Kamis, 03 Agustus 2017

sejarah gereja di pulau jawa

Sejarah gereja dipulau Jawa
 
d
i
s
u
s
u
n
oleh :

   1. Kristian                                               2. Natalria Zega        
 
 
   





  

Sejarah kekristenan di pulau jawa

Di zaman voc sejak permulaan abad 17 telah berdiri beberapa jemaat di pulau jawa, seperti di jakarta (1619), di semarang (1753), di surabaya (1785), namun usaha penginjilan kepada orang-orang jawa dan penduduk pribumi lainnya tidak dilakukan sama sekali. Karena voc hanya fokus pada bidang ekonomi dan politik sehingga masyarakat pribumi tidak ada yang mengenal tentang kekristenan atau tentang tuhan yesus. Jemaat tersebut hanya diperuntukkan bagi orang-orang belanda dengan memakai bahasa belanda. Kalaupun ada beberapa “anak jemaat” di beberapa daerah seperti di depok dan tugu yang berbahasa melayu, jemaat itu hanya diperuntukkan bagi orang-orang indonesia yang sudah kristen dari daerah lain atau yang menjadi pegawai belanda.
Nama gereja kristen jawa tengah baru muncul pada tahun 1949, ketika nama disatukan menjadi satu gereja semua orang kristen di jawa tengah yang berasal dari hasil penginjilan perorangan, maupun hasil penginjilan beberapa badan zending seperti nzg di bagian utara jawa tengah dan ngzv di bagian selatan. Tetapi nama itu tidak bisa dipertahankan, karena gereja-gereja yang sempat bersatu itu, berpisah lagi.
Usaha penginjilan perorangan (kira-kira tahun 1850-1900). Sebagaimana halnya di jawa timur, usaha penginjilan di jawa tengah pada mulanya adalah dilakukan penginjil-penginjil perorangan yang bekerja secara suka rela, bukan yang diorganisir oleh gereja atau badan-badan zending. Di antara penginjil perorangan itu yang terkenal ialah: 
      Keukhenius (orang belanda). Dia adalah seorang kristen yang setia. Dia mengusahakan dua orang penginjil bekerja di kota tegal. Kedua orang itu berasal dari kelompok mr. Anthing, yaitu seorang wakil ketua mahkamah agung dalam pemerintahan belanda. Kedua orang penginjil itu mengumpulkan orang-orang jawa di sekeliling mereka untuk diajar tentang pengetahuan kekristenan. Keukhenius juga menarik pekabar injil pertama yang diutus oleh ngzv yang bernama vermeer untuk bekerjasama dengan dia di tegal. Di tegal mereka telah membentuk satu jemaat kecil sejak tahun 1861.
Nama gereja kristen jawa tengah baru muncul pada tahun 1949, ketika nama disatukan menjadi satu gereja semua orang kristen di jawa tengah yang berasal dari hasil penginjilan perorangan, maupun hasil penginjilan beberapa badan zending seperti nzg di bagian utara jawa tengah dan ngzv di bagian selatan. Tetapi nama itu tidak bisa dipertahankan, karena gereja-gereja yang sempat bersatu itu, berpisah lagi.
Usaha penginjilan perorangan (kira-kira tahun 1850-1900). Sebagaimana halnya di jawa timur, usaha penginjilan di jawa tengah pada mulanya adalah dilakukan penginjil-penginjil perorangan yang bekerja secara suka rela, bukan yang diorganisir oleh gereja atau badan-badan zending. Di antara penginjil perorangan itu yang terkenal ialah: 
      Keukhenius (orang belanda). Dia adalah seorang kristen yang setia. Dia mengusahakan dua orang penginjil bekerja di kota tegal. Kedua orang itu berasal dari kelompok mr. Anthing, yaitu seorang wakil ketua mahkamah agung dalam pemerintahan belanda. Kedua orang penginjil itu mengumpulkan orang-orang jawa di sekeliling mereka untuk diajar tentang pengetahuan kekristenan. Keukhenius juga menarik pekabar injil pertama yang diutus oleh ngzv yang bernama vermeer untuk bekerjasama dengan dia di tegal. Di tegal mereka telah membentuk satu jemaat kecil sejak tahun 1861.
      Tunggul wulung (sekitar 1803-1885). Dia adalah seorang yang berasal dari juwono (dekat gunung muria). Karena keadaan ekonomi yang sangat sulit di jawa tengah pada masa mudanya, banyak orang yang terpaksa mengungsi dari jawa tengah ke jawa timur, termasuk di antaranya tunggul wulung, yang pada waktu itu masih bernama kyai ngabdullah. Di lereng gunung kelud, dia menjadi seorang pertapa. Ketika itulah nama tunggul wulung dikenakan kepadanya, karena dia dipandang sebagai penjelmaan seorang panglima perang raja joyoboyo yang bernama tunggaul wulung. Pada waktu itulah dia juga berkenalan dengan agama kristen, karena gunung kelud adalah berdekatan dengan ngoro dan mojowarno, yakni pusat kekristenan yang pertama di jawa timur. Pada tahun 1853 dia telah menjadi salah seorang pengikut kristen di mojowarno, dan dibaptiskan oleh jelesma tahun 1855 dengan nama ibrahim. Setelah belajar kekristenan di sana, dia kemudian menjadi seorang penginjil keliling di pulau jawa, terutama di jawa tengah bagian selatan. Dalam usaha menyebarkan injil itu di tengah-tengah masyarakat jawa, dia bertindak seperti seorang kyai, dan menyajikan injil itu sebagai “ngelmu”, sehingga dia sering juga disebut kyai ibrahim. Pada waktu kematiannya tahun 1885, jumlah pengikutnya telah melebihi seribu orang. Tetapi jemaat-jemaat yang dipimpin oleh tunggul wulung itu kemudian beralih kepada mennonit.
      Kyai sadrakh (1840-1924). Sadrakh adalah juga seorang kristen jawa yang berasal dari jepara. Dia termasuk salah seorang murid tunggul wulung, tetapi dibaptiskan menjadi kristen di gereja “sion” jakarta setelah menerima pendidikan kekristenan selama dua tahun dalam kelompok mr. Anthing. Pada waktu itu ada sekitar 50 orang jawa yang dibiayai mr. Anthing untuk menerima pendidikan sebagai penginjil untuk orang jawa. Setelah memperoleh pendidikan sebagai penginjil, sadrakh sempat menjadi penginjil keliling dijawa barat, tetapi sejak tahun 1867 dia kembali ke negeri asalnya di jepara. Dia juga mengikuti jejak tunggul wulung menjadi penginjil keliling di jawa tengah, dan mengajarkan kekristenan itu dalam bentuk jawa. Ini berarti dia menentang kekristenan londo. Dalam menyebarkan injil itu dia juga bertindak sebagai seorang kyai. Sebagaimana kebiasaan seorang kyai, untuk menarik murid yang sebanyak-banyaknya, para kyai mempertandingkan “ngelmu” yang mereka miliki. Seorang kyai yang kalah dalam pertandingan itu, maka dia harus tunduk kepada kyai yang menang bersama dengan murid-muridnya. Demikianlah halnya dengan kyai sadrakh, dengan “ilmu” yang baru dia miliki yakni injil itu, dia selalu menang dalam pertandingan “ngelmu” dengan kyai-kyai lainnya. Sehingga banyak kyai beserta dengan murid-muridnya, menjadi murid dari kyai sadrakh. Kepada mereka sadrakh mengajarkan injil itu dan dibaptis menjadi kristen. Setelah memperoleh pengajaran injil dari kyai sadrakh, kyai-kyai yang sudah menjadi kristen itu diangkat oleh sadrakh menjadi pimpinan jemaat-jemaat kecil. Tetapi jemaat-jemaat yang dibentuk sadrakh ini tidak mau bergabung dengan jemaat-jemaat yang dibentuk oleh badan zending yang bekerja di jawa tengah. Pada tahun 1890 sudah ada + 53 jemaat kecil dengan jumlah seluruh anggotanya sekitar 3000 orang, yang dibentuk oleh kyai sadrakh. Kyai sadrakh membangun gedung gereja mirip dengan bangunan jawa, dan tidak memakai tanda salib yang biasa dipakai gereja ala eropa, tetapi dengan penyilangan dua buah panah.
Ketertarikannya kepada kristen adalah setelah mengetahui bahwa bekas guru ngelmunya, kurmen telah menjadi kristen oleh penginjil tunggul wulung. Ia sangat serius dan terkesan dengan pengajaran tunggul wulung dan bersamanya ia pergi ke batavia pada tahun 1866 untuk menemui anthing. Ia mengambil keputusan untuk dibaptis pada tanggal 14 april 1867 di indische kerk, buitenkerk, dengan mengambil nama baptis kristen yaitu sadrach. Setelah kembali dari batavia, maka sadrach mulai membantu penginjilan yang dilakukan oleh tunggul wulung di semarang pada tahun 1868, serta oleh steven-philips di tuksanga, purwareja setahun kemudian. Ternyata sadrach memiliki bakat yang besar dalam penginjilan, dalam melakukan penginjilan dia menggunakan metode debat umum yang dipakai guru-guru jawa, yaitu dengan menantang guru lain untuk berdebat. Guru yang dikalahkan beserta murid-muridnya harus menjadi murid guru yang menang. Pada akhir tahun 1873 keanggotaan jemaatnya sudah mencapai hampir 2500, suatu hasil yang fantastik dalam sejarah pekabaran injil jawa. Sebab jumlah besar ini dicapai hanya dalam waktu 3 tahun (1870-1873), selama masa itu lima gereja telah didirikan. Setelah meninggalnya steven-philips pada tahun 1876, pusat kekristenan jawa berpindah dan berkembang dari tuksanga, purwareja ke karangjasa, ini membuktikan bahwa sadrach merupakan seorang kiai kristen jawa yang berpengaruh.
Pada akhir tahun 1873 keanggotaan jemaatnya sudah mencapai hampir 2500, suatu hasil yang fantastik dalam sejarah pekabaran injil jawa. Sebab jumlah besar ini dicapai hanya dalam waktu 3 tahun (1870-1873), setelah meninggalnya steven-philips pada tahun 1876, pusat kekristenan jawa berpindah dan berkembang dari tuksanga, purwareja ke karangjasa, ini membuktikan bahwa sadrach merupakan seorang kiai kristen jawa yang berpengaruh. Hal ini ditandai pula dengan penambahan nama “baru”nya menjadi radin abas sadrach surapranata.
Pesatnya ekspansi jemaat sadrach membuat pemerintah setempat (residen bagelen, w ligvoet), indische kerk (pendeta heyting) maupun ngzv (bieger) ingin mengatur dan mengawasi jemaat tersebut dengan berbagai alasan baik politis maupun alasan misi yang ingin mengumpulkan “petobat” dengan cepat dan mudah. Sehingga ketika terjadi wabah cacar dimana pemerintah meminta semua orang agar divaksinasi tetapi sadrach menolak vaksinasi itu maka terbukalah peluang untuk memecat sadrach dari kedudukannya dalam jemaat.
Meskipun residen telah menahannya namun kemudian gubernur jenderal membebaskannya karena tidak cukup bukti pada tahun 1882. Wilhelm yang dikenalnya ketika menjalani “tahanan rumah” di rumah bieger merupakan satu-satunya pekabar injil yang menaruh perhatian pada nasib malang yang menimpa sadrach.
Pada tanggal 17 april 1883, ketika para sesepuh berkumpul di kareangjasa, wilhelm juga hadir. Pada pertemuan tersebut jemaat secara resmi memberi nama persekutuan mereka sebagai golongane wong kristen kang mardiko (kelompok orang kristen yang merdeka) dan mengakui wilhelm sebagai satu-satunya pendeta mereka. Pada saat itu hasil penginjilan sadrach sangat mengagumkan, barangkali bisa dicatat sebagai jumlah orang yang bertobat tertinggi dalam sejarah pekabaran injil di dunia muslim
Sadrach juga membina hubungan dengan apostolische kerk (yang dianggap suatu sekte). Pada tahun 1899, sadrach ditahbiskan menjadi rasul jawa di batavia. Kedudukan rasul ini diakui internasional oleh karena itu sekarang ia memiliki hak untuk memberikan sakramen, hak yang sangat didambakannya bertahun-tahun. Sejak saat itu kedudukan sadrach sebagai pemimpin gereja adalah sejajar dengan pemimpin gereja yang lain demikian juga jemaatnya sejajar dengan kelompok jemaat yang lain.
Ciri-ciri khas dan karakter unik dari jemaat sadrach meliputi tiga bidang yaitu: 1. Organisasi, kepemimpinan dan keanggotaan; 2. Kebaktian, khotbah dan upacara keagamaan; 3. Kehidupan rohani dan jiwa yang mandiri dan merdeka.
      Sadrach adalah guru ngelmu dan kiai yang sengaja tidak menaruh perhatian besar pada aspek kelembagaan jemaat. Jemaat lebih bersifat mistis, lebih menekankan spiritualitas ketimbang kelembagaan gereja. Pemberitaan yesus kristus sebagai ratu adil penyelamat tampaknya menjadi unsur penarik dalam ngelmu sadrach.
      Di dalam mengabarkan injil, sadrach menyatakan bahwa yesus adalah nabi yang luar biasa karena kebangkitan-nya dan menjadi juruslamat yang dapat menyelamatkan semua orang berdosa. Yesus melebihi nabi lainnya dan kita harus taat kepada nabi yang paling berkuasa dan mengikuti teladan-nya.
      Kehidupan spiritual baru jemaat sadrach terlihat dari cara kehidupan ngelmu (berorientasi kepada diri sendiri) berangsur-angsur diubah menjadi kehidupan dalam kristus (penyangkalan diri). Perilaku jujur sadrach mempengaruhi kehidupan jemaat sehingga menjadi saksi pemasyuran injil yang efektif ditengah-tengah masyarakat jawa yang bukan kristen. Sadrach menentang keras poligami, pelacuran dan melarang pesta tradisional tayuban. Mereka tetap menjaga hubungan baik dengan tetangga muslim. Jemaat benar-benar menyadari bahwa sebagai pengikut ratu adil yesus kristus, mereka harus menaati perintah-nya. Guru injil dan para imam jawa menganggap sepuluh perintah allah sebagai ngelmu dari ratu adil yang harus ditaati. Mereka menganggap ngelmu yang diajarkan ratu adil yesus, lebih unggul dibanding segala ngelmu yang lain.
Menjelang akhir hidupnya, sadrakh menyadari bahwa jemaat-jemaat hanya dapat hidup apabila hidup bersatu dalam kristus dengan jemaat-jemaat yang lain. Karena itu sesudah sadrakh meninggal tahun 1924, banyak jemaat yang dibentuknya menjadi bergabung dengan jemaat-jemaat yang didirikan oleh zending, tetapi sebagian jemaat itu tetap dalam bidat kerasulan. Sekarang salah satu jemaat kyai sadrakh ini masih dilestarikan di sebuah desa di jawa tengah, yang bernama karangjasa, dekat purworejo. Sebagian jemaat tersebut bergabung dengan ngzv (nederlands gereformeerde zending vereeniging).
Ngzv bekerja di jawa tengah bagian selatan. Badan ini adalah sebuah badan zending yang dibentuk oleh gereja gereformeerd yang memisahkan diri dari gereja hervormd. Gereja gereformeerd berpendapat bahwa pi harus langsung dilakukan oleh jemaat-jemaat, agar pekerjaan itu cocok dengan ajaran alkitab dan ajaran gereja. Zending gereformeerd mempunyai azas yang berbeda dengan pietis. Azas-azas zending gereformeerd adalah sbb:
      Tujuan pi adalah kemuliaan allah (bukanlah menyelamatkan jiwa yang menjadi perhatian utama).
      Yang menjalankan pi ialah jemaat setempat (bukan kelompok para sahabat zending).
      Utusan-utusan harus pelayan firman yang berpendidikan akademis, dan yang berhak penuh sebagai pendeta juga dalam gereja induk.
      Usaha zending tidak pertama diarahkan kepada orang perorangan, melainkan kepada bangsanya (sukunya) dan bermula pada pusat-pusat kehidupan bangsa (suku) itu.
      Orang-orang yang masuk menjadi kristen secepat mungkin dihimpun menjadi sebuah jemaat yang setingkat dengan jemaat induk di belanda dan jemaat itu sedapat mungkin dilayani oleh seorang pendeta yang setingkat dengan pendeta di jemaat induk di belanda.
      Mengadakan perbedaan tajam antara pelayan firman (pekabar injil, pendeta) yang merupakan pelayan utusan dan pelayan di bidang kesehatan, pendidikan, dll, yang dianggap sebagai pelayan penunjang.
 
            Walaupun NGZV dibentuk oleh gereja gereformeerd, namun badan itu bukanlah sebuah seksi dari gereja tersebut. Badan ini hanya sebagai pengkoordinir dari usaha-usaha pi yang dilakukan oleh jemaat-jemaat setempat. Dalam hal ini jemaat setempat dari gereja gereformeerd yang ada di negeri belanda berhubungan langsung dengan tempat-tempat penginjilan tertentu di jawa, seperti: jemaat utrecht berhubungan dengan purworejo, zeeland dengan magelang, amsterdam dengan yogyakarta, rotterdam dengan purbolinggo.
Jemaat-jemaat hasil penginjilan ngzv ini kemudian terhimpun dalam satu gereja yang bernama gereja kristen jawa, dengan sinode yang pertama 17-18 februari 1931. Tetapi jemaat-jemaat dari gkj ini tersebar bukan hanya di jawa tengah tetapi juga terdapat di jawa timur, jawa barat dan dki jakarta.
Tumbuhnya kelompok kristen awal ini segera disusul oleh tumbuhnya kelompok lain hasil pekabaran injil nederlandche gereformeerde zendingvereniging (ngzv) yang mulai bekerja di jawa tengah sejak 1865 di tegal (muaratuwa) dan purbalingga (plus bobotsari dan bojong), yang nantinya diambil-alih oleh zending gereformeerd kerken (zgk) sejak tahun 1896 dan dikembangkan dengan pusat-pusat penginjilan dari kota-kota purworejo – temon, kebumenyogyakartasurakartabanyumas-purbalingga serta magelangtemanggung, semuanya di kawasan jawa tengah selatan (jawa tengah utara menjadi ladang pekabaran injil salatiga zending). Sejak ini muncullah puluhan pepanthan di sekeliling tiap-tiap pusat penginjilan di luar kelompok yang lama maupun kelompok "wong kristen merdhiko". Namun yang jelas, hampir semua warga gereja jawa ini berlatar belakang petani miskin dan buta aksara. Hanya berkat jasa pelayanan sekolah dan rumah sakit yang diselenggarakan zending, secara lambat namun pasti generasi kedua warga gereja jawa bergeser, mereka mulai melek huruf, sebagai akibat pendidikan di sekolah maupun di rumah sakit zending sebagian generasi kedua ini beralih profesi menjadi guru dan perawat serta pegawai berbagai bidang pelayanan masyarakat termasuk di pemerintahan desa.
 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SKRIPSI Implementasi kurikulum Merdeka dalam penyusunan modul ajar mata pelajaran pendidikan agama Kristen di sekolah dasar negeri 01 dukuh Salatiga

  https://docs.google.com/document/d/1dg_AG2xpw73mPijLobl4L_S-3hXar0gk/edit?usp=drivesdk&ouid=109035727521198068929&rtpof=true&s...

HINTS