Rabu, 23 Agustus 2017

Adat kematian Suku Batak







TUGAS PAPER PENGENALAN SUKU-SUKU
TENTANG
UPACARA ADAT KEMATIAN SUKU BATAK SIMALUNGUN
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan lulus Mata Kuliah PENGENALAN SUKU-SUKU
Dosen Pengampu Hilderia Damanik , SH, M.pdk


Oleh
NATAL RIA ZEGA
NIM      : 16311415
Prodi      : S1-PAK

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI EFATA
S A L A T I G A
2 0 1 6
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar  belakang
Indonesia merupakan Negara yang besar. Indonesia memiliki banyak pulau yaitu pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi,  Jawa dan papua.  Masing-masing pulau memiliki suku yang tentunya berbeda-beda. Salah satu pulau yang ada di Indonesia adalah pulau Sumatera. Pulau sumatera memiliki banyak suku dan masing-masing suku tersebut memiliki tradisi yang berbeda-beda antara suku yang satu dengan yang lain.
      Salah satu suku yang ada di pulau sumatera adalah suku batak.  Suku bangsa yang dikategorikan sebagai batak adalah : Batak Toba, Batak Karo, batak Pakpak, batak Angkola, Batak mandaling, dan Batak Simalungun. Suku Batak Simalungun memiliki tradisi baik dalam hal upacara kematian, pernikahan dan kematian. Didalam upacara tersebut ada berbagai hal atau seni yang dilakukan.
      Salah satu tradisi yang mereka lakukan adalah upacara kematian. Tentu kita ingin tahu bagaimana dan apa saja hal-hal yang mereka lakukan dalam upacara. Disini akan dibahas tentang bagaimana upacara kematian suku batak itu dilakukan.

1.2  Rumusan masalah
Masalah yang akan dibahas adalah :
1.      Apa itu suku Batak
2.      Pembagian suku Batak
3.      Mengenal suku Batak Simalungun
4.       upacara adat kematian suku batak

1.3  Tujuan penulisan
tujuan dari pembuatan paper ini adalah untuk mengetahui suku batak dan tradisi-tradisi yang ada didalamnya terutama suku Batak Simalungun.












BAB II
MENGENAL UPACARA ADAT KEMATIAN SUKU
BATAK SIMALUNGUN

2.1  Suku Batak

Suku Batak merupakan suku bangsa Indonesia yang terletak di Sumatera utara. Nama Batak merupakan sebuah tema kolektif untuk mengidentifikasikan beberapa suku bangsa yang bermukim dan berasal dari tapanuli dan Sumatera timur. Siku bangsa yang dikategorikan kedalam suku Batak yaitu batak Toba, batak Karo, batak Pakpak, batak Angkola, batak Mandaling, dan Batak Simalungun.
Banyak versi yang menyebutkan asal-usul bangsa Batak. Ada yang mengatakan bangsa Batak bersal dari Thailand, keturunan dari bangsa Proto Malayan. Bangsa ini merupakan suku bangsa yng bermukim diperbatasan Burma dan Siam atauThailand. Selama ribuan tahun, bangsa Batak juga tinggal dengan keturunan Proto Malayan lainnya, seperti Karen, Igorot, Toraja, Bontok, Ranau, Meo, Tayal, dan Wajo.
Proto Malayan ini pernah dijajah oleh bangsa Mongoloid. Lalu mereka berpencar ke berbagai wilayah dan negara. Misalnya Toraja mendarat di sulawesi, bangsa Tayal kabur ke Taiwan, dan bangsa Ranau mendarat di Sumatera Barat. Sementara Suku Batak mendarat di pantai Barat pulau Sumatera. Di situ suku bangsa Batak terpecah menjadi beberapa gelombang. Gelombang pertama berlayar terus dan mendarat di pulau-pulau Simular, Nias, Batu, Mentawai, Siberut sampai ke Enggano di Sumatera Selatan. Gelombang kedua mendarat di muara sungai Simpang, sekarang Singkil. Mereka bergerak sepanjang sungai Simpang Kiri dan menetap di Kutacane. Dari situ mereka menduduki seluruh pedalaman Aceh. Itulah yang menjadi orang-orang Gayo, dan Alas.
Adapun gelombang ketiga mendarat di muara Sungai Sorkam, antara Barus dan Siboga. Memasuki pedalaman daerah yang sekarang dikenal sebagai Doloksanggul dan belakangan menetap di kaki Gunung Pusuk Buhit, di tepi danau Toba sebelah barat. Dari situ berkembang dan akhirnya menduduki tanah Batak.

2.2  Pembagian suku Batak
Pembagian dari suku batak adalah :
1.Batak Simalungun
      Suku batak Simalungun adalah satu etnik Batak yang terkonsentrasi di kabupaten Simalungun provinsi  Sumatera Utara. Wilayah kediaman suku Batak Simalungun berada diantara 2 etnik Batak lainnya, yaitu suku Karao yang berada di kabupaten tanah Karo dan suku Toba.
      Sebagian orang Simalungun, dikatakan berasal dari India, tepatnya didaerah Assam, India Selatan, dari suatu tempat yang bernama Assom. Dilihat dari adat istiadat dan tradisi budaya orang Simalungun banyak memiliki kemiripat dengan adat istiadat dan tradisi budaya Batak Karo maupun Batak Toba.
          2. Batak Toba
     3. Batak Karo
     4. Batak Pakpa
     5. Suku Mandaling/Angkola      [2]
               
2.3   Mengenal suku Batak Simalungun
Terdapat berbagai sumber mengenai asal usul Suku Simalungun, tetapi sebagian besar menceritakan bahwa nenek moyang Suku Simalungun berasal dari luar Indonesia. Kedatangan ini terbagi dalam 2 gelombang. Gelombang pertama (Simalungun Proto), diperkirakan datang dari Nagore (India Selatan), dan pegunungan Assam (India Timur) disekitar abad ke-5. Gelombang kedua (Simalungun Deutero), datang dari suku-suku disekitar Simalungun yang bertetangga dengan suku asli Simalungun.
Sistem mata pencaharian orang Simalungun yaitu bercocok tanam dengan padi dan jagung, karena padi adalah makanan pokok sehari-hari dan jagung adalah makanan
 Tambahan jika hasil padi tak mencukupi.
Jual-beli diadakan dengan barter, bahasa yang dipakai adalah bahasa dialek. Marga memegang peranan penting dalam soal adat Simalungun. Jika dibandingkan dengan keadaan Simalungun dengan suku yang lainnya sudah jauh berbeda.


2.4   Upacara adat kematian suku Batak Simalungun
Kematian adalah salah satu siklus dalam kehidupan manusia selain dari kelahiran. Pada sala satu fase dalam siklus ini sering dilaksanakan yang namanya upacara. Upacara tersebut dilakukan karena merupakan tahap-tahap penting dalam kehidupan manusia untuk diperingati.

2.4.1          pelaksanaan upacara suku Batak Simalungun
Pelaksanaan upacara bergantung pada lamanya mayat disemayamkan.
Di masyarakat Simalungun, seorang yang meninggal dunia pada usia lanjut  dan telah meniggalkan anak cucu, dilakukan upacara yang disebut ‘namatei sayur matua”. Kematian pada usia lanjut tidak perlu lagi bersedih, namun merupakan suatu kegembiraan karena menjadi berkah. Ketika ada salah satu orang Simalungun yang berusia lanjut meninggal disuatu perkampungan, mereka memahami seketika itu banyaknya kegiatan yang harus segera dilakukan oleh warga setempat sebagai persiapan menjelang dilangsungkannya upacara pemakaman.
                Jenazah yang telah dimasukkan kedalam peti mati diletakkan ditengah-tengah seluruh anak dan cucu, dengan posisi peti bagian kaki mengarah ke pintu keluar rumah. Disebelah kanan peti jenazah adalah anak-anak lelaki dan istrinya beserta anak-anak mereka masiang-masing, dan disebelah kiri adalah anak-anak perempuan dengan para suami dan anak-anaknya masing-masing. Disinilah dimulai rangkaian upacara saur matua.
Masyarakat Simalungun membawakan ensambel musik gonrang bolon dimainkan didalam atau diluar rumah, namun ditempat yang berdekatan dengan jenazah. Untuk mengormati wanita tua Simalungun, dilangsungkan berbagai kegiatan selama tiga hari tiga malam sebagai bentuk penyesuaian terhadap kehidupan masyarakat modern.
Ketika seluruh pelayat dari kalangan masyarakat adat telah datang (idealnya sebelum jamuan makan siang). Jamuan makan merupakan kesempatan pihak penyelenggara upacara menyediakan hidangan kepada para pelayat berupa nasi dengan lauk berupa hewan kurban (sapi atau babi) yang sebelumnya telah dipersiapkan oleh para parhobas (orang-orang yang ditugaskan memasak segala makanan selama pesta). Setelah jamuan makan, dilakukan ritual pembagian jambar (hak bagian atau hak perolehan dari milik bersama). Jambar terdiri dari empat jenis berupa : juhut (daging), hepeng (uang), tor-tor (tari), dan hata (berbicara) (Marbun&Hutapea,1987:66–67). Masing-masing pihak dari dalihan natolu mendapatkan hak dari jambar sesuai ketentuan adat. Pembagian jambar hepeng tidak wajib, karena pembagian jambar juhut dianggap menggantikan jambar hepeng. Namun bagi keluarga status sosial terpandang, jambar hepeng biasanya ada.

Urutan pembagian jambar diawali pembagian jambar juhut. Daging yang dijadikan sebagai jambar juhut adalah kerbau atau kuda. Pemotongan daging juga dilakukan oleh pihak parhobas. Daging yang sudah dipotong, dibagi-bagi dalam keadaan mentah. Secara universal, pembagian jambar juhut itu adalah:
1.Kepala (ulu) untuk raja adat (pada masa sekarang adalah pembawa acara selama upacara), 2.Leher (rungkung atau tanggalan) untuk pihak boru,
3.Paha dan kaki (soit) untuk dongan sabutuha,
4.Punggung dan rusuk (somba-somba) untuk hula-hula,
5.Bagian belakang (ihur-ihur) untuk hasuhuton. Adapun dongan sahuta (teman sekampung),                     pariban (kakak dan adik istri kita) dan ale-ale (kawan karib), dihitung sama sebagai pihak dongan sabutuha.
               Selepas ritus pembagian jambar juhut, dilanjutkan ritual pelaksanaan jambar hata berupa kesempatan masing-masing pihak memberikan kata penghiburan kepada anak-anak orang yang mati saur matua (pihak hasuhuton). Urutan kata dimulai dari hula-hula, dilanjutkan dengan dongan sahuta, kemudian boru / bere, dan terakhir dongan sabutuha. Setiap pergantian kata penghiburan, diselingi ritual jambar tor-tor, yaitu ritus manortor (menarikan tarian tor-tor). Tor-tor adalah tarian tradisional khas Batak. Tarian tor-tor biasanya diiringi musik dari gondang sabangunan (alat musik tradisional khas Batak). Gondang sabangunan adalah orkes musik tradisional Batak, terdiri dari seperangkat instrumen yakni : 4 ogung, 1 hesek , 5 taganing, 1 odap, 1 gondang, 1 sarune.
               Pada kesempatan manortor pihak tulang (saudara laki-laki ibu almarhum), menyelimutkan ulos ragi idup langsung ke badan mayat. Selain itu bona tulang (hula-hula dari pihak marga saudara laki-laki nenek almarhum) dan bona ni ari (hula-hula dari pihak marga ibu kakek almarhum) juga memberikan ulos (biasanya ulos sibolang). Ulos dikembangkan di atas peti mayat, sebagai tanda kasih sayang yang terakhir. Kemudian pihak hula-hula secara khusus mangulosi (menyematkan ulos) kepada pihak boru dan hela (menantu) sebagai simbol pasu-pasu (berkat) yang diucapkannya. Pihak hula-hula memberikan ulos sibolang sebagai ulos sampetua kepada istri / suami yang ditinggalkan, dengan meletakkan di atas bahu. Apabila orang yang mati telah lebih dahulu ditinggalkan istri / suaminya, tentunya ulos tidak perlu lagi diberikan). Kemudian hula-hula memberikan ulos panggabei kepada semua keturunan, dengan menyampirkan ulos (sesaat secara bergantian) di bahu masing-masing anak laki-laki yang tertua sampai yang paling bungsu (terakhir diberikan kembali ke anak lelaki tertua di sertai kata-kata berkat). Sama halnya yang dilakukan oleh pihak hula-hula, pihak tulang dari setiap hasuhuton juga melakukan ritus tersebut. Kemudian masing-masing wanita dari rombongan tulang.
               Sepulang dari pekuburan, dilakukan ritual adat ungkap hombung. Adat ungkap hombung adalah ritus memberikan sebagian harta yang ditinggalkan si mendiang (berbagi harta warisan) untuk diberikan kepada pihak hula-hula. Namun mengenai adat ungkap hombung ini, telah memiliki variasi pengertian pada masa kini. Idealnya tanpa diingatkan oleh pihak hula-hula, ungkap hombung dapat dibicarakan atau beberapa hari sesudahnya. Apapun yang akan diberikan untuk ungkap hombung, keluarga yang kematian orang tua yang tergolong saur matua hendaklah membawa rasa senang pada pihak hula-hula. Jenazah didalam peti dikelilingi oleh para keturunannya (kiri), salah satu gerak tor-tor tengah), prosesi penguburan diserahkan kepada pihak gereja (kanan)

2.4.2 Pelaksanaan upacara untuk seorang raja
Pada saat seorang raja wafat, kematiannya harus disebarluaskan kepada rakyat dan berbagai persiapan harus dilaksanakan diistana. Jenazah raja dipersiapkan dan ditempatkan pada suatu anjungan ditengah-tengah suatu ruangan besar untuk diperlihatkan kepada khalayak, agar para rekan, kerabat, serta kenalan yang hadir dapat menari disekelilingnya.
Peti seorang raja diletakkan diatas tandu yang besar dengan sebuah tangga yang terbuat dari bambu. Kepada para anggota laki-laki dibagikan lembaran-lembaran kain putih (porsa) sebagai tanda dukacita. Kain ini sebagian dililitkan pada kepala dan sebagian lagi diikatkan melingkari lengan. Alat-alat musik dibungkus dengan kain putih juga. Upacara itu diiringi juga dengan tari-tarian dengan pakaian tertentu yang telah dipersiapkan untuk acra yang akan segera dimulai.
Setelah semuanya siap, maka diadakan upacara pemakaman untuk raja. Ada tiga fase yang dilaksanakan ketika seorang raja Simalungun akan dimakamkan, yaitu :
1.       Kegetan Huda-huda yang berpusat dihalaman istana.
2.       Mandingguri, acara disekitar peti mati yang dilakukan didalam istana.
3.       Manandur/manuan, berbagai ritual yang terakhir dilokasi pemakaman
Ketiga fase itu dirancang guna memenuhi kebutuhan untuk memperlihatkan rasa ormat, pengungkapan rassa simpatik, dan kesedihan serta memberikan bantuan kepada mereka yang ditinggalkan.


            [4][5]










BAB III
PENUTUP

1.      Kesimpulan
Pada saat upacara kematian suku Batak Simalungun, ad berbagai macam kegiatan yang dilaksanakan sebelum ataupun sesedah jenazah disemayamkan. seorang yang meninggal dunia pada usia lanjut  dan telah meniggalkan anak cucu, dilakukan upacara yang disebut ‘namatei sayur matua”. Kematian pada usia lanjut tidak perlu lagi bersedih, namun merupakan suatu kegembiraan karena menjadi berkah.
            Saat seorang raja wafat maka harus segera diberitahukan kepada seluruh rakyat. Disediakan peti yang diletakkan diatas tandu yang besar kemudian dipersiapkan seluruh acara kegiatan untuk pemakaman sang raja.

2.      Saran
Dengan melalui paper ini, kami selaku penyusun mengharapkan kepada khususnya mahasiswa STEFA dan juga masyarakat sekitar dapat mengetahui dan memahami bagaimana adat dan kegiatan apa saja yang dilakukan pada saat salah seorang dari masyarakat suku Batak Simalungun meninggal dunia.





















DAFTAR PUSTAKA

http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/952/suku-batak-sumatera-utara
http://ini-macan.blogspot.co.id/2015/08/macam-macam-etnis-dalam-suku-batak-sama.html
http://ini-macan.blogspot.co.id/2015/08/macam-macam-etnis-dalam-suku-batak-sama.html,
https://balarmedan.wordpress.com/2008/06/18/upacara-saur-matua-konsep-%E2%80%9Dkematian-ideal%E2%80%9D-pada-masyarakat-batak-studi-etnoarkeologi/



jam :14:44
[2]  http://ini-macan.blogspot.co.id/2015/08/macam-macam-etnis-dalam-suku-batak-sama.html tanggal15/11/2016 , jam : ,14:52

[3] https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Simalungun,  kamis,17/11/2016, jam : 15:14
[5] https://balarmedan.wordpress.com/2008/06/18/upacara-saur-matua-konsep-%E2%80%9Dkematian-ideal%E2%80%9D-pada-masyarakat-batak-studi-etnoarkeologi/ hari, senin, 21 nov 2016 jam 11:24

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SKRIPSI Implementasi kurikulum Merdeka dalam penyusunan modul ajar mata pelajaran pendidikan agama Kristen di sekolah dasar negeri 01 dukuh Salatiga

  https://docs.google.com/document/d/1dg_AG2xpw73mPijLobl4L_S-3hXar0gk/edit?usp=drivesdk&ouid=109035727521198068929&rtpof=true&s...

HINTS