Belajar dari Semut
Penulis : Kristian.N
Suatu hari Raja Daud mengajak Salomo anaknya menemaninya
berjalan-jalan di taman istana. Setelah letih berkeliling duduklah dia
di bawah sebuah pohon rindang. Dilihatnya Salomo sedang asik memandangi
sesuatu. Rasa penasaran Daud mendorongnya untuk menghampiri Salomo.
"Anak ku apa yang sedang engkau lihat?" tanya sang ayah.
[block:views=similarterms-block_1]
Suatu hari Raja Daud mengajak Salomo anaknya menemaninya
berjalan-jalan di taman istana. Setelah letih berkeliling duduklah dia
di bawah sebuah pohon rindang. Dilihatnya Salomo sedang asik memandangi
sesuatu. Rasa penasaran Daud mendorongnya untuk menghampiri Salomo.
"Anak ku apa yang sedang engkau lihat?" tanya sang ayah.
"Oh lihatlah ayah sekawanan semut itu, mereka begitu sibuk mengangkat
daun menuju sarang. Untuk apa sebenarnya daun-daun itu?" tanya Salomo
kepada ayahnya.
"Daun itu adalah makannya, anakku. Ini adalah musim dimana mereka
biasa mengumpulkan makanan, untuk bekal ketika salju mulai turun
menutupi bumi." Jawab Daud.
"Lihatlah mereka begitu kecil tapi sanggup mengangkat daun yang
begitu besar, bahkan jauh lebih besar dari tubuh mereka sendiri.
Ternyata semut tidak selemah yang aku kira selama ini." Sambung Salomo.
Dia tampak begitu heran dan kagum dengan pemandangan yang sedang
dilihatnya.
"Yah itulah Kuasa Tuhan, bahkan binatang yang paling lemah diberikan
Tuhan kekuatan melebihi yang lain. Tuhan itu adil. tahukah kamu anakku,
semut yang kecil ini sanggup mengangkat beban yang bahkan 10 kali lebih
berat dari tubuhnya. Seekor gajah yang paling besarpun tidk akan sanggup
menandingi kekuatan seekor semut. Anakku, jangan pernah sekalipun
engkau meremehkan mereka yang tampak lemah. Belajarlah dari semut! Jika
engkau nanti menjadi seorang raja". Jawab Raja Daud.
"Engkau tahu berapa lama mereka akan mengangkat makanan-makanan itu?" tanya Raja.
"Entah ayah, mungkin sampai nanti sore". Jawab Salomo.
"Tidak nak, tidak seperti itu. Mereka akan terus bekerja mengumpulkan
makanan hingga musim dingin tiba. Lihatlah bagaimana mereka bekerja!
Mereka seakan tidak pernah lelah. Tidak ada yang diam, tidak ada yang
tampak sedang asik bersantai bukan?" sambung Raja Daud.
"Ya, ayah benar. Mereka semua bekerja! Tapi Ayah, mungkinkah karena
mereka takut akan dihukum jika tidak bekerja? mungkin ada yang sedang
mengawasi mereka bekerja." Salomo mencoba mengajukan argumennya.
"Tidak, tidak ada yang mengawasi, semut bukan budak dari siapapun.
Semut hanya memiliki seorang ratu yang bertugas melahirkan para semut,
sedangkan sebagian besar semut adalah jenis pekerja dan sisannya adalah
semut prajurit yang bertugas menjaga koloni dan ratu mereka. Tapi tidak
untuk mengontrol para pekerja." Jawab Raja Daud.
"Anak ku, jika engkau mau merenungkannya, engkau bisa belajar banyak dari kehidupan para semut." Sambung Raja Daud.
"Apakah itu ayah, katakanlah supaya aku ini mengert." Pinta Salomo.
"Baiklah, supaya engkau tahu, semut adalah binatang yang bijaksana,
yang menyadari bahwa untuk segala sesuatu ada masannya. Mereka menyadari
ada waktu untuk mengumpulkan dan bekerja serta ada waktu untuk
beristirahat. Ketika masa untuk bekerja datang, mereka akan
menggunakannya untuk mengumpulkan bekal makanan. tak satupun dari mereka
yang berusaha mencuri waktu untuk bersantai dan bersenang-senang.
Karena mereka sadar ketika musim dingin tiba, mereka akan dapat
beristirahat di dalam sarangnya yang hangat, semua beristirahat, tidak
ada yang bekerja. Mereka makan dan minum, berpesta sambil menanti
datangnya musim semi."
"Yang kedua, sebagai semut, mereka tahu bagaimana hidup dalam bersama
dalam komunitasnya. Setiap semut paham akan tugas dan perannya masing
masing. Mereka menjalankan tugasnya dengan setia. Mereka tidak perlu
dipaksa dan tidak perlu didikte. Mereka tetap bekerja tanpa perlu
diawasi. Tiap-tiap semut akan melakukan tugasnya dengan sukarela dan
sungguh-sungguh. Yang satu tidak iri dengan yang lain. Selain rajin,
semut adalah binatang yang memiliki integritas tinggi."
"Anakku jika engkau nanti menjadi seorang raja yang akan memimpin
bangsamu, ajaklah rakyatmu belajar dari para semut." Sambung Sang Daud.
Tak terasa hari semakin siang. Matahari sudah berada tepat di atas
kepala. Digandengnya tangan Salomo. "anak ku sudah saatnya untuk pulang.
Masih cukup waktu untuk kamu bisa merenungkannya nanti."
Ya masih banyak waktu bagi kita untuk merenungkan, betapa tidak
sempurnanya kita sebagai manusia, hingga masih harus belajar dari para
semut.
Sumber: Nama Saya Kristian