Sejarah gereja dipulau Jawa
d
i
s
u
s
u
n
oleh :
1. Kristian 2. Natalria Zega
Sejarah kekristenan di pulau jawa
Di
zaman voc sejak permulaan abad 17 telah berdiri beberapa jemaat di pulau jawa,
seperti di jakarta (1619), di semarang (1753), di surabaya (1785), namun usaha penginjilan
kepada orang-orang jawa dan penduduk pribumi lainnya tidak dilakukan sama
sekali. Karena voc hanya fokus pada
bidang ekonomi dan politik sehingga masyarakat pribumi tidak ada yang mengenal
tentang kekristenan atau tentang tuhan yesus. Jemaat tersebut
hanya diperuntukkan bagi orang-orang belanda dengan memakai bahasa belanda.
Kalaupun ada beberapa “anak jemaat” di beberapa daerah seperti di depok dan
tugu yang berbahasa melayu, jemaat itu hanya diperuntukkan bagi orang-orang
indonesia yang sudah kristen dari daerah lain atau yang menjadi pegawai
belanda.
Nama
gereja kristen jawa tengah baru muncul pada tahun 1949, ketika nama disatukan menjadi satu
gereja semua orang kristen di jawa tengah yang berasal dari hasil penginjilan
perorangan, maupun hasil penginjilan beberapa badan zending seperti nzg di
bagian utara jawa tengah dan ngzv di bagian selatan. Tetapi nama itu tidak bisa
dipertahankan, karena gereja-gereja yang sempat bersatu itu, berpisah lagi.
Usaha
penginjilan perorangan (kira-kira tahun 1850-1900). Sebagaimana halnya di jawa
timur, usaha penginjilan di jawa tengah pada mulanya adalah dilakukan
penginjil-penginjil perorangan yang bekerja secara suka rela, bukan yang
diorganisir oleh gereja atau badan-badan zending. Di antara penginjil perorangan
itu yang terkenal ialah:
• Keukhenius
(orang belanda). Dia adalah seorang kristen yang setia. Dia mengusahakan dua
orang penginjil bekerja di kota tegal. Kedua orang itu berasal dari kelompok
mr. Anthing, yaitu seorang wakil ketua mahkamah agung dalam pemerintahan
belanda. Kedua orang penginjil itu mengumpulkan orang-orang jawa di sekeliling
mereka untuk diajar tentang pengetahuan kekristenan. Keukhenius juga menarik
pekabar injil pertama yang diutus oleh ngzv yang bernama vermeer untuk
bekerjasama dengan dia di tegal. Di tegal mereka telah membentuk satu jemaat
kecil sejak tahun 1861.
Nama
gereja kristen jawa tengah baru muncul pada tahun 1949, ketika nama disatukan menjadi satu
gereja semua orang kristen di jawa tengah yang berasal dari hasil penginjilan
perorangan, maupun hasil penginjilan beberapa badan zending seperti nzg di
bagian utara jawa tengah dan ngzv di bagian selatan. Tetapi nama itu tidak bisa
dipertahankan, karena gereja-gereja yang sempat bersatu itu, berpisah lagi.
Usaha
penginjilan perorangan (kira-kira tahun 1850-1900). Sebagaimana halnya di jawa
timur, usaha penginjilan di jawa tengah pada mulanya adalah dilakukan
penginjil-penginjil perorangan yang bekerja secara suka rela, bukan yang
diorganisir oleh gereja atau badan-badan zending. Di antara penginjil
perorangan itu yang terkenal ialah:
• Keukhenius
(orang belanda). Dia adalah seorang kristen yang setia. Dia mengusahakan dua
orang penginjil bekerja di kota tegal. Kedua orang itu berasal dari kelompok
mr. Anthing, yaitu seorang wakil ketua mahkamah agung dalam pemerintahan
belanda. Kedua orang penginjil itu mengumpulkan orang-orang jawa di sekeliling
mereka untuk diajar tentang pengetahuan kekristenan. Keukhenius juga menarik
pekabar injil pertama yang diutus oleh ngzv yang bernama vermeer untuk
bekerjasama dengan dia di tegal. Di tegal mereka telah membentuk satu jemaat
kecil sejak tahun 1861.
• Tunggul
wulung (sekitar 1803-1885). Dia adalah seorang yang
berasal dari juwono (dekat gunung muria). Karena keadaan ekonomi yang sangat
sulit di jawa tengah pada masa mudanya, banyak orang yang terpaksa mengungsi
dari jawa tengah ke jawa timur, termasuk di antaranya tunggul wulung, yang pada
waktu itu masih bernama kyai ngabdullah. Di lereng gunung kelud, dia menjadi
seorang pertapa. Ketika itulah nama tunggul wulung dikenakan kepadanya, karena
dia dipandang sebagai penjelmaan seorang panglima perang raja joyoboyo yang
bernama tunggaul
wulung. Pada waktu itulah dia juga berkenalan dengan agama kristen, karena
gunung kelud adalah berdekatan dengan ngoro dan mojowarno, yakni pusat
kekristenan yang pertama di jawa timur. Pada tahun 1853 dia telah menjadi salah
seorang pengikut kristen di mojowarno, dan dibaptiskan oleh jelesma tahun 1855
dengan nama ibrahim. Setelah belajar kekristenan di sana, dia kemudian menjadi
seorang penginjil keliling di pulau jawa, terutama di jawa tengah bagian
selatan. Dalam usaha menyebarkan injil itu di tengah-tengah masyarakat jawa,
dia bertindak seperti seorang kyai, dan menyajikan injil itu sebagai “ngelmu”,
sehingga dia sering juga disebut kyai ibrahim. Pada waktu kematiannya tahun
1885, jumlah pengikutnya telah melebihi seribu orang. Tetapi jemaat-jemaat yang
dipimpin oleh tunggul wulung itu kemudian beralih kepada mennonit.
• Kyai
sadrakh (1840-1924). Sadrakh adalah juga seorang kristen jawa
yang berasal dari jepara. Dia termasuk salah seorang murid tunggul wulung,
tetapi dibaptiskan menjadi kristen di gereja “sion” jakarta setelah menerima
pendidikan kekristenan selama dua tahun dalam kelompok mr. Anthing. Pada waktu
itu ada sekitar 50 orang jawa yang dibiayai mr. Anthing untuk menerima
pendidikan sebagai penginjil untuk orang jawa. Setelah memperoleh pendidikan
sebagai penginjil, sadrakh sempat menjadi penginjil keliling dijawa barat,
tetapi sejak tahun 1867 dia kembali ke negeri asalnya di jepara. Dia juga
mengikuti jejak tunggul wulung menjadi penginjil keliling di jawa tengah, dan
mengajarkan kekristenan itu dalam bentuk jawa. Ini berarti dia menentang
kekristenan londo. Dalam menyebarkan injil itu dia juga bertindak sebagai
seorang kyai. Sebagaimana kebiasaan seorang kyai, untuk menarik murid yang
sebanyak-banyaknya, para kyai mempertandingkan “ngelmu” yang mereka miliki.
Seorang kyai yang kalah dalam pertandingan itu, maka dia harus tunduk kepada kyai
yang menang bersama dengan murid-muridnya. Demikianlah halnya dengan kyai
sadrakh, dengan “ilmu” yang baru dia miliki yakni injil itu, dia selalu menang
dalam pertandingan “ngelmu” dengan kyai-kyai lainnya. Sehingga banyak kyai
beserta dengan murid-muridnya, menjadi murid dari kyai sadrakh. Kepada mereka
sadrakh mengajarkan injil itu dan dibaptis menjadi kristen. Setelah memperoleh
pengajaran injil dari kyai sadrakh, kyai-kyai yang sudah menjadi kristen itu
diangkat oleh sadrakh menjadi pimpinan jemaat-jemaat kecil. Tetapi
jemaat-jemaat yang dibentuk sadrakh ini tidak mau bergabung dengan
jemaat-jemaat yang dibentuk oleh badan zending yang bekerja di jawa tengah.
Pada tahun 1890 sudah ada + 53 jemaat kecil dengan jumlah seluruh
anggotanya sekitar 3000 orang, yang dibentuk oleh kyai sadrakh. Kyai sadrakh
membangun gedung gereja mirip dengan bangunan jawa, dan tidak memakai tanda
salib yang biasa dipakai gereja ala eropa, tetapi dengan penyilangan dua buah
panah.
Ketertarikannya kepada kristen adalah setelah mengetahui
bahwa bekas guru ngelmunya, kurmen telah menjadi kristen oleh penginjil tunggul
wulung. Ia sangat serius dan terkesan dengan pengajaran tunggul wulung dan
bersamanya ia pergi ke batavia pada tahun 1866 untuk menemui anthing. Ia
mengambil keputusan untuk dibaptis pada tanggal 14 april 1867 di indische kerk,
buitenkerk, dengan mengambil nama baptis kristen yaitu sadrach. Setelah kembali
dari batavia, maka sadrach mulai membantu penginjilan yang dilakukan oleh
tunggul wulung di semarang pada tahun 1868, serta oleh steven-philips di
tuksanga, purwareja setahun kemudian. Ternyata sadrach memiliki bakat yang
besar dalam penginjilan, dalam melakukan penginjilan dia menggunakan metode
debat umum yang dipakai guru-guru jawa, yaitu dengan menantang guru lain untuk
berdebat. Guru yang dikalahkan beserta murid-muridnya harus menjadi murid
guru yang menang. Pada akhir tahun 1873 keanggotaan jemaatnya sudah mencapai
hampir 2500, suatu hasil yang fantastik dalam sejarah pekabaran injil jawa.
Sebab jumlah besar ini dicapai hanya dalam waktu 3 tahun (1870-1873), selama
masa itu lima gereja telah didirikan. Setelah meninggalnya steven-philips pada
tahun 1876, pusat kekristenan jawa berpindah dan berkembang dari tuksanga,
purwareja ke karangjasa, ini membuktikan bahwa sadrach merupakan seorang kiai
kristen jawa yang berpengaruh.
Pada
akhir tahun 1873 keanggotaan jemaatnya sudah mencapai hampir 2500, suatu hasil
yang fantastik dalam sejarah pekabaran injil jawa. Sebab jumlah besar ini
dicapai hanya dalam waktu 3 tahun (1870-1873), setelah meninggalnya
steven-philips pada tahun 1876, pusat kekristenan jawa berpindah dan berkembang
dari tuksanga, purwareja ke karangjasa, ini membuktikan bahwa sadrach merupakan
seorang kiai kristen jawa yang berpengaruh. Hal ini ditandai pula dengan
penambahan nama “baru”nya menjadi radin abas sadrach surapranata.
Pesatnya
ekspansi jemaat sadrach membuat pemerintah setempat (residen bagelen, w
ligvoet), indische kerk (pendeta heyting) maupun ngzv (bieger) ingin mengatur
dan mengawasi jemaat tersebut dengan berbagai alasan baik politis maupun alasan
misi yang ingin mengumpulkan “petobat” dengan cepat dan mudah. Sehingga ketika
terjadi wabah cacar dimana pemerintah meminta semua orang agar divaksinasi
tetapi sadrach menolak vaksinasi itu maka terbukalah peluang untuk memecat
sadrach dari kedudukannya dalam jemaat.
Meskipun
residen telah menahannya namun kemudian gubernur jenderal membebaskannya karena
tidak cukup bukti pada tahun 1882. Wilhelm yang dikenalnya ketika menjalani
“tahanan rumah” di rumah bieger merupakan satu-satunya pekabar injil yang
menaruh perhatian pada nasib malang yang menimpa sadrach.
Pada
tanggal 17 april 1883, ketika para sesepuh berkumpul di kareangjasa, wilhelm
juga hadir. Pada pertemuan tersebut jemaat secara resmi memberi nama
persekutuan mereka sebagai golongane wong kristen kang mardiko (kelompok orang
kristen yang merdeka) dan mengakui wilhelm sebagai satu-satunya pendeta mereka.
Pada saat itu hasil penginjilan sadrach sangat mengagumkan, barangkali bisa
dicatat sebagai jumlah orang yang bertobat tertinggi dalam sejarah pekabaran
injil di dunia muslim
Sadrach juga membina hubungan dengan apostolische kerk
(yang dianggap suatu sekte). Pada tahun 1899, sadrach ditahbiskan menjadi rasul
jawa di batavia. Kedudukan rasul ini diakui internasional oleh karena itu
sekarang ia memiliki hak untuk memberikan sakramen, hak yang sangat
didambakannya bertahun-tahun. Sejak saat itu kedudukan sadrach sebagai pemimpin
gereja adalah sejajar dengan pemimpin gereja yang lain demikian juga jemaatnya
sejajar dengan kelompok jemaat yang lain.
Ciri-ciri khas dan karakter unik dari jemaat sadrach
meliputi tiga bidang yaitu: 1. Organisasi, kepemimpinan dan keanggotaan; 2.
Kebaktian, khotbah dan upacara keagamaan; 3. Kehidupan rohani dan jiwa yang
mandiri dan merdeka.
• Sadrach adalah guru ngelmu dan kiai yang sengaja tidak
menaruh perhatian besar pada aspek kelembagaan jemaat. Jemaat lebih
bersifat mistis, lebih menekankan spiritualitas ketimbang kelembagaan gereja.
Pemberitaan yesus kristus sebagai ratu adil penyelamat tampaknya menjadi unsur
penarik dalam ngelmu sadrach.
• Di dalam mengabarkan injil, sadrach menyatakan bahwa
yesus adalah nabi yang luar biasa karena kebangkitan-nya dan menjadi juruslamat
yang dapat menyelamatkan semua orang berdosa. Yesus melebihi nabi lainnya dan
kita harus taat kepada nabi yang paling berkuasa dan mengikuti teladan-nya.
• Kehidupan spiritual baru jemaat sadrach terlihat dari
cara kehidupan ngelmu (berorientasi kepada diri sendiri) berangsur-angsur
diubah menjadi kehidupan dalam kristus (penyangkalan diri). Perilaku jujur
sadrach mempengaruhi kehidupan jemaat sehingga menjadi saksi pemasyuran injil
yang efektif ditengah-tengah masyarakat jawa yang bukan kristen. Sadrach
menentang keras poligami, pelacuran dan melarang pesta tradisional tayuban.
Mereka tetap menjaga hubungan baik dengan tetangga muslim. Jemaat benar-benar
menyadari bahwa sebagai pengikut ratu adil yesus kristus, mereka harus menaati
perintah-nya. Guru injil dan para imam jawa menganggap sepuluh perintah allah
sebagai ngelmu dari ratu adil yang harus ditaati. Mereka menganggap ngelmu yang
diajarkan ratu adil yesus, lebih unggul dibanding segala ngelmu yang lain.
Menjelang
akhir hidupnya, sadrakh menyadari bahwa jemaat-jemaat hanya dapat hidup apabila
hidup bersatu dalam kristus dengan jemaat-jemaat yang lain. Karena itu sesudah
sadrakh meninggal tahun 1924, banyak jemaat yang dibentuknya menjadi bergabung
dengan jemaat-jemaat yang didirikan oleh zending, tetapi sebagian jemaat itu
tetap dalam bidat kerasulan. Sekarang salah satu jemaat kyai sadrakh ini masih
dilestarikan di sebuah desa di jawa tengah, yang bernama karangjasa, dekat
purworejo. Sebagian jemaat
tersebut bergabung dengan ngzv (nederlands gereformeerde
zending vereeniging).
Ngzv
bekerja di jawa tengah bagian selatan. Badan ini adalah sebuah badan zending
yang dibentuk oleh gereja gereformeerd yang memisahkan diri dari gereja
hervormd. Gereja gereformeerd berpendapat bahwa pi harus langsung dilakukan
oleh jemaat-jemaat, agar pekerjaan itu cocok dengan ajaran alkitab dan ajaran
gereja. Zending gereformeerd mempunyai azas yang berbeda dengan pietis.
Azas-azas zending gereformeerd adalah sbb:
• Tujuan
pi adalah kemuliaan allah (bukanlah menyelamatkan jiwa yang menjadi perhatian
utama).
• Yang
menjalankan pi ialah jemaat setempat (bukan kelompok para sahabat zending).
• Utusan-utusan
harus pelayan firman yang berpendidikan akademis, dan yang berhak penuh sebagai
pendeta juga dalam gereja induk.
• Usaha
zending tidak pertama diarahkan kepada orang perorangan, melainkan kepada
bangsanya (sukunya) dan bermula pada pusat-pusat kehidupan bangsa (suku) itu.
• Orang-orang
yang masuk menjadi kristen secepat mungkin dihimpun menjadi sebuah jemaat yang
setingkat dengan jemaat induk di belanda dan jemaat itu sedapat mungkin
dilayani oleh seorang pendeta yang setingkat dengan pendeta di jemaat induk di
belanda.
• Mengadakan
perbedaan tajam antara pelayan firman (pekabar injil, pendeta) yang
merupakan pelayan utusan dan pelayan di bidang kesehatan, pendidikan, dll, yang
dianggap sebagai pelayan penunjang.
Walaupun
NGZV dibentuk oleh gereja gereformeerd, namun badan itu bukanlah sebuah seksi
dari gereja tersebut. Badan ini hanya sebagai pengkoordinir dari usaha-usaha pi
yang dilakukan oleh jemaat-jemaat setempat. Dalam hal ini jemaat setempat dari
gereja gereformeerd yang ada di negeri belanda berhubungan langsung dengan
tempat-tempat penginjilan tertentu di jawa, seperti: jemaat utrecht berhubungan
dengan purworejo, zeeland dengan magelang, amsterdam dengan yogyakarta,
rotterdam dengan purbolinggo.
Jemaat-jemaat
hasil penginjilan ngzv ini kemudian terhimpun dalam satu gereja yang bernama
gereja kristen jawa, dengan sinode yang pertama 17-18 februari 1931. Tetapi
jemaat-jemaat dari gkj ini tersebar bukan hanya di jawa tengah tetapi juga
terdapat di jawa timur, jawa barat dan dki jakarta.
Tumbuhnya kelompok kristen awal ini segera disusul oleh
tumbuhnya kelompok lain hasil pekabaran injil nederlandche gereformeerde
zendingvereniging (ngzv) yang mulai bekerja di jawa tengah sejak 1865 di tegal
(muaratuwa) dan purbalingga (plus bobotsari dan bojong), yang nantinya
diambil-alih oleh zending gereformeerd kerken (zgk) sejak tahun 1896 dan
dikembangkan dengan pusat-pusat penginjilan dari kota-kota purworejo – temon, kebumen, yogyakarta, surakarta, banyumas-purbalingga serta magelangtemanggung, semuanya di kawasan jawa tengah selatan (jawa tengah utara menjadi ladang
pekabaran injil salatiga zending). Sejak ini muncullah puluhan pepanthan di
sekeliling tiap-tiap pusat penginjilan di luar kelompok yang lama maupun
kelompok "wong kristen merdhiko". Namun yang jelas, hampir semua
warga gereja jawa ini berlatar belakang petani miskin dan buta aksara. Hanya
berkat jasa pelayanan sekolah dan rumah sakit yang diselenggarakan zending,
secara lambat namun pasti generasi kedua warga gereja jawa bergeser, mereka
mulai melek huruf, sebagai akibat pendidikan di sekolah maupun di rumah sakit
zending sebagian generasi kedua ini beralih profesi menjadi guru dan perawat
serta pegawai berbagai bidang pelayanan masyarakat termasuk di pemerintahan
desa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar