada seluruh rakyat. Disediakan peti yang diletakkan
diatas tandu yang besar kemudian dipersiapkan seluruh acara kegiatan untuk
pemakaman sang raja.
2.
Saran
Dengan melalui
paper ini, kami selaku penyusun mengharapkan kepada khususnya mahasiswa STEFA
dan juga masyarakat sekitar dapat mengetahui dan memahami bagaimana adat dan
kegiatan apa saja yang dilakukan pada saat salah seorang dari masyarakat suku
Batak Simalungun meninggal dunia.
DAFTAR PUSTAKA
http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/952/suku-batak-sumatera-utara
http://ini-macan.blogspot.co.id/2015/08/macam-macam-etnis-dalam-suku-batak-sama.html
http://ini-macan.blogspot.co.id/2015/08/macam-macam-etnis-dalam-suku-batak-sama.html,
https://balarmedan.wordpress.com/2008/06/18/upacara-saur-matua-konsep-%E2%80%9Dkematian-ideal%E2%80%9D-pada-masyarakat-batak-studi-etnoarkeologi/
[1] http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/952/suku-batak-sumatera-utara, hari/tanggal : 15 november
2016,
jam
:14:44
[2] http://ini-macan.blogspot.co.id/2015/08/macam-macam-etnis-dalam-suku-batak-sama.html
tanggal15/11/2016 , jam : ,14:52
[4] http://ini-macan.blogspot.co.id/2015/08/macam-macam-etnis-dalam-suku-batak-sama.html,
selasa ,15/11/2016, jam :14:52
[5] https://balarmedan.wordpress.com/2008/06/18/upacara-saur-matua-konsep-%E2%80%9Dkematian-ideal%E2%80%9D-pada-masyarakat-batak-studi-etnoarkeologi/
hari, senin, 21 nov 2016 jam 11:24
Tidak ada komentar:
Posting Komentar