Sabtu, 26 Agustus 2017

sejarah gereja di Jawa Tengah

1.1 Latar belakang
Sebelum Yesus naik ke surga, Ia memberikan perintah kepada para murid-muridNya untuk pergi ke Yerusalem dan menunggu di sana sampai Roh Kudus dicurahkan ke atas mereka. Dengan kuasa yang diberikan oleh Roh Kudus, Yesus berjanji akan melengkapi murid-murud-Nya untuk menjadi saksi-saksi, bukan hanya di Yerusalem tapi juga ke ujung-ujung bumi (Kisah Para Rasul 1:1-11). Janji itu digenapi oleh Kristus dan perintah itu ditaati dan dilaksanakan oleh para murid-muridNya. Dari situlah muncul namanya gereja.
   Gereja merupakan bangunan ibadat umat kristiani yang mewadahi kegiatan spiritual bagi jemaatnya. Gereja adalah persekutuan orang percaya yang dipanggil oleh Allah dan diutus untuk menghadirkan Kerajaan Allah di dunia, ini merupakan hakikat gereja. Gereja juga dikenal sebagai suatu organisme yang senantiasa tumbuh dan berkembang. Keberadaan gereja juga dipahami sebagai bagian dari dunia, bagian dari zaman yang berkembang, bagian dari suatu tempat di mana ia berada, dan bagian dari masyarakat dunia, hal-hal ini disebut juga dengan konteks.
  gereja tidak hanya muncul di satu tempat atau disatu daerah saja. seiring dengan perkembangan zaman, gereja juga terus tumbuh dan berkembang,  ke negara-negara dan daerah-daerah baik yang besar maupun yang terpencil. Ada berbagai negara yang telah menjadi umat kristiani dan mengenal istilah Gereja, termasuk Indonesia. Indonesia merupakan negara yang cukup besar dan terbagi atas suku-suku terbesar diantaranya adalah Sumatera, Jawa, kalimantan, Sulawesi Dan irian Jaya. Salah satu suku atau daerah yang sudah mengenal istilah gereja ini adalah suku Jawa, terutama di Jawa Tengah. Di zaman voc sejak permulaan abad 17 telah berdiri beberapa jemaat di pulau jawa. Nama gereja kristen jawa tengah baru muncul pada tahun 1949. semua orang kristen di jawa tengah yang berasal dari hasil penginjilan perorangan, maupun hasil penginjilan beberapa badan zending seperti nzg di bagian utara jawa tengah dan ngzv di bagian selatan.
(1) file:///C:/Users/Acer/Downloads/intro%20(4).pdf

1.2Rumusan Masalah
-  Mengetahui apa itu Gereja
-tokoh-tokoh munculnya gereja
- sejarah munculnya gereja
1.3 Tujuan penulisan
tujuan penulisan paper ini adalah agar dapat mengetahui bagaimana awl munculnya sutu gereja dan perkembangannya ke suatu negara, daerah dan suku-suuku.

bab 2
sejarah Gereja di Jawa Tengah
2.1 Pengertian Gereja

Gereja berasal dari bahasa Protugis: igreja, yang berasal dari bahasa Yunani: εκκλησία (ekklêsia) yang berarti dipanggil keluar (ek= keluar; klesia dari kata kaleo= memanggil); kumpulan orang yang dipanggil ke luar dari dunia) memiliki beberapa arti:
  1. Arti pertama ialah 'umat' atau lebih tepat persekutuan orang Kristen. Arti ini diterima sebagai arti pertama bagi orang Kristen. Jadi, gereja pertama-tama bukanlah sebuah gedung.
  2. Arti kedua adalah sebuah perhimpunan atau pertemuan ibadah umat Kristen. Bisa bertempat di rumah kediaman, lapangan, ruangan di hotel, maupun tempat rekreasi.
  3. Arti ketiga ialah mazhab (aliran) atau denominasi dalam agama Kristen. GerejaKatolik, Gereja Protestan, dll.
  4. Arti keempat ialah lembaga (administratif) daripada sebuah mazhab Kristen. Contoh kalimat “Gereja menentang perang Irak”.
  5. Arti terakhir dan juga arti umum adalah sebuah “rumah ibadah” umat Kristen, di mana umat bisa berdoa atau bersembahyang                (2) http://bellarisara08.blogspot.co.id/2012/08/pengertian-gereja.html.
2.2 Perkembangan gereja
Pada hari-hari pertama kehidupan jemaat di Yerusalem, persahabatan terbuka dan gaya hidup sederhana dalam jemaat purba pasti terlihat sebagai menyingsingnya suatu zaman yang baru. Tetapi tidak perlu waktu lama sebelum persoalan-persoalan lain yang lebih rumit muncul, untuk memperingatkan Petrus dan lain-lainnya bahwa kerajaan Allah belum tiba dalam segala kepenuhannya. Persekutuan yang baru tergalang merupakan bukti bahwa umat baru sudah ada. Tetapi seturut berlalunya waktu, ketegangan antara masa sekarang dan masa depan yang begitu fundamental dalam pengajaran Yesus mempunyai dampak yang mengganggu kelanjutan hidup persekutuan kristen yang sedang berkembang. Selama masa hidup Yesus, gerakan mesianik baru yang dibangun-Nya itu pada umumnya hanyalah merupakan bidat setempat dalam agama Yahudi Palestina. Semua murid merupakan orang Yahudi. Walaupun logika pemberitaan dan teladan perilaku Yesus sendiri menunjukkan bahwa orang-orang bukan-Yahudi tidak dikecualikan dari keanggotaan persekutuan, hubungan orang-orang Yahudi dan bukan-Yahudi tidaklah merupakan persoalan besar pada waktu itu. Orang-orang bukan-Yahudi yang bertemu dengan Yesus adalah pribadi-pribadi tersendiri (Mrk. 7:24-30; Luk. 7:1-10). Jumlah mereka tidak besar, dan bagaimanapun juga banyak dari mereka mungkin sekali menghadiri upacara-upacara agama di sinagoge, meskipun mereka belum memeluk agama Yahudi. 

Tetapi tidak lama kemudian, para pengikut Yesus dipaksa untuk mencurahkan perhatian besar terhadap seluruh persoalan hubungan antara orang-orang percaya Yahudi dan bukan-Yahudi. Walaupun mereka tidak menyadarinya, peristiwa-peristiwa pada hari Pentakosta yang direkam pada bagian Kisah Para Rasul merupakan suatu peristiwa yang menentukan dalam kehidupan jemaat muda usia itu (Kis. 2). Sebab ketika banyak di Petrus berdiri dan menerangkan ajaran Kristen kepada orang kosmolitan, Yerusalem, ia berhadapan dengan sidang pendengar yang terdiri dari "orang-orang Yahudi yang saleh dari segala bangsa di bawah kolong langit" (Kis. 2:5). Tentu saja mereka semua menaruh perhatian terhadap agama Yahudi, kalau tidak mereka tidak akan mengadakan perjalanan ke Yerusalem guna menghadiri perayaan keagamaan. Tetapi tidak semua orang bukan-Yahudi di antara mereka sudah menjadi penganut penuh agama Yahudi yang menerima seluruh hukum Yahudi - sedangkan mereka yang berasal dari keluarga Yahudi pun diberbagai tempat dari kekaisaran Roma, mempunyai latar belakang dan pandangan yang agak berlainan dengan orang Yahudi yang dilahirkan dan dibesarkan di Palestina sendiri. Mayoritas dari orang banyak yang mendengar khotbah Petrus pada hari Pentakosta mungkin sekali merupakan orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani, yang telah berziarah ke Yerusalem dalam rangka pesta agama Yahudi yang besar itu. Banyak dari mereka yang baru untuk pertama kalinya mengunjungi Yerusalem. Walaupun tempat tinggal mereka sangat jauh, mereka selalu menggandrungi Yerusalem serta Bait Allah. Yang merupakan tempat suci pusat agama mereka, sama halnya bagi orang Yahudi yang tinggal di Palestina. Petrus dan murid-murid lainnya tidak ragu-ragu bahwa kabar baik tentang Yesus harus disampaikan juga kepada orang-orang tersebut. Memang, banyak persamaan di antara mereka. Para murid sendiri merupakan pendukung setia dari upacara-upacara ibadah di sinagoge. Mereka juga memelihara pesta-pesta agama Yahudi Yang besar, dan kadang-kadang mereka malahan berkhotbah di pelataran Bait Allah (Kis. 3:1-16). Hal ini merupakan sesuatu yang Yesus sendiri tidak dapat lakukan tanpa kekhawatiran akan akibat-akibatnya, dan walaupun Petrus dan Yohanes kemudian ditangkap dan dituduh di hadapan mahkamah agama Yahudi, mereka segera dibebaskan, dan satu-satunya pembatasan yang dikenakan ke atas mereka adalah supaya "sama sekali jangan berbicara atau mengajar lagi dalam nama Yesus" (Kis. 4:18). Terlepas dari iman mereka kepada Yesus yang terasa aneh, tindak-tanduk mereka pada umumnya dapat diterima oleh para penguasa Yahudi. 
(2) http://rinipinayungan.blogspot.co.id/

2.3perkembangan gereja di Indonesia
Sejarah munculnya gereja di Indonesia dari sisi Kristen dimulai ketika orang-orang Portugis tiba di Kesultanan Malaka yang kini menjadi Malaysia pada tahun 1509 demi mencari kekayaan yang mereka punya. Awalnya, hubungan mereka berjalan baik hingga terjadi penundukkan Goa dan beberapa konflik antara Muslim dan Kristen yang menyebabkan kaum-kaum Muslim di Malaka berpendapat bahwa kedatangan Kristen Portugis hanya akan membawa masalah bagi mereka. Yang memperparah kejadian ini adalah penundukan Malaka, dimana kejadian tadi dinilai menjadi titik balik yang membuat seluruh umat Muslim Malaka menciptakan suatu sentimen yang melawan Kristen Portugis. Perlawanan juga muncul dari umat Muslim di Aceh, dan juga kekaisaran Ottoman. Meskipun pihak Portugis berhasil membangun beberapa gereja, kedatangan mereka di Malaka lebih dinilai sebagai kesan negatif dibandingkan tujuan awal mereka untuk mempromosikan agama tersebut.
Ketika terjadi pendudukan Malaka pada tahun 1511 oleh pihak Portugis, misionaris Katolik juga seketika tiba di daerah itu. Salah satu dari yang paling terkenal dan penting dalam perkembangan sejarah gereja di Indonesia adalah Francis Xavier. Ketika orang-orang Portugis diusir keluar Ternate pada tahun 1574, banyak umat Katolik di daerah tersebut yang dibunuh atau secara paksa diubah keyakinannya menjadi Islam. Pada tahun 1605, orang-orang Katolik yang masih tersisa dipaksa lagi untuk menganut ajaran baru, yaitu Protestan. Baru pada tahun 1808 dibawah pimpinan Daendels, umat Katolik diberikan kebebasan untuk menganut agama mereka sendiri.
Gereja Kristen sendiri, meskipun agamanya tetap menjadi minoritas di berbagai daerah, tidak berhenti menyebarkan ajarannya. Sehingga pada tahun enampuluhan, banyak penganut komunisme dan masyarakat Tiongkok yang beralih ke Kristen karena adanya jargon anti-komunis dan anti-Confucian. Pada masa-masa ini juga mulai banyak dibuat sekolah-sekolah Kristen yang mengajarkan tentang agama tersebut. Hingga saat ini, Gereja Kristen masih terus berusaha untuk berkembang lebih pesat dari perkembangannya sebelumnya.
perkembangannya mulai muncul kedaerah-daerah termasuk di pulau jawa Tngah. mulai dibangun suatu tempat untuk beribadah yaitu Gereja.
(3) omic.naver.com/webtoon/list.nhn?titleId=677737&weekday=sat
2.4 Sejarah gereja di pulau Jawa
Sejarah kekristenan di pulau jawa

Di zaman voc sejak permulaan abad 17 telah berdiri beberapa jemaat di pulau jawa, seperti di jakarta (1619), di semarang (1753), di surabaya (1785), namun usaha penginjilan kepada orang-orang jawa dan penduduk pribumi lainnya tidak dilakukan sama sekali. Karena voc hanya fokus pada bidang ekonomi dan politik sehingga masyarakat pribumi tidak ada yang mengenal tentang kekristenan atau tentang tuhan yesus. Jemaat tersebut hanya diperuntukkan bagi orang-orang belanda dengan memakai bahasa belanda. Kalaupun ada beberapa “anak jemaat” di beberapa daerah seperti di depok dan tugu yang berbahasa melayu, jemaat itu hanya diperuntukkan bagi orang-orang indonesia yang sudah kristen dari daerah lain atau yang menjadi pegawai belanda.
Nama gereja kristen jawa tengah baru muncul pada tahun 1949, ketika nama disatukan menjadi satu gereja semua orang kristen di jawa tengah yang berasal dari hasil penginjilan perorangan, maupun hasil penginjilan beberapa badan zending seperti nzg di bagian utara jawa tengah dan ngzv di bagian selatan. Tetapi nama itu tidak bisa dipertahankan, karena gereja-gereja yang sempat bersatu itu, berpisah lagi.
Usaha penginjilan perorangan (kira-kira tahun 1850-1900). Sebagaimana halnya di jawa timur, usaha penginjilan di jawa tengah pada mulanya adalah dilakukan penginjil-penginjil perorangan yang bekerja secara suka rela, bukan yang diorganisir oleh gereja atau badan-badan zending. Di antara penginjil perorangan itu yang terkenal ialah: 
      Keukhenius (orang belanda). Dia adalah seorang kristen yang setia. Dia mengusahakan dua orang penginjil bekerja di kota tegal. Kedua orang itu berasal dari kelompok mr. Anthing, yaitu seorang wakil ketua mahkamah agung dalam pemerintahan belanda. Kedua orang penginjil itu mengumpulkan orang-orang jawa di sekeliling mereka untuk diajar tentang pengetahuan kekristenan. Keukhenius juga menarik pekabar injil pertama yang diutus oleh ngzv yang bernama vermeer untuk bekerjasama dengan dia di tegal. Di tegal mereka telah membentuk satu jemaat kecil sejak tahun 1861.
Nama gereja kristen jawa tengah baru muncul pada tahun 1949, ketika nama disatukan menjadi satu gereja semua orang kristen di jawa tengah yang berasal dari hasil penginjilan perorangan, maupun hasil penginjilan beberapa badan zending seperti nzg di bagian utara jawa tengah dan ngzv di bagian selatan. Tetapi nama itu tidak bisa dipertahankan, karena gereja-gereja yang sempat bersatu itu, berpisah lagi.
Usaha penginjilan perorangan (kira-kira tahun 1850-1900). Sebagaimana halnya di jawa timur, usaha penginjilan di jawa tengah pada mulanya adalah dilakukan penginjil-penginjil perorangan yang bekerja secara suka rela, bukan yang diorganisir oleh gereja atau badan-badan zending. Di antara penginjil perorangan itu yang terkenal ialah: 
      Keukhenius (orang belanda). Dia adalah seorang kristen yang setia. Dia mengusahakan dua orang penginjil bekerja di kota tegal. Kedua orang itu berasal dari kelompok mr. Anthing, yaitu seorang wakil ketua mahkamah agung dalam pemerintahan belanda. Kedua orang penginjil itu mengumpulkan orang-orang jawa di sekeliling mereka untuk diajar tentang pengetahuan kekristenan. Keukhenius juga menarik pekabar injil pertama yang diutus oleh ngzv yang bernama vermeer untuk bekerjasama dengan dia di tegal. Di tegal mereka telah membentuk satu jemaat kecil sejak tahun 1861.
      Tunggul wulung (sekitar 1803-1885). Dia adalah seorang yang berasal dari juwono (dekat gunung muria). Karena keadaan ekonomi yang sangat sulit di jawa tengah pada masa mudanya, banyak orang yang terpaksa mengungsi dari jawa tengah ke jawa timur, termasuk di antaranya tunggul wulung, yang pada waktu itu masih bernama kyai ngabdullah. Di lereng gunung kelud, dia menjadi seorang pertapa. Ketika itulah nama tunggul wulung dikenakan kepadanya, karena dia dipandang sebagai penjelmaan seorang panglima perang raja joyoboyo yang bernama tunggaul wulung. Pada waktu itulah dia juga berkenalan dengan agama kristen, karena gunung kelud adalah berdekatan dengan ngoro dan mojowarno, yakni pusat kekristenan yang pertama di jawa timur. Pada tahun 1853 dia telah menjadi salah seorang pengikut kristen di mojowarno, dan dibaptiskan oleh jelesma tahun 1855 dengan nama ibrahim. Setelah belajar kekristenan di sana, dia kemudian menjadi seorang penginjil keliling di pulau jawa, terutama di jawa tengah bagian selatan. Dalam usaha menyebarkan injil itu di tengah-tengah masyarakat jawa, dia bertindak seperti seorang kyai, dan menyajikan injil itu sebagai “ngelmu”, sehingga dia sering juga disebut kyai ibrahim. Pada waktu kematiannya tahun 1885, jumlah pengikutnya telah melebihi seribu orang. Tetapi jemaat-jemaat yang dipimpin oleh tunggul wulung itu kemudian beralih kepada mennonit.
      Kyai sadrakh (1840-1924). Sadrakh adalah juga seorang kristen jawa yang berasal dari jepara. Dia termasuk salah seorang murid tunggul wulung, tetapi dibaptiskan menjadi kristen di gereja “sion” jakarta setelah menerima pendidikan kekristenan selama dua tahun dalam kelompok mr. Anthing. Pada waktu itu ada sekitar 50 orang jawa yang dibiayai mr. Anthing untuk menerima pendidikan sebagai penginjil untuk orang jawa. Setelah memperoleh pendidikan sebagai penginjil, sadrakh sempat menjadi penginjil keliling dijawa barat, tetapi sejak tahun 1867 dia kembali ke negeri asalnya di jepara. Dia juga mengikuti jejak tunggul wulung menjadi penginjil keliling di jawa tengah, dan mengajarkan kekristenan itu dalam bentuk jawa. Ini berarti dia menentang kekristenan londo. Dalam menyebarkan injil itu dia juga bertindak sebagai seorang kyai. Sebagaimana kebiasaan seorang kyai, untuk menarik murid yang sebanyak-banyaknya, para kyai mempertandingkan “ngelmu” yang mereka miliki. Seorang kyai yang kalah dalam pertandingan itu, maka dia harus tunduk kepada kyai yang menang bersama dengan murid-muridnya. Demikianlah halnya dengan kyai sadrakh, dengan “ilmu” yang baru dia miliki yakni injil itu, dia selalu menang dalam pertandingan “ngelmu” dengan kyai-kyai lainnya. Sehingga banyak kyai beserta dengan murid-muridnya, menjadi murid dari kyai sadrakh. Kepada mereka sadrakh mengajarkan injil itu dan dibaptis menjadi kristen. Setelah memperoleh pengajaran injil dari kyai sadrakh, kyai-kyai yang sudah menjadi kristen itu diangkat oleh sadrakh menjadi pimpinan jemaat-jemaat kecil. Tetapi jemaat-jemaat yang dibentuk sadrakh ini tidak mau bergabung dengan jemaat-jemaat yang dibentuk oleh badan zending yang bekerja di jawa tengah. Pada tahun 1890 sudah ada + 53 jemaat kecil dengan jumlah seluruh anggotanya sekitar 3000 orang, yang dibentuk oleh kyai sadrakh. Kyai sadrakh membangun gedung gereja mirip dengan bangunan jawa, dan tidak memakai tanda salib yang biasa dipakai gereja ala eropa, tetapi dengan penyilangan dua buah panah.
Ketertarikannya kepada kristen adalah setelah mengetahui bahwa bekas guru ngelmunya, kurmen telah menjadi kristen oleh penginjil tunggul wulung. Ia sangat serius dan terkesan dengan pengajaran tunggul wulung dan bersamanya ia pergi ke batavia pada tahun 1866 untuk menemui anthing. Ia mengambil keputusan untuk dibaptis pada tanggal 14 april 1867 di indische kerk, buitenkerk, dengan mengambil nama baptis kristen yaitu sadrach. Setelah kembali dari batavia, maka sadrach mulai membantu penginjilan yang dilakukan oleh tunggul wulung di semarang pada tahun 1868, serta oleh steven-philips di tuksanga, purwareja setahun kemudian. Ternyata sadrach memiliki bakat yang besar dalam penginjilan, dalam melakukan penginjilan dia menggunakan metode debat umum yang dipakai guru-guru jawa, yaitu dengan menantang guru lain untuk berdebat. Guru yang dikalahkan beserta murid-muridnya harus menjadi murid guru yang menang. Pada akhir tahun 1873 keanggotaan jemaatnya sudah mencapai hampir 2500, suatu hasil yang fantastik dalam sejarah pekabaran injil jawa. Sebab jumlah besar ini dicapai hanya dalam waktu 3 tahun (1870-1873), selama masa itu lima gereja telah didirikan. Setelah meninggalnya steven-philips pada tahun 1876, pusat kekristenan jawa berpindah dan berkembang dari tuksanga, purwareja ke karangjasa, ini membuktikan bahwa sadrach merupakan seorang kiai kristen jawa yang berpengaruh.
Pada akhir tahun 1873 keanggotaan jemaatnya sudah mencapai hampir 2500, suatu hasil yang fantastik dalam sejarah pekabaran injil jawa. Sebab jumlah besar ini dicapai hanya dalam waktu 3 tahun (1870-1873), setelah meninggalnya steven-philips pada tahun 1876, pusat kekristenan jawa berpindah dan berkembang dari tuksanga, purwareja ke karangjasa, ini membuktikan bahwa sadrach merupakan seorang kiai kristen jawa yang berpengaruh. Hal ini ditandai pula dengan penambahan nama “baru”nya menjadi radin abas sadrach surapranata.
Pesatnya ekspansi jemaat sadrach membuat pemerintah setempat (residen bagelen, w ligvoet), indische kerk (pendeta heyting) maupun ngzv (bieger) ingin mengatur dan mengawasi jemaat tersebut dengan berbagai alasan baik politis maupun alasan misi yang ingin mengumpulkan “petobat” dengan cepat dan mudah. Sehingga ketika terjadi wabah cacar dimana pemerintah meminta semua orang agar divaksinasi tetapi sadrach menolak vaksinasi itu maka terbukalah peluang untuk memecat sadrach dari kedudukannya dalam jemaat.
Meskipun residen telah menahannya namun kemudian gubernur jenderal membebaskannya karena tidak cukup bukti pada tahun 1882. Wilhelm yang dikenalnya ketika menjalani “tahanan rumah” di rumah bieger merupakan satu-satunya pekabar injil yang menaruh perhatian pada nasib malang yang menimpa sadrach.
Pada tanggal 17 april 1883, ketika para sesepuh berkumpul di kareangjasa, wilhelm juga hadir. Pada pertemuan tersebut jemaat secara resmi memberi nama persekutuan mereka sebagai golongane wong kristen kang mardiko (kelompok orang kristen yang merdeka) dan mengakui wilhelm sebagai satu-satunya pendeta mereka. Pada saat itu hasil penginjilan sadrach sangat mengagumkan, barangkali bisa dicatat sebagai jumlah orang yang bertobat tertinggi dalam sejarah pekabaran injil di dunia muslim
Sadrach juga membina hubungan dengan apostolische kerk (yang dianggap suatu sekte). Pada tahun 1899, sadrach ditahbiskan menjadi rasul jawa di batavia. Kedudukan rasul ini diakui internasional oleh karena itu sekarang ia memiliki hak untuk memberikan sakramen, hak yang sangat didambakannya bertahun-tahun. Sejak saat itu kedudukan sadrach sebagai pemimpin gereja adalah sejajar dengan pemimpin gereja yang lain demikian juga jemaatnya sejajar dengan kelompok jemaat yang lain.
Ciri-ciri khas dan karakter unik dari jemaat sadrach meliputi tiga bidang yaitu: 1. Organisasi, kepemimpinan dan keanggotaan; 2. Kebaktian, khotbah dan upacara keagamaan; 3. Kehidupan rohani dan jiwa yang mandiri dan merdeka.
      Sadrach adalah guru ngelmu dan kiai yang sengaja tidak menaruh perhatian besar pada aspek kelembagaan jemaat. Jemaat lebih bersifat mistis, lebih menekankan spiritualitas ketimbang kelembagaan gereja. Pemberitaan yesus kristus sebagai ratu adil penyelamat tampaknya menjadi unsur penarik dalam ngelmu sadrach.
      Di dalam mengabarkan injil, sadrach menyatakan bahwa yesus adalah nabi yang luar biasa karena kebangkitan-nya dan menjadi juruslamat yang dapat menyelamatkan semua orang berdosa. Yesus melebihi nabi lainnya dan kita harus taat kepada nabi yang paling berkuasa dan mengikuti teladan-nya.
      Kehidupan spiritual baru jemaat sadrach terlihat dari cara kehidupan ngelmu (berorientasi kepada diri sendiri) berangsur-angsur diubah menjadi kehidupan dalam kristus (penyangkalan diri). Perilaku jujur sadrach mempengaruhi kehidupan jemaat sehingga menjadi saksi pemasyuran injil yang efektif ditengah-tengah masyarakat jawa yang bukan kristen. Sadrach menentang keras poligami, pelacuran dan melarang pesta tradisional tayuban. Mereka tetap menjaga hubungan baik dengan tetangga muslim. Jemaat benar-benar menyadari bahwa sebagai pengikut ratu adil yesus kristus, mereka harus menaati perintah-nya. Guru injil dan para imam jawa menganggap sepuluh perintah allah sebagai ngelmu dari ratu adil yang harus ditaati. Mereka menganggap ngelmu yang diajarkan ratu adil yesus, lebih unggul dibanding segala ngelmu yang lain.
Menjelang akhir hidupnya, sadrakh menyadari bahwa jemaat-jemaat hanya dapat hidup apabila hidup bersatu dalam kristus dengan jemaat-jemaat yang lain. Karena itu sesudah sadrakh meninggal tahun 1924, banyak jemaat yang dibentuknya menjadi bergabung dengan jemaat-jemaat yang didirikan oleh zending, tetapi sebagian jemaat itu tetap dalam bidat kerasulan. Sekarang salah satu jemaat kyai sadrakh ini masih dilestarikan di sebuah desa di jawa tengah, yang bernama karangjasa, dekat purworejo. Sebagian jemaat tersebut bergabung dengan ngzv (nederlands gereformeerde zending vereeniging).
Ngzv bekerja di jawa tengah bagian selatan. Badan ini adalah sebuah badan zending yang dibentuk oleh gereja gereformeerd yang memisahkan diri dari gereja hervormd. Gereja gereformeerd berpendapat bahwa pi harus langsung dilakukan oleh jemaat-jemaat, agar pekerjaan itu cocok dengan ajaran alkitab dan ajaran gereja. Zending gereformeerd mempunyai azas yang berbeda dengan pietis. Azas-azas zending gereformeerd adalah sbb:
      Tujuan pi adalah kemuliaan allah (bukanlah menyelamatkan jiwa yang menjadi perhatian utama).
      Yang menjalankan pi ialah jemaat setempat (bukan kelompok para sahabat zending).
      Utusan-utusan harus pelayan firman yang berpendidikan akademis, dan yang berhak penuh sebagai pendeta juga dalam gereja induk.
      Usaha zending tidak pertama diarahkan kepada orang perorangan, melainkan kepada bangsanya (sukunya) dan bermula pada pusat-pusat kehidupan bangsa (suku) itu.
      Orang-orang yang masuk menjadi kristen secepat mungkin dihimpun menjadi sebuah jemaat yang setingkat dengan jemaat induk di belanda dan jemaat itu sedapat mungkin dilayani oleh seorang pendeta yang setingkat dengan pendeta di jemaat induk di belanda.
      Mengadakan perbedaan tajam antara pelayan firman (pekabar injil, pendeta) yang merupakan pelayan utusan dan pelayan di bidang kesehatan, pendidikan, dll, yang dianggap sebagai pelayan penunjang.
            Walaupun NGZV dibentuk oleh gereja gereformeerd, namun badan itu bukanlah sebuah seksi dari gereja tersebut. Badan ini hanya sebagai pengkoordinir dari usaha-usaha pi yang dilakukan oleh jemaat-jemaat setempat. Dalam hal ini jemaat setempat dari gereja gereformeerd yang ada di negeri belanda berhubungan langsung dengan tempat-tempat penginjilan tertentu di jawa, seperti: jemaat utrecht berhubungan dengan purworejo, zeeland dengan magelang, amsterdam dengan yogyakarta, rotterdam dengan purbolinggo.
Jemaat-jemaat hasil penginjilan ngzv ini kemudian terhimpun dalam satu gereja yang bernama gereja kristen jawa, dengan sinode yang pertama 17-18 februari 1931. Tetapi jemaat-jemaat dari gkj ini tersebar bukan hanya di jawa tengah tetapi juga terdapat di jawa timur, jawa barat dan dki jakarta.
Tumbuhnya kelompok kristen awal ini segera disusul oleh tumbuhnya kelompok lain hasil pekabaran injil nederlandche gereformeerde zendingvereniging (ngzv) yang mulai bekerja di jawa tengah sejak 1865 di tegal (muaratuwa) dan purbalingga (plus bobotsari dan bojong), yang nantinya diambil-alih oleh zending gereformeerd kerken (zgk) sejak tahun 1896 dan dikembangkan dengan pusat-pusat penginjilan dari kota-kota purworejo – temon, kebumenyogyakartasurakartabanyumas-purbalingga serta magelangtemanggung, semuanya di kawasan jawa tengah selatan (jawa tengah utara menjadi ladang pekabaran injil salatiga zending). Sejak ini muncullah puluhan pepanthan di sekeliling tiap-tiap pusat penginjilan di luar kelompok yang lama maupun kelompok "wong kristen merdhiko". Namun yang jelas, hampir semua warga gereja jawa ini berlatar belakang petani miskin dan buta aksara. Hanya berkat jasa pelayanan sekolah dan rumah sakit yang diselenggarakan zending, secara lambat namun pasti generasi kedua warga gereja jawa bergeser, mereka mulai melek huruf, sebagai akibat pendidikan di sekolah maupun di rumah sakit zending sebagian generasi kedua ini beralih profesi menjadi guru dan perawat serta pegawai berbagai bidang pelayanan masyarakat termasuk di pemerintahan desa.


Bab 3
Penutup

3.1 Kesimpulan
gereja kristen jawa tengah baru muncul pada tahun 1949, ketika nama disatukan menjadi satu gereja semua orang kristen di jawa tengah yang berasal dari hasil penginjilan perorangan, maupun hasil penginjilan beberapa badan zending seperti nzg di bagian utara jawa tengah dan ngzv di bagian selatan. Tetapi nama itu tidak bisa dipertahankan, karena gereja-gereja yang sempat bersatu itu, berpisah lagi. Di antara penginjil perorangan itu yang terkenal ialah: 
      Keukhenius (orang belanda). Dia adalah seorang kristen yang setia. Dia mengusahakan dua orang penginjil bekerja di kota tegal. Kedua orang itu berasal dari kelompok mr. Anthing, yaitu seorang wakil ketua mahkamah agung dalam pemerintahan belanda. Kedua orang penginjil itu mengumpulkan orang-orang jawa di sekeliling mereka untuk diajar tentang pengetahuan kekristenan.
Tunggul wulung (sekitar 1803-1885). Dia adalah seorang yang berasal dari juwono (dekat gunung muria).
Kyai sadrakh (1840-1924). Sadrakh adalah juga seorang kristen jawa yang berasal dari jepara. Dia termasuk salah seorang murid tunggul wulung, tetapi dibaptiskan menjadi kristen di gereja “sion” jakarta setelah menerima pendidikan kekristenan selama dua tahun dalam kelompok mr. Anthing. Pada waktu itu ada sekitar 50 orang jawa yang dibiayai mr. Anthing untuk menerima pendidikan sebagai penginjil untuk orang jawa.


2.2 Saran
Dengan melalui paper ini, kami selaku penyusun mengharapkan kepada khususnya mahasiswa STEFA dan juga masyarakat sekitar dapat mengetahui dan memahami tentang hadirnya atau sejarah gereja di pilau Jawa terkhususnya di Jawa Tengah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SKRIPSI Implementasi kurikulum Merdeka dalam penyusunan modul ajar mata pelajaran pendidikan agama Kristen di sekolah dasar negeri 01 dukuh Salatiga

  https://docs.google.com/document/d/1dg_AG2xpw73mPijLobl4L_S-3hXar0gk/edit?usp=drivesdk&ouid=109035727521198068929&rtpof=true&s...

HINTS